Hari silih berganti begitupun rasa kadang suka, kadang asa dan terkadang juga tak tau apa yang dirasa, penyakit yang tak berbentuk tetapi memiliki priyayi, overthinking menjadi makanan kita sehari sehari selain nasi, waktu kecil menyebutkan cita cita dengan semangat bahwa kita bisa menggapainya dikemudian era, saat besar melihat dunia terkata dalam hati "begitu kejam ya dunia ini terhadap mereka yang tak mau berusaha," kalian pengecut tidak berani bergerak untuk menghadapi dunia yang kejam ini dan terus rebahan sembari melihat bukuku ini, sama sepertiku tak berani melawan sendirian lalu mengajak kalian tuk melawanya bersama.
******
Aku pun kembali seperti seorang pejabat yang memikirkan akan gaji anggaranya, pikiranku kacau, entah dan pecah, anganku terbang diudara hingga menyesaki rongga keluar masuk udara di tubuhku, aku melamun aku bodoh kenapa aku sampai tergila gila dengannya sedangkan aku hanya lelaki kusut penjaga parkir, berkulit belang dan bermuka seperti pecahan ban, tapi setiap yang berhati berhak memilikinya masalah memendam ataupun mengungkapkanya itu urusan sendiri sendiri.
Anganku kembali kemaria lagi yang membuatku kembali risau akan kejadian yang ditimpa maria kemaren sehingga membuatku melamun cukup lama.
"Woi posss" ucap arhan mengagetkanku, untung saja aku tidak memiliki repleks yang begitu akut jika memiliki spontan akan kutonjok tu perut si arhan.
"Iya ***" jawabku.
"Sini iuran buat beli bingkisan." ucap arhan seperti seorang rentenir yang menagih utang ke si peminjam yang sudah jatuh tempo.
"Bingkisan buat jenguk maria nanti?" tanyaku kembali ke arhan dan arhan menganggukan kepalanya tanda benar, akupun sangat bersemangat merogoh sakuku untuk mengeluarkan uang, sehingga membuat arhan bertanya tanya kepadaku "haha tumben sekali lu mau iuran pos" ucap arhan dengan nada mengejek. "biasanya alesan gak punya uang." Sambungnya yang membuatku muak dan jengkel, setelah kuberikan uangnya akupun segera keluar dan menuju ketempat teman temanku nongkrong di kantin tempat mak encing.
"Kenapa lu poss, murung sekali muka lu?" tanya temanku sebut saja dimas, dia adalah lelaki yang berjiwa **** sampai sampai katanya **** is game, untung saja ia kaya coba saja ia sepertiku mungkin tidak kepikiran mungkin hal seperti itu, dan salah satu orang yang bucin akut di tongkronganku, tiada hari ketika kami nongkrong dia tidak membicarakn tetang wanita baik wanita a wanita b sampai wanita z yang ia sudah rayu, beruntung dia tidak terlalu tertarik dengan maria, itu saja sudah membuatku lega sebab ia akan menggunakan seribu cara untuk mendapatkanya dan pastinya aku akan kalah karena aku tak memiliki apa apa selain hanya cinta.
"Gak papa mass" jawabku sembari menuju mak encing tuk memesan kopi dan rokok sebatang.
"Ah yang bener lu pos?" tanyanya lagi.
"Sini cerita ama temen temen lu, apa mau beli anggur nanti sehabis sekolah" sambung dimas merayuku agar bercerita.
"Bentar bentar gua ngidupin rokok dulu" jawabku. seketika temanku diam sembari menunggu pembicaraan yang keluar dari mulutku.
"Gini ***, itu anak baru kecelakaan katanya kemaren dimalioboro." Aku berkata dengan nada sok tidak kenal saja dan kututup tutupi khawatiranku ini.
Tak ada yang merespon, hening rasanya hingga temanku berkata "kau khawatari denganya?" nyeletuk temanku sebut saja ia bagas, dia teman yang sangat peduli dari pada yang lainya walaupun sifatnya sedikit menjengkelkan tapi dia teman yang sudah kuanggap saudara sendiri. Aku hanya bisa menghela napas sembari merubah ekspresiku "iya *** ...". "Ya sudah jika seperti itu, namanya juga musibah gak ada yang tau pos" ucap dimas. Ia mengucapkan sebuah kalimat tentang ke tidak beruntungan seseorang sampai semua temanku menyimaknya akupun begitu. Hingga tak lama bel berbunyi dan menandakan pelajaran akan segera dimulai, teman temanku pun segera beranjak dari tempat duduknya kemudian membayar pesanannya lalu menuju kekelas masing masing.
dan pada akhirnya hatiku mulai terasa tenang kembali, walaupun sebagian memikirkan maria, tapi apakah aku pantas mengkhawatirkanya?. Tak sampai jika aku mengingat kata kata ini "ingat poss lu dari keluarga miskin untuk makan aja susah apalagi untuk bercinta, sudah mending kau pendem saja rasa itu sampai ada moment yang membuatmu mengungkapkanya" entahlah aku pusing dengan pikiranku sendiri.
lalu aku masuk kelas dan seperti biasa menaruh kepalaku dimeja dan kembali terlelap dalam mimpi hingga bell menandakan pulang berbunyi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Almora
Teruslah menulis walaupun belum banyak pembaca, sambil memperbaiki kualitas tulisan.
Semoga sukses, 👍
2022-05-18
4