Pagi hari di sekolah Trisakti. Anak-anak sudah berdatangan memasuki gerbang. Mengawali rutinitas pagi hari mereka di sekolah.
Di sudut lain, mobil yang di tumpangi Shasa terlihat berhenti jauh dari gerbang sekolah.
"Non, kenapa berhenti di sini?" Sang sopir kebingungan. Kenapa juga harus berhenti di sana padahal jaraknya masih jauh dari gerbang.
"Diam, kau di bayar untuk bekerja bukan untuk banyak tanya." Shasa menjawab ketus, langsung menyuruh Tiara bergegas turun dari mobilnya.
"Kenapa masih diam? Cepat turun! Ingat, jangan sampai ada murid lain yang melihat kita keluar dari mobil yang sama."
Shasa bicara dengan begitu kesal. Mood nya sedang tidak baik karena ada perdebatan kecil di rumahnya, dan itu semua tidak lain karena Tiara. Dia menjadi benar benar muak pada nya, bahkan menyuruh wanita itu menyembunyikan hubungan mereka dari murid yang lain.
"Iya, aku turun." Tiara bergerak dengan lemas. Hatinya tergores dengan perlakuan Shasa, wanita itu benar benar ingin menjaga jarak darinya.
Tiara berjalan lemas, pagi ini dia sudah di buat tidak karuan. Bukan hanya karena Shasa, tapi juga karena masalah perjodohan. "Dua hari lagi? Apa aku bisa melakukannya?"
Tiara sampai menekan nekan pelipisnya.
Kepalanya benar benar pusing. Baru juga merasakan kehidupan barunya di kota, dia malah sudah kesusahan. Besar hati ingin fokus pada pelajaran, dia malah mendapatkan tekanan.
Langkah Tiara terhenti, karena sedari tadi melamun dia sampai tidak sadar ada orang di depannya yang sama sama mau masuk ke dalam.
"Hai, kau murid baru yang kemarin kan?" Murid itu menyapa Tiara, melambaikan tangan dengan senyuman.
"Ketua Osis!" Tiara sampai kaget, tidak menyangka seorang Jonathan akan terlebih dulu menyapanya.
"Jangan terlalu formal, panggil saja Jonathan." Jonathan mengulurkan tangannya, berusaha mengakrabkan diri dengan murid baru di depannya.
"Tiara." Tiara dengan tersenyum membalas uluran tangan Jonathan. Tidak menyangka lelaki itu akan seramah itu padanya. Rasa pusingnya serasa langsung berkurang, rupanya masih ada juga yang bersikap baik padanya.
"Bagaimana sekolah di sini. Apa menyenangkan?" Jonathan langsung mengajak Tiara berbincang, sambil perlahan berjalan masuk ke ruangan kelas bersama.
"Iya begitulah, aku masih beradaptasi di sini." Tiara begitu canggung. Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan menuju kelas semua mata murid yang lain langsung tertuju pada nya, sepertinya efek Jonathan berada di sampingnya Dia pun jadi pusat perhatian.
Di sudut lain, terlihat Kenzo juga sedang berjalan menuju kelas. Dia terlalu mencolok walau di lihat dari belakang semua orang bisa mengenalinya sekalipun itu berada di kerumunan banyak orang. Bagaimana tidak, switer yang selalu menempel di badannya sudah menjadi ciri khas nya.
"Si switer itu. Dari sekian banyak murid di sini, kenapa hanya dia yang tidak menggunakan seragam lengkap?" Tiara mengeluh dalam hati, serasa merasakan apa yang menjadi keluhan guru BK. Dia jadi sadar, bukan brandal sekolah namanya kalau seorang Kenzo tidak bisa bertingkah sesukanya.
"Hei Ken, tumben sendiri. Mana anak Mabar yang lain?" Seperti biasa, Jonathan langsung menyapanya. Menghampiri Kenzo dan langsung merangkul pundaknya. Menarik laki-laki itu agar mendekat dan berjalan beriringan bersama Tiara.
"Lagi bad mood gue." Kenzo menjawab ketus, belum sadar kalau di samping Jonathan ada Tiara.
"Kenapa lagi hah? Gagal pus rank lagi kayak kemarin?" Jonathan sampai tertawa, sudah tahu kebiasaan temannya. Jika memasang wajah kusut seperti sekarang, pasti dia kalah bermain games saat bermain dengan teman yang lainnya.
"Gak lah, gw lagi ada masalah di rumah. Lagi pula gue gak pernah kalah kalau gak ada yang bikin rusuh. Kemarin hanya sedang sial saja gara-gara si cupu."
Kenzo menjawab asal. Si empu yang di bicarakan terbatuk-batuk langsung naik pitam karena kesal.
"Loh, ci cupu." Kenzo menoleh, kembali membuang muka menganggap Tiara tidak ada di sana.
"Bahkan dia masih memasang wajah datar walau tahu orang yang dia bicarakan ada di sekitarnya. Memang sekeras es batu." Tiara hanya bisa mengeluh dalam hati. Rupanya kepribadian orang berbeda beda. Walau dua laki laki itu berteman baik, tapi kepribadian mereka bagai bumi dan langit.
"Sejak kapan si cupu itu di sini?" Kenzo berbisik, memasang tampang tidak suka seolah mengatakan "jangan dekat-dekat dengan nya."
Bukannya menjawab pertanyaan, Jonathan malah lebih fokus pada kata 'cupu' yang ia dengar dari pertanyaan Kenzo.
"Jadi Tiara yang kemarin menggagalkan permainan mu?" Jonathan sampai menahan tawa, pantas saja Tiara sampai terbentuk batuk. Orang sahabatnya sedang membicarakan nya.
"Tiara, Tiara. Baru juga masuk sudah membuat brandal sekolah ini marah."
Ada kekaguman tersendiri bagi Jonathan pada sosok Tiara. Hanya wanita yang bisa mengusik ketenangan sahabatnya. Rupanya ada masanya seorang Kenzo mendapatkan kesialan karena seseorang, biasanya hidup Kenzo aman aman saja karena tidak ada yang berani mengganggu nya.
"Ken! Nathan!"
Dari arah belakang seorang wanita memanggil Kenzo dan Jonathan, kedua laki-laki itu langsung menoleh begitupun Tiara yang sama sama ada di sana.
"Hei, Sha, tumben telat?"
Iya, rupanya itu Shasa. Karena mereka berteman dekat Jonathan pun langsung menyapanya.
"Banyak kendala, sepertinya aku tidak akan tepat waktu seperti sebelumnya." Shasa mendekati kedua laki-laki itu dan langsung berdiri di antara keduanya.
"Di rumah banyak sekali masalah, rasanya aku jadi merindukan kalian." Shasa mengeluh pada kedua temannya itu. Dengan santainya langsung merangkul kedua tangan mereka dan menarik mereka agar mengikuti langkahnya.
Ya, begitulah keakraban mereka, semenjak mereka menjadi Trisakti sekolah, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Dan selalu melengkapi satu sama lain.
"Tunggu Sha, ada Tiara. Kita jalan bareng bersamanya." Jonathan sesaat menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang untuk mengajak Tiara. Tidak enak hati jika dia meninggalkan nya begitu saja.
"Nathan, dia sudah besar dia bisa jalan sendiri." Shasa tidak mempedulikan ocehan Jonathan, yang dia pikirkan hanyalah ingin menjauhkan Tiara dari kedua sahabatnya.
Bagaimana tidak, Shasa merasa jengah. Kenapa bisa Tiara berjalan bersama Jonathan dan Kenzo. Dia jadi terusik, setelah kasih sayang Arya terbagi dua dengan Tiara. Shasa tidak akan memberikan perhatian kedua temannya terbagi juga pada Tiara.
"Tiara, ayo!" Jonathan tetap menoleh ke belakang Walau Shasa terus menariknya, dia terus memanggil Tiara dan mengajaknya.
"Tidak apa-apa Jo. Kalian duluan saja." Tiara menimpali dengan senyuman. Dia berusaha baik baik saja walau sebenarnya hatinya terluka. Tidak menyangka Shasa akan sekejam itu padanya. Bahkan tidak menganggap nya ada di sana.
...***...
Istirahat makan siang tiba. Murid murid mulai memenuhi kantin untuk mengisi perutnya.
Seperti biasa Kenzo, Jonathan dan Shasa terlihat duduk di satu meja yang sama.
"Kenapa kalian tidak makan?" Jonathan bersuara, heran melihat Kenzo yang hanya fokus pada ponselnya. Sedangkan Shasa hanya diam sambil memainkan gelas minumannya.
"Tidak berselera."
Shasa yang menjawab. Sedangkan Kenzo hanya diam dengan sejuta basa. Dia benar benar sedang kacau gara-gara masalah perjodohan yang harus di jalaninya.
"Ayolah, masa gue makan sendiri, Sha kau kenapa si?" Jonathan kembali bersuara. Mereka dekat sudah lama, jika melihat Kenzo diam seperti sekarang itu tidak aneh. Karena bermain games adalah kebiasaan nya. Tapi berbeda dengan Shasa, biasanya wanita itu selalu terlihat ceria.
"Aku ada masalah di rumah. Apa kalian bisa membantu ku?"
"Apa?"
Kini Kenzo yang menimpali, dia bersuara sambil fokus pada permainannya.
"Dua hari lagi keluarga ku akan mengadakan pertemuan. Ada sedikit masalah dan aku harus membawa pasangan jika ingin ikut menghadirinya." Shasa berusaha bercerita. Mengingat kembali kecerobohan sang Ayah yang mengatakan dia sudah berpacaran. Karena alasan bodoh itu dia jadi kebingungan.
Dia ingin sekali bertemu dengan keluarga Pak Kenan, tapi tidak bisa ikut sebelum dia bisa mendapatkan pasangan. Dia yang akan malu sendiri, kalau sampai perkataan ayahnya tidak terbukti.
"Ken, apa kau bisa membantu menjadi pacar palsu ku. Please...."
Shasa memohon dengan suara melemas, Dia berharap besar Kenzo bisa membantunya.
Jonathan yang sedang makan sampai tersedak, dia sampai tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Shasa yang terkesan tiba-tiba.
"Sorry, Sha. Gw gak bisa." Kenzo langsung menolak tegas. Walau permintaan Shasa terasa aneh, dia masih memasang wajah yang biasa saja.
"Jangankan membantu orang lain, gue juga lagi pusing." Kenzo hanya bisa mengeluh dalam hati. Sebenarnya ingin bercerita, tapi percuma. Ini adalah masalah pribadi nya.
"Ayolah Ken, ini hanya untuk sementara. Aku benar benar ingin menghadiri acara itu." Shasa kembali merengek. Namun Kenzo masih tidak bergeming. Ponselnya itu malah terasa lebih penting dari pada pembicaraan yang di dengarnya.
"Kalau hal lain mungkin gue bisa membantu, tapi kalau bersangkutan dengan keluarga apalagi menyangkut soal asmara, gue gak bisa, Sha."
Kenzo tetap menolak, dia malah memberi solusi agar Shasa tidak pusing dengan masalahnya.
"Ajak Nathan saja. Jangankan jadi pacar palsu, jadi pacar beneran saja dia pasti mau."
Kenzo sampai tersenyum kecil. Dia terlalu peka sampai tahu kalau Jonathan menyimpan rasa pada temannya itu.
"Jangan malah bercanda dong Ken. Gue lagi serius."
Jonathan yang awalnya mau bicara langsung terdiam, sedikit kecewa karena Shasa malah menganggap perkataan Kenzo sebagai candaan.
"Nathan, bicara woi. Lo mau gak bantuin Shasa." Kenzo memberi jalan untuk Jonathan, tapi percuma. Jonathan sudah terlanjur kecewa. Dia jadi sadar kalau yang di sukai Shasa bukan dia, melainkan lelaki yang ada di depannya.
"Gak bisa, gue sibuk akhir akhir ini. Sorry, Sha." Jonathan menjawab seperti biasa,
berusaha biasa saja agar tidak merusak suasana.
"Mungkin hari ini kau bisa menolak Ken. Tapi aku akan tetap berusaha." Shasa hanya bisa mengeluh dalam hati. Dia benar benar membutuhkan Kenzo, bukan hanya sekedar menjadi pacar palsu. Sebenarnya Shasa berharap lebih dari itu.
Waktu yang sangat pas, saat Jonathan mulai canggung, matanya melihat Tiara yang sedang celingukan mencari tempat duduk. Dengan cepat Jonathan melambaikan tangan memanggil Tiara untuk bergabung bersama mereka.
"Tiara, sini!" Jonathan begitu antusias. Kenzo sampai ikut menoleh mencari keberadaan Tiara di arah mana.
"Si cupu lagi." Kenzo kembali memalingkan muka setelah melihat sosok Tiara, tidak habis pikir kenapa Jonathan kembali memangilnya.
"Memang ketua Osis yang baik hati. Bisa-bisanya lo terus mempedulikan si cupu itu." Kenzo bicara dengan begitu datar. Dia harus bergegas mengakhiri permainannya sebelum Tiara benar benar gabung bersama mereka. Dia curiga kesialan akan menimpa nya.
"Si cupu? Kau sudah akrab dengan nya, Ken?"
Shasa yang kaget, bukan hanya karena Jonathan memanggil Tiara, dia bahkan lebih kaget saat Ken punya panggilan sendiri pada wanita yang di bencinya.
"Tidak akrab, hanya sering saja bertemu dengan si cupu itu." Kenzo menjawab seadanya, dan perkataanya itu sukses membuat Shasa makin panas.
Di sudut lain, Tiara masih was-was. Haruskah dia menghampiri Jonathan yang sedari tadi memanggilnya. Bahkan sampai sekarang pun lelaki itu masih melambaikan tangan agar dia duduk bergabung di sana.
"Ada Shasa di sana. Dia pasti akan marah." Tiara hanya bergumam. Kembali mempertimbangkan keinginannya.
"Akh, sudahlah. Dari pada aku tidak punya teman sama sekali." Akhirnya Tiara melangkah menghampiri meja Jonathan. Jika tadi pagi Shasa tidak menganggap nya ada, maka sekarang terbalik. Dia bisa menganggap Shasa tidak ada dan tidak perlu takut padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
FuryaRa Mawa
pasti Shasa nanti bakal nyesel klo tau putra pak Kenan yg mau dijodohkan adalah Kenzo
2022-11-09
0
Suzieqaisara Nazarudin
Thor Tiaranya jangan cupu cupu amat deh..bikin penampilannya menarik biar ada saingan shasa..
Gitu dong Tiara..kamu dekat aja sama Nathan anggap aja Shasa dan Ken gak wujud🤣🤣🤣
2022-08-23
0
Dian
si cupu yg akan meluluhkan es balok alias Kenzo 😁🥰
2022-08-15
0