Waktu cepat berlalu. Jarum jam terasa semakin cepat berputar. Tak percaya Listi telah sampai di tempat yang akan ia singgahi. Gedung bertingkat yang sangat indah. Atap baru dengan segala aktivitas baru, Listi harus mampu beradaptasi dengan keadaan itu. Sekalipun ada rasa yang menolak, tapi ada batin yang membuatnya yakin. Semuanya akan baik-baik saja.
Rasanya memang semuanya aneh, hari pertama terasa sangat lama dilalui. Menunggu malam tiba, malah terik mentari yang serasa berkepanjangan. Peraturan-peraturan yang mengikat rasanya begitu berat.
Hey!!!
Ya.
Aku tahu kamu pasti lagi ngelamun, ngrasa nggak nyaman, rasanya waktu lama banget. Pengen pulang, kangen rumah. Pokoknya asing banget rasanya.
Listi bingung. Namun semua itu benar, sangat benar. Ada sesuatu yang ia rindukan. Yang biasanya ia lakukan, sekarang hanya ia lintas dalam bayang-bayang.
Aku juga baru. Jadi jangan heran. Kita mengalami nasib yang sama.
Aku hanya memikirkan bagaimana membuat hari ini terasa begitu cepat. Bukan hanya hari ini tapi sampai satu bulan ke depan. Aku tak terbiasa dengan segala kesibukan disini.
Aku juga sama. Malah bisa dibilang aku bukan orang yang suka bekerja, aku terbiasa dengan bermalas-malasan didepan tv. Tapi kedua orang tuaku mengirimku kesini dan berharap aku pulang dengan kebiasaan yang berbeda. Hidupku serba dilayani, karena itu aku sangat pemalas.
Aku.... kita datang kesini dengan latar belakang yang berbeda. Aku hanya seorang anak supir angkot. Keluargaku sederhana, namun bahagia. Aku punya seorang adik, dan dialah alasan yang membuat aku bingung untuk menjalani kehidupan dengan atap yang berbeda dengannya. Seandainya aku memutuskan untuk kembali pulang, dia adalah alasan pertama yang tidak bisa aku tinggalkan. Tapi ini adalah keputusanku. Dan aku harus bertanggung jawab untuk keputusan itu.
Emmmm... oh iya, aku Putri. Aku dari Bandung.
Listi.
Kamu tahu? Aku juga punya alasan seandainya aku ingin pulang. Aku punya cerita tentang kebersamaan ketika masa SMA. Rasanya aku tak ingin semua itu berlalu begitu saja. Aku punya figur seorang kakak yang au kagumi, dia yang selalu menjaga aku, peduli, sabar, dan dia adalah salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku. Tapi sayang, saat cinta mempertemukan aku dengan kebahagiaan, jarak dan waktu memisahkan kedekatan itu.
Listi terdiam. Bagaimana perasaannya dengan sosok yang sedang berusaha ia lupakan sekarang?
Kamu menjalin hubungannya dengannya?
Ya. Ini tentang komitmen dan kepastian. Dan aku berusaha untuk menjaganya selama dua setengah tahun ini.
Listi kembali termenung. Putri adalah gadis yang beruntung. Sedangkan dia? Pergi tanpa kepastian dari seseorang yang sangat dikaguminya. Tiga hari lagi Listi akan menghadapi ujian nasional dan dia mulai mempersiapkan diri dengan belajar di rumahnya, kadang dia belajar sendiri, dan dan kadang bersama Lin dan Rinda. Pikirannya mulai terfokuskan pada ujian, sekalipun kadang dia termenung memikirkan kehidupan pahit yang menerpanya. Seolah sedang tentang kehilangan. Setelah ia merasa kehilangan sosok Randy, kini dia kehilangan seorang sahabat yang sangat disayanginya. Sahabat yang bisa menggantikan figur seorang ibu sementara. Dan yang benar-benar selalu ada.
Kadang air mata Listi mengalir dengan sendirinya ketika ia terlalu merindukan Ran. Tapi dia berusaha untuk menghapus dan tidak menjatuhkannya lagi. Apa yang dikatakannya pada kedua sahabatnya juga harus dia terapkan dalam dirinya. Sekalipun itu sulit dan sangat sulit.
Mata Listi berbinar-binar dan ingin meneteskan air mata. Mengingat sang adik yang selalu berteriak-teriak ingin bermain dengannya. Dan ketika malam menjelang ia akan tiba-tiba berdiri didepannya untuk minta ditemani tidur. Bagaimana hari-harinya nanti jika lama tak akan terjadi? Apakah Listi tak akan rindu?
Listi duduk di ranjang memegang sebuah album yang ia bqwa dari rumahnya. Dibukanya lembar demi lembar album itu, semua tentang keluarganya. Tentang saudara dan kerabatnya. Rasanya begitu rindu dengan semuanya, terutama pada gadis kecil yang amat disayanginya.
Listi, Panggil Putri
Ya,
Kamu tidak mau makan siang? Semua sudah di ruang makan.
Nanti saja.
Putri hanya diam dan kemudian memandang benda yang tengah ada digenggaman Listi. Putri mendekat dan duduk di samping Listi.
Heyy,, ternyata sebuah album yang membuatmu menjadi batu disini.
Listi hanya membalas perkataan Putri dengan senyuman.
Boleh aku lihat?
Ya.
Listi meminjamkan albumnya pada Putri dan kemudian sambil bertanya-tanya ia membuka dan melihat satu persatu isi album itu.
Dan yang ini, abangmu???
Aku anak pertama dan aku hanya punya satua dik perempuan.
Lalu yang foto berdua denganmu ini?
Listi menengok, ia sedikit terkejut. Foto yang seharusnya menjadi abu ternyata masih ada diantara selipan albumnya. Dia mencoba mengingat, dan ya belum sempat dia membakarnya, adiknya sudah menangis.
ituuu... aku belum sempat membakarnya
Apa dia yang kamu ceritakan kemarin? Tentang mimpi yang hanya isa dikagumi?
Ya, aku sudh berusaha melupakannya, dan aku tak sengaja masih menyimpannya.
Apa aku boleh bertanya tentang dia. Aku tidak bermaksud membuat kamu ingat kembali, tapi..
Ya, tanyakan saja. Satu atau beberapa pertanyaan tak akan membuat aku kembali padanya.
Kamu yakin?
yakin apa?
Dengan perkataanmu barusan?
Ya.
Kamu masih sayang sama dia?
Listi terdiam setelah mendengar pertanyaan itu. Tak bisa ia pungkiri rasa sayang itu masih ada dan memang ada harapan kecil untuk dia memperbaiki semua dan memperjelas hubungannya dengan Randy. Tapi hanya kemungkinan kecil ia akan bertemu lagi dengan Randy. Dan jika bertemupun mungkin dipengambilan ijazah nanti,
Listi..
Ya..
Maaf..
Tidak Putri, akan kujawab pertanyaan itu. Melupakan bukan hal yang mudah. Apalagi menghilangkan perasaan yang sudah lama dijaga. Berharap menjadi yang pertama dan terakhir, tapi siapa sangka dia pergi tanpa pamit dan berlalu begitu saja. Siapa yang akan dengan mudah membuang jauh semua ingatan tentang itu? Tak ada kejelasan apapun. Dan tak ada yang menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
Apa kamu tidak mau mencari kejelasan yang kamu harapkan ittu?
Aku ingin melakukannya. Tapi aku takut jika itu hanya akan menambah luka.
Kamu mau mencobanya?
Aku memikirkannya, dan kalaupun aku mau itu tidak mungkin sekarang.
Ada aku, Listi. Tiga minggu lagi kita bisa pulang dan aku akan membantumu mencari jawaban itu
Makasih, Put.
...
Hari mulai petang. Listi duduk di sebuah kursi balkon kamarnya. Hal yang biasa ia lakukan di rumahnya. Semua mimpi ada bersama senja dan malamnya. Ia merangkai kata dan berkhayal masa depan ketika senja muai datang. Ia gambarkan melalui mimpi ketika bintang mulai berkelipan. Melukisnya dalam kalimat nyata menjadi rangkaian buku hariannya.
Lama Listi berdiam disana. Sampai Putri datang menghampirinya.
Aku melihatmu lama disini, dari sore sampai malam. Apa ini kebiasaanmu?
Ya.
Apaaaa.....
Belum sempat Putri melanjutkan kalimatnya, Listi sudah dikejutkan oleh nada dering ponselnya.
Halo, bu.
Sayang..kamu bisa ijin pulang sekarang? Suara ibunya dari seberang.
Memangnya ada apa, bu?
Listi mendengar isak tangis ibunya lirih..
ibu...
Ayahmu kecelakaan, nak. Pulanglah.
Listi terkejut mendengar berita itu. Ia menangis dan bergegas untuk siap-siap dan meminta ijin untuk pulang. Putri tak membiarkannya sendiri. Dengan cepat ia ikut beriap dan menemaninya.
Di sepanjang perjalanan tak henti air mata Listi mengalir. Putri hanya bisa memberikan pundaknya pada Listi dan berusaha menenangkannya.
Sabar, Listi. Tenangkan dirimu. Doakan yang terbaik untuk ayahmu.
Listi hanya diam dan berkali-kali mengusap air matanya. Tengah malam, ketika Listi masih di kemacetan jalan, ibunya kembali menelponnya.
Halo, bu.
Listi, tabahkan hatimu ya sayang.. Benturan di kepala ayahmu akibat kecelakaan itu membuat ayah tak bisa membuka mata lagi. Suara ibunya parau dengan isak tangis yang tak mampu ditahan olehnya.
Maksud ibu,
Ikhlaskan ayahmu ya, sayang...Ayah sudah tenang bersama Tuhan.
Listi menjadi lemas seketika. Ia tak peduli lagi dengan ponselnya yang jatuh dan masih terdengar suara ibunya. Listi menangis sejadi-jadinya dipelukan Putri.
Ayaaahhh...
Tabahkan hatimu, Listi. Bersbarlah.
Aku kehilangan ayahku, Put. Kamu dengar kan ibuku bilang apa tadi.
Iya, Listi. Tapi kamu harus sabar dan ikhlas. Semua orang mengalaminya. Ikhlaskan dan doakan agar ayahmu tenang mendapat tempat yang indah disisi Tuhan.
Ayaaahhh...
Tangis Listi pecah. Malam yang begitu menyedihkan bagi Listi. Seolah ia tak ingin semua itu terjadi. Tapi tak ada yang tahu rencana Tuhan seperti apa, tak ada yang tau apa yang akan terjadi nanti dan seterusnya.
...
Listi duduk di sebuah kursi teras rumahnya. Hal yang biasa ia lakukan ketika dirumah sebelumya. Ya, melihat senja dan menyambut malam. Entah kisah apa yang selau ia dapat ketika senja sehingga ia menganggap senja memberinya banyak cerita. Bukan hanya tentang senja, Tapi juga malam yang memberinya seberkas sinar dan akan selalu menengoknya ketika gelap telah datang. Tapi sekarang bukan hanya seberkas sinar disana, ada sosok pahlawan yang menjelma disana.
Listi mengambil buku hariannya dan merangkai kalimat disana.
Ini tentangmu ayah...
Tentang cerita ketika aku harus siap dengan perpisahan, tapi ini bukan hanya sekedar perpisahan.. karena aku sadar aku telah merasa kehilangan,ayah tahu? Butuh waktu yang begitu lama untuk meninggalkan semua kenangan itu, dan aku hanya takut akan terpuruk dengan semua itu karena jujur aku tak percaya akan semua yang terjadi hari ini.
