"Kau terlihat lemas, apa kau sakiti? Jonathan bertanya, dari tadi dia terus memperhatikan Tiara sampai memberanikan diri untuk membantunya. "Sini biar aku yang bawakan barang mu!" pintanya, dia tahu kalau paper bag yang sedari tadi Tiara bawa berisi switer sahabatnya.
"Tidak aku hanya kurang tidur saja." Tiara langsung menjawab, dari kemarin hanya Jonathan yang selalu ada untuk menemaninya. Bahkan lelaki itu mulai terlihat perhatian padanya. "Aku bisa membawanya sendiri." tolak nya tidak enak.
"Itu switer Kenzo kan? biar aku yang mengembalikan nya." Jonathan kembali menawarkan diri. Dia sudah tahu perihal switer itu. Tahu kebiasaan Kenzo yang tidak akan melepaskan orang yang telah mengusiknya tanpa memberi pelajaran untuk membalasnya.
"Tidak apa-apa, Jo. Aku tidak ingin merepotkan mu." Tiara kembali menolak. Akan terasa lebih aneh jika malah Jonathan yang mengembalikan switer itu.
Maaf, Kenzo tempramen nya sangat tinggi. Tapi sebenarnya dia orang baik." Jonathan berusaha menjelaskan, dia tidak ingin Tiara berkecil hati karena Kenzo telah mencapnya sebagai pembawa sial dalam hidupnya. Tapi percayalah sejujurnya sahabatnya itu tidak seburuk itu. "Kamu tidak apa-apa kan?"
"Kenapa kamu yang minta maaf, aku tidak apa-apa. Aku tidak selemah yang kau bayangkan, Jo."
Tiara tersenyum lebar, berusaha terlihat ceria untuk membuktikan pada Jonathan kalau dia baik-baik saja. Dia tidak menyangka kalau Jonathan dan Kenzo sedekat itu sampai Jonathan mau meminta maaf untuk sahabatnya. Dia benar benar bersyukur lelaki itu pun menganggap dia sebagai temannya.
"Nah, kalau senyum seperti itu kan jadi terlihat lebih cantik, Ra."
Jonathan membalas senyuman Tiara, berbicara sesuai fakta dengan panggilan barunya. Karena sering berinteraksi dengan Tiara dia baru sadar kalau wanita itu lebih cantik dan lebih menarik dari dugaannya.
Tiara sendiri sampai tersipu malu, berasa Jonathan terlalu berlebihan memujinya.
"Minggir! kalian menghalangi jalan."
Suara lelaki tiba-tiba terdengar jelas di belakang mereka. Saking asyik bicara, Jonathan dan Tiara sampai tidak menyadari kedatangannya.
Jonathan langsung menengok ke belakang, emosi, tidak sopan sekali tiba-tiba mengganggunya padahal jalanan di sana masih luas. "Hai, Ken. Ku kira siapa," ucapnya langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sial, ternyata itu Kenzo kalau saja itu orang lain dia pasti akan langsung memarahinya.
"Kenapa, kau tidak mengharapkan aku ada di sini?" Kenzo menimpali dengan begitu datar. Heran. Baru kali ini Jonathan tidak mengenali suaranya.
"Bicara apa sih lo, sensitif amat." Jonathan langsung merangkul pundak Kenzo bisa bahaya kalau Kenzo mengira yang aneh aneh tentang dirinya. "Tuh katanya Tiara ingin mengembalikan switer lo." timpal nya lagi, dia berusaha mengalihkan kecanggungan dengan membantu Tiara mengembalikan switer Kenzo agar gadis itu tidak kembali mendapatkan amukan sahabatnya.
"Aku pinjam dia sebentar. Tenang aku tidak akan menyakitinya." Kenzo enggan mempedulikan perkataan Jonathan, dia malah bicara seakan Tiara hanya sebuah barang yang bisa ia bawa sesukanya karena ingin bicara berdua dengannya.
"Terserah orangnya, dia bukan milik siapapun." Jonathan menimpali, suasana terasa menjadi aneh karena Kenzo tiba-tiba bicara seperti itu. Dia langsung melihat Tiara seolah meminta pendapatnya.
"Maaf, Jo. Aku bicara dulu dengan Kenzo.
Kita ketemu lagi di kelas ya." Tidak ada pilihan, walau tidak enak hati meninggalkan Jonathan, tapi Kenzo lah yang harus Tiara turuti.
"Tidak apa-apa. Gue duluan, Ken."
Jonathan tidak punya alasan untuk tetap bersama mereka. Menepuk pundak Kenzo dan memberi senyuman pada Tiara, diapun langsung bergegas pergi meninggalkan keduanya.
"Ikuti aku!"
Kenzo memerintah, bagai magnet Tiara refleks langsung mengikutinya. Mereka melangkah pergi menuju tempat sepi agar tidak ada orang yang menguping pembicaraannya.
Karena di rasa sudah aman Kenzo berhenti, bersamaan dengan Tiara yang juga menghentikan langkahnya.
"Aku tidak suka mengambil kembali milik ku yang sudah di sentuh orang lain."
Kenzo tiba-tiba bersuara, Tiara sampai membutuhkan waktu untuk mencerna perkataanya.
"Aku tidak mengerti maksud ucapan mu, aku hanya ingin mengembalikan ini." Masa bodoh dengan ucapannya, Tiara langsung menyodorkan paper bag itu ke hadapan Kenzo, agar urusan mereka cepat selesai. "Kenapa tidak di ambil?" tanyanya sambil menatap Kenzo, heran kenapa dia belum juga mengambil paper bag itu.
"Sudah ku bilang, aku tidak suka mengambil kembali milikku yang sudah di sentuh orang lain. Kau tidak perlu mengembalikan nya, kau bisa membuangnya."
Kenzo menegaskan dengan begitu dingin. Dari kemarin dia memang tidak berniat mengambil kembali switer nya, dari awal dia murni ingin mengerjai Tiara tanpa mengharapkan switer nya kembali ke tangan nya.
"Kalau hanya ingin membicarakan ini kenapa harus di sini, di depan Jonathan pun tidak apa-apa kan. Justru kalau ada dia aku bisa langsung memberikan ini padanya. Sayang kan kalau di buang."
Tiara menimpali. Membuatnya kesal saja. Dia tidak bisa menebak raut wajah datar Kenzo sampai tidak bisa mengetahui apa sebenarnya kemauannya. Hanya karena masalah sepele, lelaki itu sampai mengajak dia bicara jauh dari orang orang.
"Kau tidak lupa dengan ucapan ku semalam kan?" Kenzo mulai bertanya, inilah alasan dia mengajak Tiara untuk bicara berdua saja.
Tiara sampai menghela nafas, jadi ini maksud lelaki itu mengajak nya bicara, "Kau bisa bebas menjalani kehidupan mu. Anggap saja pertunangan ini tidak pernah terjadi. Seiring berjalannya waktu aku akan mencari cara untuk membatalkan pertunangan ini. Itu, itu kan yang kau ucapkan."
Tiara sampai kembali mengucapkan perkataan Kenzo tanpa ada kekurangan, Dia sudah mencatat perkataan itu di kepalanya jadi dia tidak akan melupakannya. "Cuma itu saja kan?" rasanya sudah tidak kuat melihat Kenzo. Dia sampai menahan sesak di dada, setelah memintanya menyembunyikan identitasnya, lelaki itu malah menyuruhnya untuk tidak menganggap pertunangan itu.
Membuatnya serasa gila, mau seperti apapun perlakuan dan kemauan Kenzo, kedua orang tua Kenzo dan pamannya sudah menganggap sakral hubungan mereka. Dia sampai bingung harus menuruti kemauan siapa.
"Kalau sudah tidak ada yang ingin di bicarakan, aku pergi!" Suara Tiara melemas, ingin melangkah pergi tapi Kenzo dengan cepat menggerakkan tangannya menghadang tubuh nya tidak sampai tubuh itu tersudut di dinding lorong yang mereka tempati. "M-mau apa kau?"
Tiara kaget, punggungnya sampai menempel di dinding, tidak bisa bergerak karena tangan dan tubuh Kenzo mengunci pergerakannya.
"Kau harus ingat. Aku tidak suka mengambil kembali milik ku yang sudah di sentuh orang lain." Kenzo kembali menekankan kata itu, dia sampai berbungkuk mendekatkan wajahnya ke wajah Tiara agar gadis itu bisa dengan jelas mendengar perkataannya. "Kau mengerti?" timpal nya lagi untuk memastikan.
"Iya, aku akan membuang ini, itu kan kemauan mu." Dengan polosnya Tiara malah terus menunjukan paper bag itu. Bukan karena apa-apa, dia hanya gugup tidak bisa mencerna perkataan Kenzo karena wajah lelaki itu terlalu dekat dengan wajahnya.
"Dasar bodoh, seharusnya kau jangan bersekolah di sini karena otak mu terlalu dangkal." Kenzo sampai berdecak, kesal sendiri, tidak habis pikir kenapa Tiara sedikit pun tidak mengerti ucapannya, dia sampai menyentil kening wanita itu berusaha mencairkan otaknya.
"Hei sakit." Tiara meronta, bergerak mengelus keningnya sampai tidak sadar kalau jarak di antara mereka hanya bisa di ukur dengan jari karena pergerakannya. "Apa hoby mu memukul jidat orang?" protesnya kembali menggerutu, mengangkat kepalanya sejajar dengan wajah Kenzo agar lelaki itu bisa melihat jelas rasa sakitnya. "Sakit tahu!" Masih sempat mengoceh dan detik selanjutnya langsung memundurkan kembali tubuhnya saat sadar wajah Kenzo semakin dekat dengan wajahnya.
