Keluarga Listi memutuskan untuk merawat Novi di Bandung. Hal ini dikarenakan kewajiban yang harus mereka lakukan disetiap harinya.
" Novi sudah boleh pulang ya, ma?" tanya Novi pada mamanya.
" Kata dokter, kamu masih harus dirawat dokter, sayang. Kita pindah ke Bandung. Kita bawa Novi ke rumah sakit terdekat, ya."
" Tapi Novi sudah sehat, ma."
" Mama percaya, nak. Tapi kamu belum pulih. Biar kamu bisa main-main lagi, kamu harus ikuti kata dokter, kata mama juga, ya."
" Iya, ma."
Semua pulang ke Bandung. Listi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Namun, konsentrasinya selalu buyar sampai mempengaruhi pekerjaan yang ia kerjakan.
" Cepat sembuh, Novi. Kakak tidak bisa lakukan apapun kalau keadaan kamu seperti ini." Gumamnya.
...
Vino datang dan menanyakan kabar sang adik. Listi kembali murung. Semua tak baik-baik saja ketika sang adik tak ada disampingnya.
" Aku bahkan tak tahu apa yang harus aku lakukan. " Kata Listi.
" Aku ingin menjenguknya nanti, kita kesana bertiga ya, sama Putri."
" Baiklah."
Vino terdiam, terlihat memikirkan sesuatu. Seperti ada yang ingin disampaikan namun tak berani menyampaikan. Listi bingung melihatnya.
"Kenapa, Vin."
" Emm, aku sebenarnya mau bilang sesuatu, tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat, tapi aku juga harus mengatakannya."
" Katakan saja."
" Papa dan mamaku meminta aku untuk segera bertunangan denganmu. Bukan karena apa, aku bahkan tak tahu jawaban apa yang harus aku katakan saat semuanya kacau seperti ini. Kedua orang tuaku menanyakan setiap hari. Aku bingung, Lis."
" Apa secepat itu? Dan harus disaat seperti ini? Aku bahkan tak tahu apa yang harus aku ucapkan, Vin. Setiap kebahagiaan yang hadir dalam hidup aku, selalu saja ada luka yang mengiringinya. Aku senang, aku bahagia jika aku bertunangan dan menjadi pasangan yang terikat denganmu nanti, tapi apa ini waktunya? sedangkan adikku belum sembuh, dia sedang melawan penyakit di rumah sakit, dan diatas penderitaan adikku, apa kita harus menggelar pesta pertunangan? tidak semudah itu, Vin. Apa aku saja yang menjelaskan ke orang tua kamu supaya lebih mengerti?"
" Tidaklah, biar aku saja."
" Maaf, Vin. Aku janji kita akan tunangan ketika semua sudah membaik. Biar adikku juga merasakan kebahagiaan yang dirasakan kakaknya."
" Aku mengerti, Lis."
...
Vino kembali ke rumahnya dan lagi-lagi kedua orang tuanya mempertanyakan hal yang sama. Mereka ingin segera datang ke rumah calon besan dan melamar calon menantunya.
" Ma, pa. Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas pertunangan. Keluarga Listi sedang dalam musibah, adik kecilnya sakit. Dia dirawat di rumah sakit, dan ini bukan hal yang biasa. Dia terkena kanker otak. Jadi tolong, ma, pa, mengertilah. Kita pasti akan bertunangan ketika semua baik-baik saja. "
Terlihat kedua orang tuanya kaget dengan berita ini.
" Mama mau jenguk adik Listi. Kita kesana nanti sore ya."
" Papa ikut."
" Baiklah, nanti aku juga mau kesana sama Listi dan Putri. Tapi aku mohon sama mama sama papa jangan tanyakan tentang hal itu. Pikiran Listi sedang kacau. Ini pasti akan menambah beban pikiran dia."
" Mama ngerti, Vin. "
Ketika Keluarga Listi dan Vino berkumpul di rumah sakit, Novi mengalami kejang-kejang. Ini membuat semua keluarga menjadi khawatir. Listi menangis sejadi-jadinya melihat kondisi sang adik. Rasanya hancur,sangat hancur. Dokter dibantu dengan beberapa suster menangani Novi yang tak sadarkan diri. Tak mampu Listi melihat semua itu.
Tuhan,,kau telah mengambil sebagian kebahagiaan terbesarku ketika ayahku, ibuku kini tak ada lagi untuk menjadi penopangku, dan aku mohon, Tuhan...biarkan adikku tetap berada dalam pelukanku, angkat penyakitnya. Tunjukkanlah kebesaran-Mu. Batin Listi disertai tetesan air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments