" Putri."
" Ya. "
" Sekolah Novi dimana ya? Biar aku yang antar jemput dia besok."
" Ngapain repot - repot, Listi. Sudah ada sopir yang antar jemput dia. Lagipula mama juga antar dia kok setiap hari. Bahkan selama beberapa hari pertama mama akan nunggu dia selama di sekolah. "
" Tapi, Put. Malah merepotkan mama kamu. Aku nggak enak rasanya. "
" Itu mama yang mau. Lagipula kan anak - anak lain sekolah juga diantar jemput mamanya. Biarkan Novi merasakan hal yang sama seperti anak - anak yang lain."
Ada benarnya yang dikatakan Putri. Namun hati Listi malah gelisah. Dan seandainya saja sang ibu ada. Pasti tak akan seperti ini.
Meskipun kehidupan Listi dan Novi sudah berubah. Namun hati Listi masih sama. Mendambakan hal yang sama. Ingin bersatu bersama keluarganya. Seperti Putri.
Keluarganya utuh, dan sangat baik hati. Orang luar disambut dengan sangat ramah. Semua dijadikan keluarga. Andai saja Listi seberuntung Putri.
" Nanti sore nonton bioskop yuk."
" Dimana?"
" Nantilah. Ajak Novi sekalian."
" Baiklah."
" Oh iya, Lis. Bukannya hari ini biasa ada tukang pos nganter surat ya? Kok belum ada?"
" Kita cek aja keluar."
Ternyata sedari tadi sudah ada Novi yang menunggu di halaman rumah dan surat itu sudah dipegang Mama Putri.
" Halo Putri kecil ibu. Semangat sekolah ya, sayang. Rajin belajar supaya jadi orang sukses nantinya. Ibu selalu kirim doa untukmu, nak. Dan ingat, jangan menyusahkan kakakmu. Juga keluarga kak Putri. Jadi anak yang baik ya, sayang. Kalau sudah ada kesempatan, ibu pasti pulang. Ibu akan kembali berkumpul sama kalian. Tetap semangat Putri - Putri ibu."
Novi terlihat sangat bahagia.
" Nah, kan sudah dikasih semangat sama ibu. Sekarang belajar lagi ya, buat persiapan besok."
" Iya, ma."
" Eh, Putri, Listi."
" Makasih banyak ya, ma."
Listi memeluk mama Putri dengan erat dan mama Putri membalasnya. Rasanya hangat bagai dalam dekapan seorang ibu.
" Sama - sama, sayang. Jangan khawatir. Mama akan menyayangi kalian semua, Putri - putri mama. Tumbuhlah jadi gadis yang sukses suatu saat nanti.Oh iya, kamu daftar kuliah ya, Lis."
" Jangan, ma. Listi tidak punya biaya untuk kuliah."
" Siapa yang minta kamu bayar kuliahmu sendiri? kan ada mama sama papa disini. Jika salah satu anak mama sekolah, masa yang lain nggak? kan mama harus adil. Ya. Biar kamu mama daftarkan satu kampus dengan Putri. Sekarang Novi biar mama yang jagain. Kamu sama Putri fokus kuliah, ya sayang."
Listi menoleh pada Putri dan Putri tersenyum sembari menganggukkan kepala padanya. Akhirnya Listi menuruti kemauan mama Putri. Dalam hatinya juga sangat bahagia.
Keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akhirnya akan terwujud juga.
" Ya sudah, ayo Novi. Kita belajar ya,"
" Iya, ma."
Suara motor dari luar mengejutkan Putri dan Novi. Mereka langsung membukakan pintu gerbang dan ternyata ada sosok asing bagi
Listi disana.
" Hey." sapa lelaki itu
" Hey, Vin. Oh iya, kenalin ini saudara aku, Listi. Listi ini Vino."
Vino mengulurkan tangannya pada Listi dan Listi membalasnya sambil tersenyum padanya.
" Masuk aja. Kita ngobrol di dalem."
" Oke."
" Vino ini teman dekat aku sejak SMK dulu. Banyak yang bilang kita ini pacaran. Tapi ya kita biasa - biasa aja. Soalnya kan mereka tidak tahu yang sebenarnya." jelas Putri pada Listi.
" Kalau Listi?" tanya laki -laki itu. " Kamu tidak pernah cerita tentang saudara." lanjutnya.
" Iya, Listi ini dari Jakarta. Dia sahabat aku, tapi kedekatan itu menjadikan kita seperti saudara. Dia tinggal disini sekarang bersama adiknya. Mamanya kerja di Singapura."
" Papanya?"
" Papa aku sudah meninggal beberapa bulan lalu."
" Oh, maaf, Lis. Bukan bermaksud apa - apa."
" Tidak masalah."
" Oh iya, Mau minum nggak?" tanya Putri.
" Air putih aja ya." Jawab Vino.
Putri mengambilkan air putih untuk Vino sementara percakapan antara Listi dan Vino masih berlanjut.
" Sudah lama kenal sama Putri? Kenal darimana?"
" Dulu kita kenal waktu kita di asrama Yogyakarta. Disitu kami semakin dekat, tapi aku memutuskan untuk berhenti kuliah setelah ayah meninggal. Aku pulang dan Putri ikut bersamaku. Dia memutuskan untuk kuliah di Jakarta dan tinggal bersama keluargaku. Tapi keadaan itu berubah bulan lalu setelah ibu memutuskan untuk pergi ke Singapura. Akhirnya Putri membawaku kesini bersama dengan adikku. Aku sebenarnya sedih, tapi aku juga bahagia dengan kehidupan disini. Keluarga Putri sangat baik padaku dan adikku. Bahkan orang tuanya juga akan menguliahkan aku."
" Ya, bersyukurlah. Mereka memang sangat baik. Aku yang sudah mengenal keluarga Putri dari dulu memang mereka tak pernah sombong, meski keluarga ini terkenal sangat kaya. Usaha papa Putri juga sukses. Tapi mereka tak memandang status dan derajat, semua sama. Sampai bibiku yang kerja disini juga betah kan."
" Oh jadi, Bi Neli itu..."
" Iya itu Bibi aku. Bibi dari kampung. Dulu aku sering main ke kampung bibi. Tapi sekarang sudah tidak pernah."
" Kenapa?"
" Karena bibi disini."
" Kan masih ada keluarganya."
" Aku dekatnya dengan bibi."
" Ohh."
...
Sejak hari itu, Vino sering ke rumah Putri hanya sekedar untuk lebih akrab dengan Listi dan juga ia senang bermain dengan Novi.
Kini Vino lebih dekat dengan Listi dan Putri mendukung hal tersebut. Karena memang sejak dulu Putri hanya menganggap Vino sebagai teman dekat. Vino pernah mengatakan pada Putri bahwa Ia menyukai sikap Listi sejak awal karena itulah, atas izin dari Putri, Vino bisa mengenal lebih dekat seorang Listi yang baik dan penyayang.
Tak bisa dipungkiri, Vino telah menyimpan perasaan pada Listi. Namun ia belum pernah mengatakannya.
Hari itu, Novi masih menunggu Tukang pos datang seperti biasanya. Ia menunggu surat dari ibunya. Dan ketika tukang pos itu lewat, Novi langsung berlari dan membuka pintu gerbang. Ini membuat tukang pos itu berhenti.
" Bapak, mana surat buat Novi?"
" Kali ini tak ada surat untukmu, nak. Maaf ya."
Tentu jawaban itu sangat mengecewakan Novi sampai membuatnya berterik.
" Bapak bohong...bapak bohong"
" Bapak tidak bohong, nak. Maafkan bapak."
Teriakan Novi terdengar oleh mamanya.Ini membuat mamanya berlari menuju pintu gerbang.
" Sayang, ada apa?"
" Ibu tidak mengirim surat buat, Novi."
" Mungkin ibumu sibuk, nak. bersabarlah."
" Mama jahat...Mama Jahaaattt"
Novi menangis dan berlari menuju kamarnya.
" Noviiii..jangan begitu, sayang. Bapak maafkan Putri saya."
" Tidak masalah, Bu. saya mengerti. Mungkin ia merindukan ibunya. Saya permisi."
Mamanya segera berlari. Namun, Novi tetaplah Novi. Sedikit saja ia kecewa pasti akan mengurung diri.
Listi mengetahui hal ini dan segera membujuk sang adik.
" Noviiii...buka pintunya sayang. Ini kakak."
" NGGAK!! SEMUANYA JAHAT."
" Jangan katakan itu, Novi. Buka pintunya dan kakak akan jelaskan semuanya. Bukankah sudah ada banyak surat dari ibu yang Novi simpan? Ibu selalu mengirim surat dengan pesan yang sama, sayang. Bukakan pintu dan kakak akan mengajakmu jalan - jalan."
Akhirnya Novi mau membukakan pintu untuk kakaknya. Air matanya masih mengalir. Raut wajah kecewanya masih terlihat. Listi menghapus air mata sang adik.