Kenzo refleks menegakkan kembali tubuhnya. Frustasi sendiri, entah karena kesal menghadapi Tiara atau karena sensasi aneh saat dia bisa merasakan hangatnya hembusan nafas Tiara yang mengenai seluruh bagian wajahnya.
"Aisst, bukannya mengerti kau malah merengek. Dasar cupu." Kenzo melengos pergi, tangannya sampai mengacak-acak kasar rambutnya, dia sudah tidak ingin lagi berurusan dengan Tiara, karena wanita itu terlalu bodoh dan tidak peka, langsung melangkah pergi meninggalkan Tiara yang sedang mematung karena ulahnya.
"Dasar switer menyebabkan."
Tiara berteriak begitu kesal, seenaknya saja Kenzo pergi begitu saja padahal lelaki itu yang membawanya ke sana. Tanpa sadar langsung melemparkan paper bag itu dengan begitu keras sampai mengenai punggung Kenzo yang berada lima langkah di depannya.
Bakkk.
Paper bag itu terjatuh di lantai, bersamaan dengan langkah Kenzo yang berhenti karena kaget dengan tingkah Tiara.
"Kau." Kenzo berbalik, menatap Tiara dengan penuh kekesalan.
"Kenapa, apa kau belum puas? Kau belum puas mengejekku? Kau belum puas mengatai ku bodoh?"
Tiara bicara dengan penuh kekesalan, Nafasnya sampai terengah-engah. Lemparan itu sebagai bukti pelampiasan atas segala kekesalannya. Tidak peduli akan semarah apa Kenzo padanya, yang penting amarah terlupakan.
"Kau. Bukannya kau sendiri yang memberikan ku kebebasan! Kau sendiri yang tidak menganggap pertunangan ini! Lalu sekarang kau menyuruhku untuk menjaga jarak dengan laki-laki lain. Kau pikir aku bodoh sampai tidak mengerti ucapan mu. Atau kau memang sengaja ingin membuat ku frustasi dengan seenaknya memperlakukan ku."
Tiara bicara dengan penuh emosi. Meluapkan semua unek-unek nya. Seolah mengatakan kalau Kenzo pantas mendapatkan lemparan itu sebagai balasan atas apa yang dia lakukan padanya.
"Kenapa diam?"
Tiara perlahan melangkahkan kaki mendekati Kenzo, bermaksud mengambil kembali paper bag yang ia lempar tadi.
Tidak ada tanggapan dari Kenzo, lelaki itu hanya berdiri tegak, masih dengan ekspresi tanpa dosa melihat setiap pergerakan Tiara.
Tiara berjongkok, mengambil paper bag itu dan langsung berdiri membalas tatapan Kenzo yang sedari tadi hanya menatap dirinya.
"Apa sekarang kau sadar bahwa yang kau lakukan membuat ku frustasi."
Tiara terus bicara, entahlah akan seperti apa Kenzo menganggap dirinya.
"Kau perlu tahu. Jika kau tidak suka mengambil kembali milik mu yang sudah di sentuh orang lain. Kau harus mengakui kalau itu milik mu, atau setidaknya kau harus menjaga dan memperlakukan nya dengan lebih baik. Agar orang lain tidak mengambilnya.
Nih, switer mu! Walau kau tidak suka karena aku sudah menyentuhnya, kau harus mengambilnya."
Tiara meraih tangan Kenzo, menatapnya dengan tajam, dengan paksa memberikan switer itu agar Kenzo menerimanya.
Kenzo seketika tersenyum kecil. Tidak menyangka dengan apa yang di ucapkan Tiara, sekarang wanita itu berani menatapnya dengan penuh amarah bahkan tadi sampai memukulnya. Bukannya membuat nya sadar akan kelakuannya sendiri kelakuan Tiara malah cukup menghiburnya.
"Lemparan mu cukup keras juga ya, argh punggung ku sakit sekali."
Kenzo kembali tersenyum, bukannya marah, dia malah pura-pura kesakitan sambil meregangkan punggungnya. Karena Tiara memaksa dia memegang paper bag itu, diapun langsung mengambilnya.
"Cupu! Kau cukup pintar dan berani, tapi kau terlalu percaya diri. Aku tidak pernah takut jika milik ku di ambil orang lain jadi aku bisa sesuka hati memperlakukan nya,"
Kenzo menyeringai, tangannya langsung bergerak menyentuh ujung rambut Tiara, menggulungnya perlahan dan berakhir menghempaskan nya. Sekeras apapun Tiara memarahinya, dia akan memperlakukan wanita itu sesukanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Tiara kamu dekatin aja Jo bikin sampai Kenzo cemburu dan jangan hiraukan ancaman shasa.. kita lihat sama sama apa yg akan dilakukan oleh kenzo setelah itu...😂😂
2022-08-23
1
azril arviansyah
dasar kenzo gila
2022-07-30
0
Tjitjik Juni Supriyati
Kenso benci tapi rindu he he.......
2022-07-22
0