Hari ini begitu panas. Sinar mentari terasa begitu menyengat kulit. Listi berbaring diantara buku-buku yang berserakan. Dia berusaha merangkai sesuatu dan ia mecoba mencoret-coret lembaran kososng diantara buku-buku disana. Novi datang membawa buku kecil dan sebuah pensil. Dia kemudian duduk disamping kakaknya.
"Kakak, Novi pengen belajar."
"Ya sudah, tunggu sebentar ya kakak beresin buku kakak dulu, nanti kakak bantuin kamu belajar."
Listi membereskan buku-bukunya sementara Novi melihatnya dengan penuh tanda tanya.
"Kakak."
"Ya?"
"Kakak mau pergi lagi?"
"Tidak, sayang. Sekarang kakak di rumah sama Novi sama Ibu. Kakak nggak akan kemana-mana lagi."
"Katanya kakak mau sekolah?"
"Kan kakak sayang sama Novi, Jadi kakak sekolahnya di rumah."
"Jadi tadi kakak lagi belajar?"
"Iya, sekarang mana bukumu kakak ajari kamu menulis."
Putri datang dan kemudian mendekati mereka.
"Semangat belajar ya, sayang... kata Putri pada Novi."
"Iya, kak."
Ditengah keheningan Listi teringat akan seorang ayah yang amat disayanginya. Rasanya kosong dalam setiap harinya, ada sesuatu yang hilang ketika tak ada yang bisa dia cari disetiap malamnya.
Listi beranjak pergi..
"Kakak mau kemana?" Tanya Novi.
"Keluar sebentar, tetap disini dan lanjutkan belajar, ya." Jawab Listi.
Putri hanya diam dan mengikutinya.
Listi duduk di salah satu kursi teras rumahnya. Dia terdiam merasakan udara sepoi yang datang dari pepohonan halaman rumahnya.
"Menunggu senja??" tanya Putri.
"ya."
"Masih lama Listi."
"Aku hanya ingin menunggunya."
"Ya sudah."
Putri beranjak meinggalkan Listi seorang diri disana. Bukan hal yang aneh bagi Putri dengan sikap Listi. Ada hal yang berbeda saat senja bagi Listi dan Putri tak tahu apa. Hanya saja Putri tak pernah bertanya mengapa.
...
Listi membuka lebar jendela kamarnya dan menatap sesuatu disana. Ada sesuatu yang amat sangat dirindukannya. Ada pelukan hangat yang tak lagi bisa ia dekap, ada nasehat indah penuh makna yang tak lagi bisa ia dengar. Dan ia begitu merindukan semuanya.
" Ayah.. Ran.. kalian adalah dua sosok yang begitu aku sayangi, rasanya begitu berat untuk benar-benar melepas kalian. ada yang tak ingin aku lupakan namun sakit ketika aku rasakan."
"Ran..."
Seseorang memanggil dan Listi lihat ada Putri yang sudah duduk di atas ranjang miliknya.
" Putri..."
" aku ingin menanyakan sesuatu."
" tanyakan saja."
" Listi..Mengapa kau masih berdiri diantara langit senja?? Sedangkan esok masih ada sang fajar yang akan memberimu banyak warna. Tak selamanya yang kau pandang adalah langit..Sesekali menolehlah pada embun yang berjatuhan, Bunga\-bunga yang bermekaran. Bukankah itu lebih indah dari senja? Tapi mengapa yang kau tatap hanya senja? Mengapa kau lebih suka menatap yang akan pergi daripada yang akan datang?
Apakah senja begitu istimewa sehingga kau menutup mata dari keindahan lainnya?? Ada apa dengan senja??"
Listi menunduk dan terdiam. setetes air mata mengalir membasahi pipinya setelah mendengar kalimat pertanyaan putri.
" Listi...."
" Kamu tahu Put?? Matahari indah, memberiku kehidupan disetiap harinya. Malam tak kalah indah karena ia memberiku penghias dan teman kala aku terlelap. Aku bisa merasakan kehadiran mereka yang sangat lama. Tapi tidak dengan senja. Hadirnya sesaat,keindahannya pun hanya sekejap. Sama dengan kisahku. Jalan hidupku, orang-orang yang aku sayangi datang sesaat dan kemudian pergi. Ada yang tak bisa lagi kucari. Ayah, Ran, sahabatku, Randy...entah mengapa semua itu menyayat. Kukira denganku melihat senja aku bisa menghapus semua luka, dan aku bisa menguatkan diri. Bahwa semua yang ada, datang dan pergi. Ada yang bertahan lama, ada yang hanya sesaat. Ternyata tak mudah. Bahkan aku belum bisa sepenuhnya merelakan semuanya."
" Listi. Sampai kapanpun kamu tak akan pernah berubah jika yang kamu tatap hanya senja. apa kamu sadar jika senja adalah air mata untukmu?? kamu menyamakan kisahmu dan semua orang-orang disekitarmu dengan senja yang hanya datang sesaat. itu luka, itu alasan mengapa kamu selalu terpuruk. Karena yang kamu lihat masih senja. Sedangkan masih ada begitu banyak keindahan yang kamu rasakan diluar sana."
" Bukankah keindahan itu juga hanya sesaat?"
" Mungkin memang sesaat, Listi. Tapi dibalik itu semua, akan ada kesan bahagia. Akan ada tawa diantara keindahan-keindahan itu, tanpa kamu sadari kamu membutuhkan semua itu. Bukan hanya dengan berdiam diri dan hanya menatap senja. Itu hanya akan mengingatkanmu tentang bagaimana seseorang pergi dengan begitu cepat dari kehidupanmu. mereka merangkai cerita bersamamu namun berakhir begitu saja. Maka berusahalah mencari kehidupan baru. Kamu perlu mengenal sesuatu yang baru."
" Bagaimana, Put?"
" Ikut aku ke Bandung, dan berliburlah selama beberapa hari disana. Kita ambil waktu pas aku ada libur panjang. Dan kamu akan menemukan dunia baru disana."
" Tapi bagaimana dengan ibu dan adikku?"
" Bawa dia bersama kita. Biar mereka merasakan kebahagiaan yang sama sepertimu nanti. Aku janji, aku akan menjadi matahari, bukan senja dan bukan malammu."
" kenapa harus matahari??"
" Katamu, senja itu sesaat. Dan aku tak ingin mengingatkanmu lagi tentang hal yang sesaat seperti itu. Malam itu gelap, kamu tak bisa melihat tanpa bantuan cahaya. Sedangkan Matahari itu bersinar, memberikan seluruh sinarnya untuk dunia dan memberi mereka begitu banyak warna, menerangi ketika ingin melihat dan tentu selalu ada."
" Terimakasih, Putri. Kamu adalah salah satu anugerah terindah setelah ibu dan adikku. Meski kamu bukan Ran, tapi caramu memberi kalimat dan bertutur kata sama sepertinya. Kamu adalah salah satu obat dari luka yang pernah ada. Dan jangan biarkan kisah kita menjadi cerita sebelum waktunya."
" Pasti, Listi. Aku janji"
...
Hari yang indah, tiada mendung tiada panas. Angin bertiup dengan sejuknya.
" Aku rindu merangkai kata disetiap lembaran kosong ini. Kamu tahu Putri? aku selalu menceritakan semuanya disini. Bukan hanya ketika aku kehilangan sahabatku dulu, tapi bahkan kadang aku lebih memilih untuk menghabiskan pena daripada bertutur kata."
" Dan apa kamu sadar, saat itu kamu bercerita dengan sebuah saksi bisu yang tak mampu memberikan timbal balik untukmu?"
" Sesaat aku berpikir, aku tak membutuhkan nya. Tapi ternyata aku salah. Aku tak bisa berbuat apa-apa tanpa nasihat orang-orang terdekatku. Aku membutuhkannya."
Putri berdiri dan memeluk Listi.
" Mulai sekarang ceritakan semuanya padaku, tak perlu lagi kamu membuka lembar demi lembar, menulis sesuatu yang tak memberimu jawaban. Kamu butuh pendengar, yang bisa memberimu kalimat tentang setiap masalah yang kamu hadapi."
