"Ra, kau gak apa-apa?" Jonathan menghampiri Tiara dengan penuh kecemasan. Ingin membantu tapi bingung harus berbuat apa?
"Gak apa-apa gimana. Dia kesakitan, Nathan." Alicia yang menimpali, dari tadi dia sudah mengelap semua kuah makanan yang mengenai kulit tangan Tiara. Tapi tetap saja, bekas merah itu membawa rasa sakit di tangan wanita itu.
"Apa istimewanya si cupu ini si. Jonathan sampai mau membantunya." Jessica hanya bisa menggerutu dalam hati, ini bukan pertama kalinya mereka menjahili murid lain tapi baru kali ini si ketua osis itu ikut campur bahkan membantu target mereka.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Jonathan memperhatikan Jessica, Alicia dan Michel. Dia curiga pada kedua teman Shasa, tapi kenapa Michel juga terlibat di sana.
"Tuh, entah kenapa si Michel tiba-tiba menjatuhkan maknanya." Alicia menimpali. Bibir bicara seolah membela Tiara. Padahal dalam hati sudah tersenyum puas karena dia yang sudah menghadang kaki Michel.
"Maaf, Aku tidak sengaja, kaki ku tersandung." Michel menjelaskan. Dia sendiri tidak sadar sampai tidak bisa tahu pasti apa yang menghadang kakinya.
"Akh sudahlah!" Jonathan mengendus kesal, sekarang tidak penting mengetahui siapa dalang nya, luka Tiara harus segera di obati. Dia tahu itu pasti ulah Jessica atau Alicia, tapi dia tidak punya bukti untuk menuduh mereka. Dia tahu Michel wanita seperti apa, wanita itu tidak akan dengan sengaja melakukannya. "Mau ku antara ke UKS, Ra?" ucapnya menawarkan diri.
"Tidak usah, Jo. Aku harus ke toilet." Tiara menjawab lemas. Dia begitu syok, badannya sudah terasa lengket karena noda di baju dan rok seragam nya. Di tambah lagi orang-orang yang ada di kantin dari tadi terus memperhatikan nya.
"Ayo, aku bantu." Jonathan sudah siap mengulurkan tangan untuk membantu Tiara berdiri. Tapi dengan cepat Jessica menghalangi nya.
"Nathan kau tidak mungkin kan memasuki wilayah wanita. Kau diam saja, biar kita yang mengantarnya." Jessica mencegah bantuan Jonathan, mereka akan ke toilet wanita Jonathan tidak mungkin mengantar Tiara dan membantunya.
"Sial! Apa sebenarnya yang mereka rencanakan." Jonathan kesal sendiri. Ingin memastikan Tiara baik-baik saja tapi tidak mampu membantunya.
"Hei Michel, kau juga harus ikut! Kau harus tanggung jawab, Tiara sampai begini karena ulah mu." Alicia menoleh, mengajak Michel sampai gadis itupun ikut mengikuti mereka ke toilet bersama.
Mereka berempat sudah sampai di toilet.
Tiara langsung masuk ke dalam untuk membersihkan badannya.
"Akh, bagaimana ini. Aku tidak mungkin masuk kelas dengan keadaan seperti ini. Padahal aku harus ikut ujian mingguan." Tiara kebingungan, kemeja dan rok seragam nya basah kuyup setelah dia membersihkan semua noda nya.
"Tiara, apa sudah beres?" Jessica bertanya, dia sudah tidak tahan harus terus menunggu di sana. Ternyata berpura-pura baik sungguh memuakkan, waktunya terasa habis sia-sia.
"Seragam ku basah dan kotor, Jes. Aku tidak mungkin masuk kelas dengan keadaan seperti ini. Apa yang harus aku lakukan?" Tiara hanya bisa mengeluh, berusaha bertanya, karena hanya mereka yang bisa ia percaya untuk membantunya.
Jessica dan Alicia langsung menyeringai, itulah yang mereka harapkan.
"Tunggu sebentar. Aku akan mencari bantuan." Alicia menimpali. Dia langsung melihat ke arah Michel, giliran wanita itu memainkan peran nya.
"Hei Michel! Kau bisa kan meminjamkan seragam olahraga mu pada Tiara?" Jessica berusaha memberi saran. Setidaknya itu bisa menunjukkan rasa tanggung jawab Michel atas ulahnya pada Tiara.
"Tapi...." Michel agak ragu, banyak kemungkinan yang sudah dia bayangkan. Peraturan sekolah terlalu ketat sampai siapapun yang melanggarnya pasti akan mendapatkan hukuman.
"Tapi apa? Setidaknya itu lebih baik dari pada Tiara mengunakan seragamnya yang basah kan?" Jessica kembali menegaskan. Dia bisa menebak apa yang di pikiran Michel sekarang. Masa bodoh, memang itu yang mereka rencanakan sejak awal.
"Baiklah, sebentar aku akan mengambilnya." Tidak ada pilihan lain, Michel langsung bergegas mengambil seragam olahraga nya.
"Yang satu terlalu bodoh, yang satunya lagi penakut. Memang kerikil sekolah yang menggangu." Alicia bergumam sambil menyeringai. Sungguh menjengkelkan harus terus bersama dengan mereka. Kerikil-kerikil itu terlalu mudah untuk di bereskan sampai membuat nya bosan.
"Nih, ini yang terakhir."
Alicia mengeluarkan sebuah lipatan kertas dari saku bajunya, memberikan itu pada Jessica agar dia membereskannya.
"Oke." Jessica ikut tersenyum, dengan senang hati menjalankan tugasnya.
"Tiara, Michel sedang mengambil pakaian ganti untuk mu. Kau bisa melepas seragam mu sekarang. Jam istirahat sebentar lagi berakhir kita harus bergegas agar tidak telat masuk kelas." Jessica kembali memanggil Tiara, berusaha memberi tahu kalau Michel akan segera datang untuk membantunya.
"Iya, baiklah." Tiara dengan cepat menjawab. Akhirnya dia sedikit lebih tenang, Jessica benar benar mencari bantuan untuknya.
"Jika sudah di lepas kau bisa memberikan nya pada ku. Aku akan mencoba menjemurnya."
Timpal Jessica lagi menawarkan diri.
"Apa tidak akan merepotkan mu?"
"Tidak, sini berikan pada ku!" Jessica seolah berlapang dada. Iya, kalau itu bukan bagian dari rencananya, dia sangat enggan melakukannya.
Pintu toilet sedikit terbuka, Tiara langsung mengeluarkan tangannya saja untuk memberikan seragam basahnya pada Jessica. "Maaf ya, aku merepotkan kalian." ucapnya tanpa memperlihatkan wajahnya. Dia langsung menutup kembali pintu itu, malu karena tidak mengenakkan pakaian.
"Tidak apa-apa."
Jessica dan Alicia tersenyum girang. Jessica langsung memasukkan lipatan kertas itu ke saku baju Tiara, memasukkan dengan cepat sebelum Michel kembali ke sana.
Tidak lama, Michel kembali dengan membawa seragam olahraga di tangannya.
Jessica pun langsung memanggil Tiara lagi memberikan seragam itu agar Tiara lekas memakainya.
"Michel, kita akan menjemur pakaian Tiara dulu, tolong temani Tiara dan bergegaslah! sebentar lagi masuk kelas! kita duluan ya."
Jessica dengan sengaja memperlihatkan seragam Tiara untuk terlebih dulu pergi dari sana. Menggerakkan baju Tiara sampai kertas yang ada di sakunya terjatuh ke lantai.
"Akh ini sampai jatuh, untung saja tidak basah. Michel tolong simpan ini dulu. Nanti ku ambil kembali saat pakaian Tiara sudah kering dan akan menyimpannya kembali ke sakunya."
Seolah kertas itu milik Tiara, Jessica langsung memungut nya, secara langsung menyimpan itu di saku baju Michel, agar wanita itu tidak menolaknya. Seolah kertas itu sangat penting sampai Michel harus menyimpan nya.
...*...
Bel masuk berbunyi. Murid murid dengan cepat langsung masuk kelas duduk di bangkunya masing masing.
Jonathan, terus melihat ke arah pintu. Mencari sosok Tiara yang belum terlihat juga batang hidungnya. Dia sampai gelisah, masih di manakah Tiara sampai belum masuk kelas juga? "Akh apa aku harus mencarinya!" gumamnya sambil beranjak berdiri, ingin melangkah tapi Shasa menghentikan pergerakannya.
"Nathan, kau mau ke mana? Ini sudah waktunya masuk kelas." Shasa seolah bertanya, padahal jelas dia sedang mencegah Jonathan agar tidak terus mengkhawatirkan Tiara.
"Akh, kau kemana si, Ra?" Jonathan memilih duduk. Jikapun dia keluar, belum tentu dia bisa menemukan Tiara sebelum guru memasuki kelas nya.
Baru juga di khawatirkan, Tiara terlihat memasuki kelas beriringan dengan Michel di sampingnya.
"Tiara, sekali lagi maaf ya." Michel sampai membungkukkan kepala, dan langsung pergi duduk di bangku nya. Dia benar benar merasa bersalah pada Tiara, terlebih karena wanita itu murid baru jadi belum terlalu tahu tentang peraturan sekolah.
Jonathan sedikit lega sekaligus gelisah. Lega karena Tiara baik-baik saja, tapi gelisah melihat wanita itu masuk kelas tanpa mengenakan seragamnya.
"Apa ada yang aneh. Kenapa semuanya menatap ku seperti itu?" Tiara hanya bisa membatin. Dia tiba-tiba jadi canggung, sampai melangkahkan kakinya dengan begitu perlahan menuju tempat duduknya.
"Ra, apa kau tidak punya seragam cadangan?" Jonathan tiba-tiba menghampiri Tiara dan bertanya. Dia tahu seragam Tiara pasti kotor karena kejadian di kantin tadi, tapi tidak pernah berpikir kalau Tiara akan masuk kelas menggunakan seragam olahraga.
"Tidak, Jo. Memangnya kenapa?" Tiara bertanya, dia jadi tambah penasaran. Michel pun tadi sampai berkali-kali meminta maaf padahal dia sudah meminjamkan seragam nya, lalu setelah dia masuk kelas seluruh murid langsung menatap aneh dirinya. Dan sekarang, Jonathan pun sampai memasang wajah khawatir melihat penampilannya. Apakah seburuk itu dia mengenakan seragam olahraga itu?
Jonathan ingin bicara, tapi Bu guru pengawas ujian sudah masuk untuk mengawali ujian mereka. "Maaf, Ra. Mungkin aku tidak bisa menolong mu." keluhnya, mengatakan itu dengan begitu penuh penyesalan. Langsung melangkah pergi menuju tempat duduknya kembali.
"Ada apa sebenarnya?" Tiara heran. Walau penasaran dia harus fokus untuk belajar, langsung menyiapkan alat tulis dan ia simpan di atas meja nya.
"Tiara Lestari." Bu guru itu dengan keras memanggil Tiara. Tiara sampai kaget karena guru itu tiba-tiba memanggilnya.
"Mampus kau!" Shasa menyeringai, rencananya berhasil, sepertinya akan ada pemandangan indah di depan kelas.
"Iya, Bu." Tiara langsung menjawab.
"Maju ke depan!" Pinta guru itu.
Tiara yang kebingungan hanya bisa pasrah menuruti perintah. "Baik, Bu."
"Shasa, periksa semua murid. Pastikan mereka tidak membawa contekan." Bu guru kembali bersuara, kali ini memerintah Shasa agar dia melakukan tugasnya.
"Baik, Bu." Shasa menjawab dengan tegas.
Inilah yang dia tunggu-tunggu. Setelah tadi Jessica dan Alicia melakukan peran nya, kini giliran dia yang menyelesaikan nya.
Tiara kini sudah berdiri di depan menghadap sang Guru, seolah bertanya apa kesalahannya sampai guru itu memanggilnya.
"Kalau mau olahraga silahkan keluar.
Kau kira ujian ini sebuah lelucon." Tanpa basa-basi guru itu langsung menegur Tiara. Bicara dengan begitu tegas dan penuh penekanan.
Tiara sampai tersentak, perkataan Bu guru bagaimana tamparan keras hingga dia tersadar akan kesalahannya. "M-maaf, Bu. Seragam saya basah." lirihnya langsung menunduk, dia hanya bisa beralasan, malu sendiri, kenapa tidak berpikir sampai ke sana.
Dia tahu sekolah ini sangat ketat dengan kedisiplinan, tapi dia tidak menyangka itu akan lebih kejam dari dugaannya.
"Tidak ada alasan, silahkan keluar! atau kau bisa olahraga di dalam kelas dengan berdiri mengangkat satu kaki sampai ujian selesai." Bu guru kembali menegaskan. Bahkan menawarkan pilihan yang sama sama merugikan.
Tiara baru saja masuk di sekolah ini, bertekad ingin mendapatkan beasiswa tapi malah mendapatkan hukuman sebelum dia membuktikan kalau dia layak menduduki posisi Trisakti sekolah. "Bu...!" lirihnya berusaha memohon, tolonglah ada kemurahan karena dia murid baru yang belum paham betul tentang aturan di sana.
Belum juga ada jawaban dari guru itu, Shasa tiba-tiba bersuara, dia menemukan sesuatu dan bergegas memberikan itu pada gurunya. "Maaf, Bu. Saya menemukan ini di saku baju Michel."
Bu guru lekas membuka lipatan kertas itu dan memeriksa nya. "Michel. Jadi selama ini nilai mu naik pesat karena selalu membawa contekan." tegur nya bicara dengan begitu keras dan penuh kekesalan. Dia menjadi kecewa setelah melihat contekan yang Shasa temukan di saku murid wanita itu.
"Bu. I-itu bukan milik saya." Michel kaget bukan main. Kaget karena di marahi Bu guru, dan kaget karena itu kertas milik Tiara yang tadi terjatuh dari saku baju wanita itu.
"Jangan membuat alasan Michel. Ibu akan lebih membenci mu kalau kau malah membuat alasan dan tidak mengakui kesalahan." Bu guru tidak percaya, kalau itu bukan milik Michel kenapa ada di sakunya.
"Tapi, Bu. Itu beneran bukan milik saya. Itu milik Tiara, saya menyimpan itu karena baju Tiara basah dan berniat mengembalikan nya nanti, aku tidak tahu kalau itu sebuah contekan." Michel berusaha menjelaskan. Dia sendiri tidak menyangka sedikitpun kalau itu sebuah contekan makanya dia mau saja menyimpan.
Bukan hanya Michel yang kaget. Tiara tidak kalah kaget, dia tidak pernah menyimpan itu di sakunya. Dia merasa dikhianati. Kenapa Michel seolah sedang bersandiwara dan berlindung di belakangnya untuk menutupi kesalahannya.
"Argh, kenapa Michel membawa nama ku."
Tiara hanya bisa mengeluh dalam hati, sudah jatuh kenapa harus tertimpa tangga pula.
Apa Michel tidak merasa bersalah karena telah membuat nya di keluarkan dari kelas. Dan kenapa sekarang malah memojokkan nya, menuduh kalau dia yang membawa contekan. Dia tidak terima. "Bu, itu bukan milik saya, Michel berbohong." dia berusaha membela diri.
Belum juga kelar dengan masalah seragam, kini malah masalah contekan. Harapan Tiara untuk mengikuti ujian benar benar sirna.
Tapi setidaknya dia akan membersihkan namanya atas tuduhan contekan itu.
"Aku punya buktinya, Bu. Jessica dan Alicia juga melihat kertas itu jatuh dari saku bajunya Tiara." Michel melakukan banding, membuat suasana di kelas terasa makin sengit. Dia langsung menatap Jessica dan Alicia yang duduk di bangku yang sama seolah meminta kesaksian mereka.
"Maaf, Bu. Kita tidak tahu pastinya seperti apa. Tadi kita hanya membantu Tiara berganti pakaian karena Michel tidak sengaja menumpahkan makanan di seragam, Tiara."
Jessica yang menimpali. Mereka pura pura polos, hanya bisa cuci tangan. Tertawa puas dalam hati. Kerja keras mereka terbayar dengan tontonan menarik perdebatan Tiara dan Michel di depan mata mereka.
"Jangan ada yang bicara lagi. Tiara silahkan keluar. Michel, nilai mu selama sebulan kebelakang ibu potong setengahnya." Bu guru memberi keputusan. Tidak ada gunanya terus berdebat, ujian harus segera di laksanakan.
"Hah. Kenapa semuanya jadi begini." Tiara hanya bisa menghela nafas berat. Frustasi sendiri, tidak habis pikir kenapa semuanya bisa jadi seperti ini. Dengan begitu lemas dia melangkah meninggalkan kelas.
Di sudut lain, Kenzo dari tadi memperhatikan Tiara. Dia sampai gelang kelapa, kenapa selalu kesialan yang selalu Tiara terima. "Apa semenyedihkan itu tidak bisa ikut ujian? Bikin report saja." umpatnya sambil bangkit, mulai melangkahkan kaki meninggalkan tempat duduknya.
Entah apa yang akan Kenzo lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Nur aisyah
dh
2023-11-12
0
Anonymous
Tiara bodoh
2022-08-11
0
Jumi Roh
thor kok dibikin menyedihkan gitu sih Tiara
2022-08-10
0