Amarah teman teman ku sudah tak bisa dikuasai lagi, mereka lepas, liar, sama saja denganku yang kuinginkan hanya membalas apa yang mereka perbuat kepada temanku, dan mereka kalah.
"Crakk" terdengar suara jaketku yang terkoyak, aku tak tahu pasti bagian mana yang terkena, aku tak terlalu memperhatiknnya, mataku masih tertuju dibagian badan aziz yang tidak aziz lindungi, aku nunggu ia lengah.
"Ada apa dibandanku" ucapku dalam hati. Terasa ada cairan yang keluar dan lama lama memenuhi bagian luar perutku dan dalam jaketku, aku spontan melihat bagian perut sedetik sesudah aziz menyerang bagian kepalaku dan ku tangkis dengan tangan kiri, darah segar mengalir perlahan, badanku terkena sajam yang dipegang aziz, ia mengenaiku telak dibagian bawah ketiakku, demi teman yang sudah kuanggap sodara sendiri, aku sampai sampai tak terlalu memikirkan luka ditubuhku yang mungkn saja fatal, namun rasa sakitku kalah dengan emosiku, pikiranku hanya musuhku bisa kalah dahulu, kemudian kita lakukan apa yang ia lakukan kepada temanku, itu saja yang terpikirkan dibenakku.
Merengsek maju, seperti hewan yang lapar, tak kenal badan, rasa takut terasa tak ku miliki lagi, aku berhadapan dengan aziz,
"Sudah ku tandai kau" kuucapkan tidak menggunakan suara sembari mengayunkan celuritku kepadanya.
Kupandangi gerak geriknya sembari ku putarkan celuritku tak tentu arah. Nyawa terasa tak ada di badan, tangan kiriku melindungi kepalaku sedangkan tangan kananku menyayunkan sajam, darah masih terus saja mengalir dibagian tubuhku.
Kupandangi wajah aziz dengan rasa dendam, aku terus merengsek maju, aziz memutarkan samurainya sembari perlahan mundur.
"Crakk" celuritku mengenai bagian punggung aziz yang dilapisi jaket tebal, aku berusaha mengambilnya kembali, namun susah, aku berusaha melepasnya, aku mencoba menyabutnya, tetap tidak bisa dan akhirnya ku tarik keras keras kearah samping,
"uhhuk" terlihat aziz mengeluarkan darah dari mulutnya, darah dibagian tubuhnya berlomba lomba keluar untuk menghirup udara segar, tapi ia tetap saja masih berdiri, ia masih bisa melawan, akupun tak mau kalah aku terus merengsek maju, walaupun dibagian perutku terasa dingin sekali sebab darah yang keluar di bawah ketiakku, dan rasa sakit mulai menyerang.
"Mundur mundur" aziz mengisyaratkan gangnya untuk mundur, teman temanku berlari mengejarnya.
"Bacokin aja ni" seru temanku, gang musuh ada yang tertinggal satu, sajamnya sudah dirampas dan mukanya mengeluarkan tampang ketakutan, ia pasrah, ia telak, ia hanya bisa menunjukan muka belas kasihan, itulah manusia jika dia diatas ia akan angkuh sembari merendahkan yang lain, sedangkan saat dibawah ia akan memelas atas kasihan manusia lainnya.
"Jangan jangan" ucapku keras, sembari menyuruh musuh satu ini untuk cepat lari, "lari cepat anj***" ucapku kepadanya. Hasrat liarku, amarahku semua hilang semenjak melihat aziz mengeluarkan batuk darah tadi. Terlihat bagian punggung jaketnya sudah basah, itu pasti darah yang kusarangkan sajam dibagian punggungnya.
Malam itu jam 09.00 temanku bersorak semua, tak ada warga yang berani keluar, mereka mungkin sedang menunggu tawuran ini selesai.
Ada kesenangan tersendiri saat sudah membalaskan dendam firman.
"Ayo cepat kita balik bashcamp lagi" seruku sembari berjalan kearah motor kita tadi terparkir, yang lainnya mengikuti, terlihat tampang tampang kesenangan dimuka semua temanku, ada darah dibaju mereka entah itu mereka yang terkena atau darah musuh, nanti saja aku tanyakan, yang terpenting kita otewe ke bashcamp dulu
*********
Setelah mereka melihatku beranjak pergi dari rumah sakit sekitar jam 17.00 mereka pun sekelas mulai beranjak pulang kerumah masing masing.
"Han" ucap maria kepada arhan melalui pesan whatsaap.
Teman temanku sudah pulang sedari jam 5 sore tadi, dan sesaat sebelum mereka pulang, maria meminta nomor arhan, kala itu belum ada namanya grup kelas.
"Oh iya mar" jawab arhan, terlihat tampang tampang kegirangan diwajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
ibnu pratama
yok
2022-06-17
2