Ditengah pembicaraan antara Listi dan Putri, sang ibu datang dan berkata bahwa ia akan ikut bekerja bersama tetangganya di Singapura. Listi dan Putri terkejut dengan keputusan sang ibu.
" Ibu, apa ibu tega meninggalkan Listi dan Novi disini? Ibu tahu? bagaimana nasib ibu di negeri orang nanti? dan bagaimana nasib kami disini tanpa ibu?"
" Tapi ini demi kamu dan adikmu, nak. Ibu harus berjuang lebih keras. Berdiam di rumah saja tidak akan cukup. Tidak selamanya ibu mampu berjualan, sayang. Mengertilah, nak."
" Ibu, Listi disini bantu ibu, Listi tidak akan kemana-mana. Kalaupun harus ke luar negeri biar Listi yang pergi."
" Tidak, sayang. Novi tak ingin berpisah denganmu lagi. Jaga Novi bersamamu. Ibu pasti pulang. Ibu janji, akan memberi kabar setiap bulannya melalui sebuah surat. Ibu tak akan lupa sekalipun ibu akan lama disana."
Putri yang sedari tadi diam kini mulai angkat bicara dan memutuskan untuk membawa Listi dan Novi tinggal bersama keluarganya.
" Kalau itu keputusan ibu, biarkan Listi dan Novi tinggal bersama keluarga saya, disana akan lebih aman. Dan pasti akan membawa mereka pada dunia dan suasana baru. Tapi berjanjilah, Bu.. Ibu akan pulang dengan segala kerinduan pada putri-putri ibu. Dan jika ibu berkesempatan pulang, pulanglah ke rumah Putri. Karena rumah Putri juga rumah kalian."
" Terimakasih, nak"
Sementara itu, Listi hanya mampu menangis. Dadanya terasa begitu sesak merasakan kehancuran dalam keluarganya. Satu pergi, dan satu berpisah. Rasanya tak rela dengan jarak yang akan ia alami bersama ibunya. Ia berpikir, tak membutuhkan apapun lagi kecuali keutuhan dalam keluarganya, semua berkumpul menjadi satu. Namun, harapan itu mulai lenyap ketika sang ayah tak bisa ia cari lagi. Dan sang ibu harus pergi demi melakukan tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga.
" Ibu, aku mohon.. bagaimana perasaan Novi jika mengetahui ini, cukup Listi yang pernah membuat dia kecewa, jangan ibu lakukan untuk kedua kalinya pada Novi. Hatinya pasti hancur, bu. Bagaimanapun kedekatan Listi dengan Novi, Novi tetap butuh ibu. Butuh kasih sayang dari ibu. Dukungan dan dorongan semangat ibu, apalagi sebentar lagi Novi sekolah."
" Karena ibu memikirkan semua itu, ibu ingin menyekolahkan Novi setinggi mungkin, biarkan Novi bisa meraih mimpinya suatu hari nanti. Dan jadilah kamu sebagai figur ibu untuk Novi."
Listi diam. Ia tahu harapan untuk segala kesuksesan putri-putrinya begitu besar, Listi merasa telah gagal. Dan Novi adalah satu-satunya harapan Ibu. Akhirnya, dengan berat hati Listi mengijinkan ibunya pergi.
" Lihatlah, Putri. Senja memang tak pernah berbohong untuk sesaatnya."
" Tapi senja selalu hadir disetiap harinya. Kamu masih berkesempatan melihatnya. Jika memang hidupmu adalah senja, maka lihatlah ia setiap hari. Suatu saat, waktu akan memberimu hal yang baru. Dan kamu akan menyukai siang dan malam, meskipun mereka terpisah oleh senja."
" Sama seperti aku akan terpisah dengan ibu."
" Tidak, Listi. Siang da malam ada, terpisah dan tak akan pernah bisa menyatu. Tapi kamu dan ibumu masih mempunyai begitu banyak kesempatan. Percayalah pada ibumu."
Listi menoleh pada ibunya dan sang ibu tersenyum padanya, mendekatinya dan memeluknya dengan erat.
" Biarkan waktu memisahkan segala kedekatan itu, sayang. Namun doa ibu selalu menyertai kalian."
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments