"Maria, pos." Dapet dari mana ia nomorku?, apakah aku bermimpi?. "Jangan gegabah pos ia mungkin hanya ingin berterima kasih saja, tidak lebih."hati kecilku menepis semua pertanyaan yang muncul dibarengi dengan tidak keyakinan. Grogi mulai menjalar dibagian tubuhku, rasaku ke maria berbentuk magnet kembali, apakah ini jalannya?, ah tidak mungkin. namun rasa sakitku masih terasa, tapi pesan itu sedikit meregakan gejolak jantungku yang sangat bereuforia sebab tawuran tadi.
"Iya, maria" jawabku singkat sembari mengompres bagian tubuhku yang terkena sajam tadi. Aku tak langsung menjawabnya, ku jeda sekitar 10 menitan sebab bu sri sedang mengajakku berbicara, dan aku akan menghargai siapapun yang menjadi lawan bicaraku, itu pesan yang ibu titipkan padaku.
"Maaf ya, atas sikap ibukku tadi." Tak berselang lama dari aku membalas, maria mengirimkan pesan lagi. Benar sudah kuduga ia hanya ingin berminta maaf atas sikap ibunya tadi, sesekali kutengok handphone yang kutaruh dimeja sesekali kupandangi teman temanku yang sedang bercerita tentang kejadian tadi.
"Tak apa mar, sudah biasa aku mah." Jawabku dibarengi emot ketawa tak ikhlas, ah entahlah emot apa itu.
"Bukan bermaksud seperti itu pos, ibukku memang begitu asal ceplas ceplos saja jika berbicara" maria masih saja membela ibunya, walaupun itu salah, tapi wajar saja jika aku menjadi maria aku juga mungkin akan seperti itu.
"Oh ya ya" kujawab dingin, walaupun aku ingin sekali berlama lama chattan denganya.
Dan maria hanya mebalas dengan emot jempol, chattan pun berhenti dengan emot yang sangat aku sukai namun juga sangat kubenci sebab itu tanda berakhir percakapan.
Darahku mulai berhenti bercucuran, rasa sakitku pun perlahan menghilang. Saat jam menunjukan pukul 1 dini hari, aku mengajak teman teman untuk balik kerumah dan beristirahat sebab esok ada sekolah.
"Ayo balik, sudah malam, besok sekolah" seruku pada teman temanku.
Temanku ku pun satu persatu menuju bu sri untuk membayar makanan yang kami makan tadi, kemudian berpamitan.
"Kopimu sudah ku bayar pos?" Tanya jarry padaku sembari tos.
"Sudah aman lah" jawabku singkat.
"Ayo, pos, balik" econ memanggilku.
Akupun langsung menaikki motornya dan perlahan lahan berjalan ke arah pulang.
"Assalamaualaiku bu" aku memanggil ibuku yang mungkin sudah tertidur pulas, tapi ibukku sudah terbiasa jika aku pulang jam segini. Lama aku mengetuk pintu sembari memenggil manggil ibuku.
"Iya le, sebentar. "Akhirnya" ucapku dalam hati.
Terdengar suara ibu berjalan kearah pintu dan membuka kunci.
Kucium tangan ibukku, dan ingin cepat cepat kekamar mandi untuk meredam baju dan jaket yang sudah bersimbah banyak darah.
"Habis tawuran lagi ya?"
"iya, bu"
"Lee, udah udah lah berhenti, ibu tak ingin kehilnganmu, setiap hari ibu selalu menghawatirkanmu, posa ndak sayang sama ibuk apa?" ibukku menegurku, sembari terlihat wajah kecapeannya, yang aku paling tidak bisa melihat ibukku seperti itu.
"Iya bu, posa paham, posa sayang kok sama ibu" sering sekali ibukku berkata seperti ini selepas aku tawuran, iya aku tertegun, tapi tetap saja masih kulakukan.
"Astaghfirullah, banyak sekali bekas darah di jaketmu nak."
"Tak apa, bu, cuman luka sedikit kok."
"Sudah ibu kembali tidur ya, posa ingin merendam baju kemudian tidur."
"Yaudah cepat sana" jawab ibukku.
Akupun segera berjalan kearah toilet lalu menyiapkan ember dan rinso untuk merendam jaket dan bajuku. Selesai meredam baju, akupun segera menuju kekamar, dan kegiatan sebelum tidur yaitu melihat lihat barang barang bagus di instagram ataupun facebook.
"Posa dari mana tadi, kok buru buru pulang" pukul 02.00 maria mengechatku, akupun terkaget.
"Maria belum tidur?" Jawabku spontan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments