"Selesai tawuran jam berapa mereka biasanya?" Tanya maria.
"Malam biasanya mar." "Anak nakal mah biasa, pulange malem malem." Jawab arhan. sembari di tambahi emote ketawa yang ada air air dikepala.
"Suka tawuran ya dia?"
"iya, mar"
Mereka chattan intens sekali tak ada jeda sampai 5 menit, arhan terlihat begitu senang, ia sudah seperti dokter martinez, mengganti foto profil paling keren dijejeran album foto di handphonenya, dan membuat story tentang keilmuwan, biasa rata rata lelaki akan begitu agar terlihat oke oleh wanita yang ia sukai. Sedangkan aku tidak ada apa apanya, handphone saja sudah retak retak dan susah dipencet apalagi mau bergaya layaknya dokter martinez, bisa saja, tapi mungkin semua uang tanunganku selama setahun akan sia sia untuk hal hal begituan, sudahlah aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, jika maria suka padaku ya aku seperti ini.
"Aku minta nomornya posa, han"
"Buat apa, mar" jawab arhan.
"Aku ingin berterima kasih padanya dan meminta maaf atas sikap ibukku tadi".
*******
Aku dan temanku langsung saja menuju warung bu sri, warung yang biasa buat kita nongkrong dan bercerita, bercurhat tentang kerasnya dunia dewasa, aku hari ini tidak menjaga parkiran. Jika aku tidak menjaga parkiran pasti ibukku sudah tau aku dimana, sebab aku sudah biasa pulang dengan baju atau jaket bersimbah darah, dan ia akan berucap "yang penting jangan sampe nyacatin yang berakibat dia susah mendapatkan kerja dikemudian hari." Kata kata itu sudah bisa tersawang dibenakku. Mungkin ibukku sudah bosan memarahiku dan akunya tidak berubah rubah. Ibukku tidak bisa menyalahkan aku, yang seharunya ia salahkan adalah suaminya sebab tak bisa mendampingiku dimasa muda yang penuh dengan rasa penasaran dan ingin mengetahuinya.
"Abis tawuran lagi ya?" sebut saja bu sri nama lengkapnya sri lestariningsih, ia adalah ibu warung yang sudah menganggap kita sebagai anak sendiri.
"Iya bu" jawabku.
"Ada yang terluka ndak?"
Aku terdiam sebab luka yang kualami lama lama sakitnya menjalar keseluruh tubuh.
"Banyak darah tu di bagian tubuh kalian, coba ibu lihat" sambung bu sri.
Kami pun segera membuka pakaian, dan melihat apakah ada luka dibagian tubuh masing masing.
Tak ada luka terlalu yang bersarang di badan teman temanku, hanya luka goresan pucuk sajam saja, dan semua temanku sudah terbiasa dengan luka seperti itu.
Aku tak ingin membuka pakaianku, pasti besar dan dalam luka yang kualami
"Coba lihat lukamu poss, banyak darah tu dibagian bajumu" ucap bu sri.
Perlahan kubuka bagian yang terasa nyeri perlahan lahan.
"Astaghfirullah" kaget bu sri, sembari berlari kebelakang, entah mengambil apa.
Lukaku begitu dalam, sampai sampai tulangku terlihat, pantas saja sakit sekali.
"Ayo kuantar kerumah sakit, poss." Econ berucap.
"Tak usah con, tak apa ini."
"Dalam itu, darahmu tak mau berenti" jarry memaksaku.
"Sudah tak apa, paling besok juga sembuh" berkata sedikit saja sakitnya sudah terasa, tapi aku tak mau temanku mengetahuinya bahwa aku sedang merasa kesakitan, aku diajarkan ibukku untuk mencoba menahan sesuatu yang menyakitkan. tapi ini sakit sekali, darahku mengalir tak mau berhenti.
"Ni dikasih alkohol dulu dibersihkan, terus dikompres sekalian di balut pake gombal dulu lukamu biar ndak mengalir terus tu darah" ucap bu sri.
Kuambil kompres dengan air dan ku tempelkan perlahan dibagian yang terkena sajam. Perlahan lahan darahku mulai tak keluar lagi, tapi saat terkena alkohol yang di sisipkan di kompres tadi perihnya luar biasa.
"Ting" bunyi pesan masuk dihpku
kuambil perlahan lahan handphone yang kutaruh disaku sampingku dengan nomor yang tak kukenal. Kulihat lalu kutaro lagi, pikiranku dari pihak aziz tuk menantangku lagi atas kekalahan yang tidak mereka terima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments