"Lepaskan! Sampai kapan kau akan menarik jas ku." Kenzo tiba-tiba bersuara. Merasa risih karena Tiara belum juga melepaskannya.
"Sampai memastikan kau tidak akan mengatakan hal gila lagi." Tiara masih kesal. Dia tidak ingin lelaki menyebalkan ini bertingkah sesukanya. Buktinya dia masih terus melangkah masuk seolah-olah ingin mengatakan sesuatu pada mommy nya.
"Aku tidak akan mengatakan apa-apa, lepaskan!" Kenzo kembali menegaskan, jangankan Tiara, dia sendiri muak jika mengingat kata-kata nya tadi.
"Lalu kenapa kau masih terus berjalan? tidak kembali?" Iya, seharusnya sekarang giliran Tiara yang bertanya, ada banyak pertanyaan yang mengisi kepalanya. Tapi Kenzo tidak kembali ke tempat duduknya.
"Apa kau ingin terus di sini? Kau ingin kita di kira melakukan hal yang aneh karena tidak bergegas bergabung dengan yang lainnya?" Kenzo langsung menjawab. Bicara dengan begitu lugas. Seolah perkataanya itu benar padahal itu cuma alasan. Dia sengaja menghindar agar Tiara tidak banyak tanya tentang dirinya.
"Akh, iyalah." Tiara refleks melepaskan jas Kenzo. Walau merasa telah dicurangi, mau bagaimana lagi, perkataan Kenzo sedikit dapat di mengerti.
"Dasar bodoh." Lagi lagi Kenzo tersenyum puas, selain cupu wanita yang ada di belakangnya itu juga mudah sekali di bohongi.
Kenzo dan Tiara kini sudah sampai di ruangan tamu bagian depan, langsung menghampiri Kenan dan Ze yang sedang berbincang dengan Arya.
"Selamat malam, paman." Kenzo membungkukkan kepalanya, menyapa Arya dengan penuh kesopanan.
"Ekh, Nak Kenzo." Arya terkejut melihat sosok Kenzo yang di luar dugaan. Kenan memang sudah menjelaskan kalau rumor itu hanya gosip yang sengaja ia buat sendiri untuk menutupi identitas putranya. Tapi tidak menyangka kalau ternyata Kenzo seorang pemuda yang begitu tampan bahkan tidak ada sedikitpun celah kekurangan dari nya.
"Putra Bapak dan Ibu begitu tampan, wanita mana yang tidak akan terpikat oleh ketampanan nya." Arya berusaha memuji, dari tadi pasangan suami istri itu terus gelisah takut Tiara tidak mau di jodohkan dengan putranya. Tidak menyadari kalau dengan ketampanan putranya mereka bisa mendapatkan menantu yang lebih baik dari pada Tiara yang hanya seorang gadis desa.
Kalau saja Pak Kenan tidak memintanya menyembunyikan identitas Kenzo sampai pertunangan mereka di resmikan di depan umum, mungkin dia pun akan memberi tahu Shasa, agar putrinya bisa merebut hati Kenzo, bukan malah Tiara yang akan bertunangan dengan nya.
"Ayo sini duduk! Kenzo tidak menyakiti mu kan, sayang?" Ze langsung meraih tangan Tiara, mengajak gadis itu duduk di sampingnya dan memastikan keadaannya.
"Tidak, Tan." Tiara tersenyum, dia benar benar mulai nyaman dengan perlakuan Ze yang penuh kehangatan.
"Terus saja perhatikan dia, bahkan sampai lupa pada putranya sendiri." Kenzo hanya bisa menatap sinis. Baru di pertemuan pertama, bisa-bisanya sang Mommy sangat menyukai Tiara.
"Duduk di sini Ken. Ada yang harus Daddy bicarakan pada kalian berdua."
Awalnya ingin menjaga jarak, Kenan malah meminta Kenzo duduk di samping Tiara, Kenzo hanya bisa menurut tidak enak karena ada Arya di sana.
"Iya, Dad." Kenzo duduk, Tiara sampai refleks menggeser kan tubuhnya."Aku tidak akan memakan mu, jadi tenanglah dan jangan banyak gerak." berbisik nya bersuara dengan begitu datar. Dia sadar Tiara tidak nyaman duduk di sampingnya bahkan lengan merekapun sampai bersentuhan. Tapi paksakan lah, toh kalau bukan kemauan sang Daddy, dia pun enggan melakukannya.
Sepertinya Kenan dan Ze sengaja hanya sedikit mengosongkan tempat duduk di antara mereka agar Tiara dan Kenzo bisa duduk bersebelahan di tengah-tengahnya.
"Kalau saja itu Shasa." Hati Arya sedikit goyah. Bagaimana tidak, matanya melihat jelas keharmonisan keluarga Pak Kenan, bahkan Tiara pun ada di antara mereka. Membuat rasa iri muncul dalam hatinya.
"Ini!" Kenan bicara. Karena semuanya sudah kumpul. Dia mulai mengeluarkan sebuah kotak cincin. Ia taruh kotak cincin itu ti telapak tangan Kenzo. "Kalian sekarang sudah menjadi sepasang tunangan. Tapi, dengan adanya perjodohan ini kami tidak ingin kalian merasa terbebani. Fokuslah belajar sampai kalian lulus SMA, setelah itu kami akan menggelar acara resmi pertunangan kalian."
Kenan mulai bersuara, ia ingin mengutarakan maksud mereka sebagai orang tua. Walau ini sebuah perjodohan yang tiba-tiba, dia ingin perjodohan ini menjadi sakral dan tidak hanya main-main saja. Tapi dia pun tidak ingin membebani keduanya.
"Nah, Ken. Daddy mempercayakan kamu untuk menyimpan cincin ini. Jangan sampai cincin ini hilang atau jatuh di tangan wanita lain. Daddy ingin di saat waktunya tiba kau sendiri yang memasangkan ini pada Tiara."
Kenan kembali bicara dengan sungguh-sungguh. Dia tahu putranya menolak keras perjodohan ini, tapi dia berharap Kenzo bisa lebih dewasa dan bertanggung jawab atas pasangannya.
Kenzo sendiri hanya bisa menunduk, permintaan sang Daddy sungguh berat baginya, jangankan bertanggung jawab atas hidup orang lain, bertanggung jawab untuk dirinya sendiri pun tidak bisa. Dia tidak yakin bisa melaksanakan keinginan Daddy nya. Dia benar benar tidak menyukai Tiara. Bahkan dia sempat berpikir bagaimana kalau hatinya malah berlabuh pada wanita lain?
"Daddy bukannya tidak ingin kalian mengenakan cincin ini sekarang. Daddy hanya tidak ingin kalian mencuri perhatian banyak orang karena mengenakan sepasang cincin yang sama. Tapi jika kalian tidak keberatan kalian bisa mengenakan nya sekarang juga!"
Iya, itu pilihan. Mereka sendiri yang memutuskan.
"Kita harus fokus sekolah dulu, Dad. Lagipula Tiara baru beradaptasi di sekolah, tidak mungkin harus di bebani dengan pertunangan ini. Bukan begitu kan?" Kenzo yang menjawab, menoleh ke arah Tiara agar gadis itu mengiyakan keinginannya. "Turuti kemampuan ku!" bisik nya, dengan penuh penekanan.
Menghempaskan perasaan Tiara yang sudah mengira kalau Kenzo sedikit peduli padanya. "Bahkan dia pandai berakting, sungguh menyebalkan." Tiara hanya bisa mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya Kenzo masih menyebalkan di situasi seperti ini.
"Iya, Pak. Saya mengikuti apapun yang Kenzo putuskan."
Mau bagaimana lagi, Tiara sudah terikat oleh sebuah hubungan yang mengharuskan nya mengikuti apa yang lelaki itu inginkan.
...***...
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Tiara dan Shasa bersiap untuk berangkat sekolah bersama.
Tiara berjalan lemas, tadi malam dia tidak bisa tidur nyenyak karena masalah pertunangan, menghampiri mobil sambil menenteng paper bag di tangan kanannya. Ingin segera masuk mobil tapi terhenti karena Shasa memanggilnya.
"Hai, cupu. Kenapa lemas sekali, apa karena tunangan misterius mu terlalu jelek sampai kau tidak semangat hidup?" Shasa mencibir dengan penuh senyuman. Rasanya hari hari nya akan lebih menyenangkan.
"Paman benar benar merahasiakan tentang Kenzo dari Shasa dan bibi."
Tiara hanya bisa diam, dia enggan melawan. Biarlah Shasa berpikir apapun tentang dirinya. Sesuai kesepakatan, dia akan menyembunyikan identitas Kenzo sebagai tunangannya sampai waktu yang di tentukan.
"Hei, itu switer Kenzo kan. Sini biar aku yang kembalikan." Shasa melirik paper bag di tangan Tiara, dia tidak ingin wanita itu terus berurusan dengan lelaki yang di sukai nya.
"Nih, tapi jangan menyalakan ku jika dia curiga kalau kita tinggal bersama karena kau yang mengembalikan switer nya." Tiara langsung menyodorkan paper bag itu tanpa keraguan. Itu akan lebih baik karena dia tidak ingin bertemu dengan lelaki menyebalkan itu.
"Akh, tidak jadi kau kembalikan saja sendiri. Tapi ingat jangan ganjen padanya. Kau sudah punya tunangan." Shasa sampai menekan kata 'tunangan' dengan begitu jelas, memberi peringatan keras pada Tiara untuk menjaga sikap. Tidak jadi mengambil paper bag itu takut Kenzo atau siapapun mengetahui kalau dia punya hubungan saudara dengan Tiara.
"Tenang saja, lagi pula aku akan ganjen pada tunangan ku sendiri." Kalau saja bisa, Tiara ingin sekali mengatakan itu untuk melawan Shasa. Sungguh menyesakkan dada, bagai menyembunyikan hubungan gelap. Dia harus terus mendengar setiap cacian yang keluar dari mulut Shasa.
Keduanya sudah sampai di sekolah, seperti biasa Shasa menurunkan Tiara jauh dari gerbang sekolah, dan kini dia terlebih dulu ke sekolah mendahuluinya.
"Sha!"
Suara murid perempuan memanggil Shasa. Si empunya langsung menoleh melambaikan tangan menyapa kedua temannya.
"Hai Jes, Al."
Shasa memanggil mereka. Rupanya itu Jessica dan Alicia teman sekelas Shasa; bagian dari anggota osis yang merupakan bawahnya.
"Kau tahu kan hari ini ada ujian penentuan nilai mingguan." Jessica bertanya, dia adalah sekertaris osis si pusat informasi.
"Iya, aku tahu." Shasa menjawab santai, sebelum mereka mengetahui informasi itu, dia terlebih dulu mengetahui nya.
"Kau tidak takut Michel menggeser posisi mu. Minggu kemarin saja nilai kalian hanya beda dua persen, Sha." Alicia kini menimpali. Mereka gelisah dengan posisi temannya. Mereka berdua merupakan pondasi kuat di balik bertahannya Shasa menjadi posisi ke tiga Trisakti sekolah.
"Aku tidak takut karena ada kalian sang penolong ku. Seperti biasa kalian pasti bisa membereskannya." Shasa tersenyum lebar, langsung merangkul lengan kedua temannya mengajak mereka berjalan masuk kelas. Berjalan lenggang bak sang ratu yang di gandeng kedua pelayannya.
"Dengan senang hati, Sha."
Jessica dan Alicia menjawab bersamaan,
tersenyum lebar dengan penuh bangga, bagi mereka bukan perkara yang susah jika harus membereskan krikil kerikil sekolah.
"Selain membereskan Michel, aku punya tugas yang lebih menyenangkan buat kalian." Shasa tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya melihat pemandangannya yang tidak menyenangkan, di sudut lain dia melihat Tiara sedang berjalan beriringan bersama Jonathan.
"Apa?" Jessica bertanya.
"Kalian lihat wanita cupu itu?" Shasa menunjuk ke arah Tiara berada.
"Maksud mu murid baru itu?" Kini Alicia menimpali.
"Iya, aku ingin kalian membuat dia tidak bisa ikut ujian nanti." Shasa bicara begitu santai dengan senyuman liciknya.
"Kau kesal karena dia berani mendekati Jonathan?" Jessica berusaha menebak, dan itu langsung di balas anggukkan oleh Shasa.
Shasa sudah begitu muak melihat keberadaan Tiara. Dia ingin Tiara sedikit di beri pelajaran agar wanita itu tidak berani menentang perkataanya.
"Tenanglah, itu bukan perkara yang susah, Sha." Alicia yang menimpali. Dalam hal mengerjai murid yang lain, dialah biang ide nya.
"Kalian memang tidak pernah mengecewakan."
Mereka sampai tersenyum penuh arti sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Dasar mak lampir tamak...Jonathan dan kenzo dua2 nya kamu pepet...gak tau malu🤦🤦🙄🙄
2022-08-23
0
Jumi Roh
berarti Shasa bermain curang
2022-08-10
0
Subri Nemer
ternyata sasa itu jahat 😠
2022-08-09
0