Antara Senja Dan Air Mata

Antara Senja Dan Air Mata

Episode 1

Hembusan angin menerbangkan rambut Listi sore itu. Betapa dinginnya suasana senja saat itu. Listi terdiam disalah satu kursi teras rumahnya. Dipandanginya mentari yang kian tenggelam diterpa malam. Kini langit semakin pekat. Semua tampak hitam. Hijaunya dedaunanpun tak nampak lagi.

Sesaat Listi memandang langit dengan ribuan bintang yang memancarkan cahayanya. Dia tersenyum. Kemudian beranjak menuju kamarnya. Diambilnya buku pelajaran kelas XII di meja belajarnya. Lembar demi lembar dia membacanya. Sampai suara gadis kecil tiba-tiba saja terdengar didepannya.

"Kakak lagi sibuk ya?" tanya gadis itu.

Listi menoleh dan tersenyum padanya. Hal yang biasa bagi Listi dengan kehadiran sang adik yang selalu datang dengan alasan yang sama. Sang adik selalu merengek meminta Listi menemaninya tidur dikamarnya jika dia tidak bisa terlelap seorang diri dikasurnya.

"Nggak kok. Novi pasti ga bisa tidur kan? Kakak temenin ya, sayang."

Novi tertawa bahagia sembari berlari-lari kecil menuju kamarnya. Sedangkan Listi berjalan dibelakangnya. Novi menghempaskan tubuhnya di ranjangnya. Sementara itu Listi mengambil posisi disamping kanan sang adik.

"Tidur ya."

"Kakak..."

"Yaa?"

"Besok kakak libur kan?"

Tak jarang pertanyaan itu muncul setiap kali Listi menemaninya tidur. Listi paham betapa gadis kecil seperti adiknya yang baru berusia empat tahun ini selalu merasa kesepian tanpa seorang teman bermainnya. Kadang Listi merasa iba. Tapi kewajibannya demi masa depannya juga tak bisa ia lewatkan.

"Sayang, kakak sudah tidak ada waktu libur lagi. Sebentar lagi kakak akan menghadapi ujian. Yang ada kakak harus ikut pelajaran tambahan sampai sore."

Raut wajah sang adik jelas terlihat setelah itu. Listipun paham, jawabannya akan selalu membuat adiknya kecewa.

"Kita main kalau hari minggu ya, sayang. Kakak pasti ada waktu buat Novi dan akan selalu ada. Sekarang tidur. Besok kalau kakak pulang lebih awal, kita main sama-sama ya." Lanjut Listi yang seketika bisa membuat adiknya tersenyum.

"Kakak janji?"

"Janji, sayang. Sekarang tidurlah."

Listi menyelimuti dan mengelus rambut sang adik sampai benar- benar tertidur. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, adiknya terlelap.

Kantuk masih belum menghampiri Listi. Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Listi kembali memastikan bahwa adiknya sudah tertidur pulas dan beranjak setelahnya. Ia kemudian berjalan menghampiri ibunya yang masih sibuk di dapur.

Ya,keadaan memang kadang memaksa seseorang untuk lebih keras dalam bekerja. Ayah Listi hanyalah seorang sopir angkot dan untuk menutupi kekurangan dari penghasilan suaminya, ibu Listi menjual kue-kue basah dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Ibu Listi harus berangkat pagi sekali dan pulang sore hari. Di malam harinya masih harus membuat bahan untuk jualan di hari selajutnya. Dan keadaan inilah yang membuat Listi sadar untuk ikut tidur larut malam demi mrmbantu ibunya.

"Listi bantu ya, bu."

"Tidak perlu, nak. Ibu tinggal buat adonan ini saja. Setelah itu ibu mau mandi dan isturahat. Entah kenapa ibu sangat lelah hari ini."

Batin Listi seolah tersayat mendengar kata lelah yang jarang sekali diucapkan oleh ibunya. Namun, Listi tak bisa membantu lebih seperti yang ingin ia lakukan saat itu.

"Bu,kenapa ibu tidak jualan didepan rumah saja? Lebih sedikit tenaga dan ibu tidak akan kelelahan."

"Sayang,rumah ini jauh dari keramaian, kalau ibu jualan di depan rumah, mana mungkin laku? Ibu tidak terlalu memperhatikan lelah, karena lelah hanya butuh istirahat. Lagipula, hidup itu tentang perjuangan, nak. Seperti apapun keadaannya, tetap ibu harus melakukannya. Meskipun kadang ibu mengeluh, kaki ibupun kadang rapuh, tapi ibu tetap harus berusaha. Kamu tahu kenapa? Karena ibu sangat menyayangimu dan juga adikmu. Ibu melakukan ini supaya kebutuhan dan keinginan kalian terpenuhi. Tidak peduli seberapapun lelah ibu, karena kecil harapan ibu, ibu hanya ingin menyekolahkan kalian setinggi mungkin. Angkat derajat orang tua kalian dengan segala kesuksesan kalian."

Listi begitu trenyuh mendengar tutur kata ibunya. Dia menangis dan memeluk sang ibu.

ibuuu.. Listi janji, bu. Listi akan buktikan suatu hari nanti, pasti sukses,buat ayah ibu.

iya, sayang. Sudah,jangan menangis. Sekarang pergi tidur. Malam sudah larut.

Oh, iya, bu. Ayah mana? Dari tadi aku belum melihat ayah.

"Akhir- akhir ini ayahmu pulang lebih malam, nak. Supaya ayah bisa memperoleh hasil tambahan."

Listi hanya terdiam. Merenungkan betapa besar perjuangan kedua orang tuanya. Dari situlah Listi belajar untuk menghargai sebuah perjuangan. Mengerti tentang sebuah pengorbanan dan usaha.

...

Pagi itu sambil menunggu bel berbunyi, Listi duduk bersama Ran, Rinda, dan Lin. Ya, mereka adalah sahabat Listi sejak SD dulu. Memang mereka selalu bersama dimanapun dan kapanpun. Bahkan kemanapun. Sampai-sampai salah seorang kakak yang pernah PKL di Sekolah Dasarnya dulu mengingatkan untuk berteman dengan semuanya. Bukan karena apa,tapi jika salah satu berpaling atau ada masalah lain, mereka pasti akan merasa sakit hati. Tapi keempat sahabat ini selalu menyikapi masalah dengan baik dan tidak pernah membesar-besarkannya.

"Aku punya sesuatu buat kalian." Kata Ran.

"Sesuatu? Apa?" Tanya Listi.

Ini! Jawab Ran sambil menunjukkan sesuatu kepada ketiga sahabatnya. Semuanya tertawa melihat benda yang dipegang, Ran. Kecuali Listi.

"Gelang karet??? Hahahaha.... Ran jangan becanda deh, kamu tahu kan ibu aku jual nasi uduk? Dan ibu punya begitu banyak gelang karet seperti ini. Hahaha..." kata Lin sambil tertawa.

"Ran tolong deh.. Hahaha... Gurauan kamu terlalu konyol!" tambah Rinda.

"Aku tahu mungkin ini terlihat sangat lucu bagi kalian. Tapi aku hanya ingin menjadikan sesuatu yang terlihat tidak ada harganya menjadi sesuatu yang sangat istimewa untuk kita. Ini tanda persahabatan kita. Apapun yang terjadi nanti, ingat ini! Ingat bahwa kita adalah sahabat. Semoga benda ini bisa selalu mempersatukan kita. Kalian tahu kenapa aku memilih benda ini untuk ku berikan kepada kalian? Karena kadang sesuatu yang terlihat konyol akan menjadi suatu hal yang tidak akan terlupakan dalam hidup kita. Dan aku ingin kalian mempunyai pemikiran yang sama. Menjaga dan menyimpannya dengan baik. Membedakannya diantara gelang karet lainnya."

"Aku mengerti maksudmu, Ran." Terimakasih. Kata Listi.

Bel masuk telah berbunyi. Listi melihat seisi ruang kelasnya. Tidak ada Randy. Ya, Randy adalah sosok yang mungkin sudah dianggap spesial oleh Listi. Meskipun sampai sekarang belum ada kejelasan apapun tentang hubungan mereka.

Randy adalah salah satu siswa yang sangat rajin. Tidak pernah terlambat datang ke sekolah dan tidak ada alasan untuknya tidak masuk sekolah bahkan sakit sekalipun. Begitu juga dengan sebuah kabar, apapun yang sedang terjadi dan apapun yang sedang ia lakukan, Randy selalu memberi kabar pada Listi. Tapi hari ini? Tanpa kabar apapun Randy menghilang begitu saja.

" Cari Randy? " Tanya Ran.

" Ya, biasanya dia sudah lebih dulu datang dibanding aku. Tapi hari ini."

" Telat mungkin. "

" Dia tidak pernah begitu, Ran. Aku tahu dia. Pasti ada sesuatu."

" Ya sudah. Kalau hari ini dia tidak datang kita ke rumahnya saja sepulang sekolah. Lagipula jangan terlalu dipikirkan. Randy juga belum memberi kejelasan apapun padamu. Jangan terlalu dikhawatirkan."

" Tapi aku sayang..."

" Iya iya sudah! Sekarang kita fokus belajar. Nanti pulang sekolah kita langsung ke rumahnya."

Pelajaran demi pelajaran dilewati oleh Listi. Waktu menunjukkan pukul dua siang dan bel pulang sekolahpun berbunyi. Listi dan Ran langsung menuju rumah Randy sedangkan Rinda dan Lin langsung pulang karena rumah mereka yang berlawanan arah.

Listi berdiri didepan pintu rumah Randy dan mengetuknya berulang kali. Aka tetapi tidak ada jawaban apapun. Mencoba mengintip dari luar jendela namun terlihat sangat sepi. Listi mencoba memanggil nama Randy berulang kali namun tetap saja tak ada jawaban apapun. Akhirnya dengan perasaan kecewanya Listi dan Ran pulang ke rumah mereka masing-masing. 

...

Listi masih saja memandangi handphone yang ada di genggamannya. Berharap ada pesan masuk dari Randy. Tapi tidak ada pesan sama sekali sedari lama Listi menunggunya. Tepat pukul sembilan malam ada sebuah pesan masuk dan betapa bahagianya Listi melihat pesan itu dari Randy. Listi kemudian membaca pesan itu.

 Listi maaf, kamu pasti khawatir tanpa kabar aku. Pagi tadi aku pergi ke Bandung karena ada acara keluarga yang benar-benar tidak bisa kutinggal. Aku bahkan tak sempat memegang handphone. Ini juga baru selesai. Maaf ya....jangan tidur malam-malam..

Aku sayang..

Listi sedikit lega setelah membaca pesan itu. Setidaknya Listi tahu alasan Randy tak mengabarinya satu hari ini. Beberapa saat Listi membalas pesan itu dan sesaat kemudian Listi tertidur.

Sementara ditempat lain, Randy tengah membuka jendela kamarnya lebar -lebar. Dipandanginya titik-titik terang di langit pekat. Indah dengan cahaya bulan malam itu.

" Listi, suatu saat nanti aku akan menjadi bintangmu yang tak dapat kau sentuh....tanpa menyentuh..." Gumam Randy.

Raut wajah Randy tampak begitu sedih. Namun entah apa yang sedang dipikirkannya. Apa juga maksud dari kalimatnya?

...

Hari ini tepat tanggal 20 April adalah hari ulang tahun Listi. Karena hari ini juga hari sekolah, Listipun bersiap untuk bersekolah seperti biasanya. Namun, hari ini Listi berangkat seorang diri tanpa Ran. Ran sedang sakit dan surat sudah dititipkan padanya.

Terasa ada yang aneh pada hari itu. Biasanya saat Listi sampai di sekolahnya, pintu ruang kelas sudah terbuka lebar dan suara candaan teman\-temannya biasa terdengar dari luar kelas. Tapi sekarang, kelas terlihat begitu sepi dengan lampu yang belum menyala terlihat dari jendela dan pintu juga masih tertutup rapat.

 

Listi membuka pintu perlahan dan tiba-tiba saja lampu menyala bersamaan dengan teman-teman yang berdiri dihadapannya. Sudah ada sahabat-sahabatnya juga disana termasuk Ran.

" Happy birthday Listi." Ucap teman-teman sekelasnya.

Listi sangat terharu dengan kejutan ini. Diantara nyanyian lagu ulang tahun Listi menutup mata dan beberapa saat kemudian ia meniup lilin ulang tahunnya. Riuh tepuk tangan terdengar begitu keras pagi itu.

" Makasih ya semuanya..makasih juga Ran udah rela bohong sama aku buat semua ini." Kata Listi sedikit kesal pada Ran.

" Hehehe...sama-sama." jawab Ran.

Listi kembali menatap seluruh isi ruang kelas. Tidak ada Randy lagi. Berbagai kemungkinan muncul dalam benak Listi Apa dia masih sibuk? Apa ada urusan? Dan apa dia lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Listi? Entahlah. Tak ada yang tahu apa yang dilakukan Randy sebenarnya.

Sepulang sekolah, Listi duduk dikursi teras rumahnya dengan handphone diatas meja. Berharap akan ada satu pesan atau bahkan Randy datang ke rumahnya hanya untuk memberi ucapan selamat ulang tahun padanya. Namun, tak ada apapun. Tak ada siapapun. Bahkan sampai malam menjelang, tak ada satupun harapan yang dikabulkan di hari istimewa Listi saat itu.

...

Listi memandang langit yang semakin pekat. Maasih saja Listi menunggu pesan dari Randy yang belum ada dan mungkin memang tak akan ada.

Listi mengambil buku hariannya dan menulis sesuatu disana

Randy...

Untuk kesekian kalinya lembaranku menceritakan tentangmu.

Kamu tahu Randy? Kamu ingat? Bahwa hari ini adalah hari istimewaku.

Hari bertambahnya usiaku, dan apa kamu paham? Aku herharap kamu menjadi orang pertama yang mengucapkannya padaku. Meskipun hanya sekedar ucapan, tapi aku sangat berharap. Apakah kau tahu bahwa satu ucapan darimu adalah salah satu hadiah terindah untukku?

Tapi apa Randy? Kamu menghancurkan harapan itu. Mungkin aku kecewa,dan memang benar adanya

Harusnya kamu mengerti bahwa ini adalah hari bahagiaku. Tapi kenapa kamu merusaknya dengan menghilang tanpa ucapan apapun?

Randy.....

Setetes air mata mengalir dipipi Listi mewakili perasaan kecewa dalam batin Listi. Serasa sesak dadanya jika mengingat kejadian ulang tahunnya. Memang bahagia dengan segala kejutan sahabat dan teman- temannya. Tapi akan lebih berarti jika ada sosok yang sangat disayanginya. Tapi Randy? Bahkan satu pesanpun tak ada yang diucapkan olehnya.

Listi menutup buku hariannya dan kemudian berbaring dikasurnya. Setetes air mata kembali mengalir namun Listi mengusapnya. Dia berusaha untuk melupakan rasa kecewanya dan berusaha memejamkan matanya agar pikirannya bisa istirahat sejenak dari beban dan segala keresahan hatinya.

...

Terpopuler

Comments

Mat Grobak

Mat Grobak

👍👍👍

2022-09-27

0

🍬🧀Kara

🍬🧀Kara

Holla kaka thor👋
Cece mampir bawa like+rate5

Semangatt update nya ya🔥
Salam dari The cat prince^^
Jangan lupa mampir n feedback

Sukses selalu😗😙💫

2020-09-19

2

Krisna Wan

Krisna Wan

aku suka kata-katanya😍

2020-07-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!