" Jangan nangis. Jangan bikin mama khawatir. Bukannya ibu selalu berpesan jangan menyusahkan semua orang disini? Ayolah, masih ada kakak, ada mama, ada kak Putri, juga ada papa. Ibu pasti sibuk dengan pekerjaannya. Kamu jangan marah ya."
Novi hanya menganggukkan kepala. Papanya melihat kejadian itu dan langsung menghampiri mereka.
" Putri kecil papa kenapa ini???" katanya lalu menggendongnya.
" Ibu tidak kirim surat, pa. Dia marah."
" Benarkah?? kenapa harus nangis? kan putri papa sudah sekolah sekarang. Sudah besar. Tidak boleh nangis lagi. Mending sekarang ikut papa, kita siram tanaman di taman yuk, sambil main ayunan."
Novi terlihat sumringah setelah mendengar kata ayunan. Ya, mungkin ini salah satu obat dari kekecewaannya.
" Ayunan???"
" Iya. Novi mau?"
" Mau."
Listi melihat mereka dengan senyum. Akhirnya selalu ada obat di setiap kekecewaan sang adik. Namun, tak bisa dipungkiri hatinya juga gelisah atas semua itu. Tak biasanya sang ibu lupa mengirim surat untuk dia dan adiknya. Ini membuat Listi bertanya - tanya dalam hati.
" Listi, ada apa?" suara Putri mengagetkan Listi.
" Tidak ada, Put."
" Novi mana?"
" Lagi main sama papa di taman."
" Ohh... Eh itu Vino nunggu di ruang tamu ya. Aku mau ambilin minum buat dia. Kamu temenin dia dulu."
" Nanti aku kesana. Sekarang mau ke toilet sebentar. "
" Baiklah."
Kali ini ia berbohong. Ia menuju kamar dan terdiam disana. Entah seperti apa perasaanya saat ini. Hanya saja, Ia merasa tak ingin ada yang menemaninya.
Sudah hampir selama satu bulan Ibu Listi tak mengirim surat untuk Listi dan adiknya. Sampai Novi lupa ia pernah kecewa hanya karena sebuah surat yang tak kunjung datang. Novi kini tidak pernah menunggu surat lagi.Dia lebih asyik bermain-main. Entah itu dengan mama, papa, ataupun Vino.
Listi pun mulai lupa dengan semua itu. Ia mulai memfokuskan diri dengan kuliahnya. Sejak Vino ada, Listi selalu diantar jemput olehnya. Bahkan tempat kuliah merekapun sama, meski dengan jurusan yang berbeda.
Sejak kedatangan Vino pula, Listi mulai lupa tentang Randy. Bukan hanya tentang kenangan semasa SMK dulu. Namun tentang semua cerita bersama Randy juga ia sudah mulai lupa.
" Listi, ada yang ingin aku katakan."
" Katakan saja."
" Aku menyayangimu." Kata Vino tanpa ragu.
Listi sedikit kaget dengan ungkap Vino saat itu. Tak bisa disembunyikan bahwa ia bahagia dan sangat bahagia, sedari lama, Vino adalah mimpi baru untuknya.
" Dan aku mau, kamu jadi pasangan hidup aku. "
Listi tersenyum lebar. Matanya berbinar-binar dan ingin meneteskan air mata.
" Jangan menangis. Aku hanya mau kamu jawab iya," sembari mengusap air mata Listi.
" Aku mau, Vin" jawab Listi yang kemudian langsung memeluk Vino.
Kini mimpi baru itu benar - benar menjadi miliknya. Cinta memang datang dengan sendirinya. Tak ada yang perlu mencari cinta. Karena ternyata, cintalah yang mempertemukan mereka. Ini adalah awal yang baru untuk Listi kembali membuka hati dan kembali menyayangi. Awalnya Listi merasa enggan, setelah pengalamannya bersama Randy yang berjalan selama dua tahun tanpa sebuah kejelasan. Listi merasa cinta itu menyakitkan, bukan hanya cinta tapi juga setia. Tapi datangnya Vino, memudarkan semua pemikiran itu. Vino datang dengan kepastian. Dan selama ini Vino adalah sosok yang penyayang, bukan hanya pada Listi tapi juga pada adik dan keluarganya.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
anantha gerald
Hai thor udh mampir like n rate nih,silahkan mampir y ke novelku berjudul senja yang kelam jangan lupa like n rate tiap episodenya... trima kasih
2020-04-26
1