Ayah.
Aku mecoba menyadarkan diriku, dan bantu aku untuk tetap melangkah menghadapi perjuangan hidup selanjutnya, meski aku tahu, aku paham bahwa tak akan ada uluran tangan ayah lagi yang akan menuntunku. Tak akan ada tegur kalimat yang membimbingku...tapi aku percaya ayah, ayah ada...ayah masih memantauku dari jauh, ayah telah menjadi bintang yang paling terang diantara mereka. Ayah sudah bahagia. Dan aku juga percaya bahwa ayah akan tetap selalu menyayangi aku sekalipun aku sudah tak dapat merasakan kasih sayang seorang ayah lagi.
Ran, jaga ayahku bersamamu. Aku menyayangi kalian...sangat menyayangi kalian.
Putri datang membawa sebuah buku catatan. Dia kemudian duduk disamping Listi.
Aku membantu ibumu membereskan kamar tadi dan aku menemukan buku ini. Kata ibumu ini milik ayahmu. Dan ibumu juga bilang, katanya alm. Ayahmu pernah bilang, kalau hanya kamu dan adikmu yang berhak tahu isi buku ini.
Putri menyerahkan buku itu pada Listi. Ada setetes air mata yang terjatuh ketika Listi membuka dan membaca isi buku itu.
Kenapa, Lis? Tanya Putri.
Tidak, aku hanya terharu melihat tulisan ini. Dan isinya sangat menyayat. Begitu besar harapan ayah akan kesuksesan aku dan juga adikku. Dan aku janji,aku akan mewujudkan semua haarapan itu,
Listi terdiam setelah mengucapkan kalimat itu. Ada sesuatu yang dia pikirkan.
Kenapa lagi?
Sepertinya aku harus mengurungkan niat untuk kuliah?
Listi...itu bukan jalan terbaik. Bagaimana kamu bisa mewujudkan harapan ayahmu kalau kamu berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah? Ini kesempatanmu, jangan sia-siakan.
Aku tahu, Put. Tapi bagaimana nasib ibu dan adikku?? Sebentar Lagi Novi masuk sekolah, dan ibu harus mencari uang untuk biayanya. Aku tidak mungkin egois, ibu membutuhkanku.
Ibu tak apa,Nak. Kata ibu Listi tiba-tiba.
Tidak, Bu. Aku tidak mau meninggalkan ibu dan Novi berdua disini. Aku akan tetap bantu ibu. Kita masih bisa brerharap pada Novi, akun yakin dia akan sukses suatu hari nanti.
Apa kamu tidak mau mencari jalan lain, sayang? tanya ibunya.
Tidak, bu. Sekarang yang terpenting adalah sekolah Novi. Dan aku akan bantu ibu mencari biayanya.
Aku akan bilang sama papa kalau aku akan kuliah di jakarta saja, ada sesuatu yang tidak bisa aku tinggalkan. Kata Putri.
Listi mengerutkan dahi mendengar kalimat Putri barusan.
Apa yang membuatmu berpikir begitu? Dan apa yang tidak bisa kamu tinggalkan?
Kalian.
Putri... kamu punya kesempatan itu.
Bukan aku. Tapi kita. Tapi setelah aku pikir, aku lebih baik disini bersama kalian. Aku akan cari tempat kuliah yang dekat dari sini dan kalau diijinkan aku akan tinggal disini, tapi aku akan bayar tiap bulannya,
Putri, tinggallah disini semaumu jika itu keinginanmu, tapi tak perlu kamu keluarkan uang setiap bulannya, anggap ini rumahu. Anggap ibu ini adalah ibumu.
Tidak, bu. Aku akan tetap bayar. Aku telpon papa dulu ya.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Krisna Wan
gatau mesti komen apa lagi😍
2020-07-06
2