Bel istirahat pertama sudah terdengar.
Keadaan di dalam kelas pun mulai terlihat ramai dengan suara murid-murid yang menggunakan istirahat sejenak mereka untuk bergurau.
Seperti biasa Tiara hanya bisa terdiam, dia belum mendapatkan teman wanita yang bisa ia ajak bicara saat masa-masa istirahatnya. Bahkan setiap murid memiliki teman satu bangku, tapi dia hanya seorang diri dengan sebuah kursi kosong di sampingnya.
"Akh, sungguh menyediakan kehidupan ku."
Mata Tiara berkeliling mencari teman, langsung melihat sosok Jonathan yang terlihat asik bicara dengan Shasa. Sedangkan di belakang mereka ada Kenzo yang sedang asyik dengan ponsel nya.
"Ken, apa ini?"
Shasa bertanya, menunjuk sebuah paper bag di samping bangku Kenzo, pura-pura tidak tahu apa yang di bawa teman laki-lakinya.
"Switer."
Kenzo menjawab singkat, tanpa menoleh masih asyik dengan games yang di mainkan nya.
"Tumben bawa switer. Kau takut seseorang kembali mengotori switer mu ya."
Shasa asal bicara, dia hanya ingin mendengar tanggapan Kenzo setelah Tiara mengotori switer nya.
"Tidak, kalau kau mau kau bisa mengambilnya."
Tanpa keraguan Kenzo membaringkan switer itu, Shasa sampai kegirangan mendapatkan nya.
"Kau serius? Ini untuk ku."
Shasa langsung melihat switer itu, tidak menyangka Kenzo akan semudah itu memberikan barang pribadinya. Tidak sia-sia dia terus mendekati Kenzo, berharap suatu saat Kenzo akan membalas perasaannya.
"Hemm."
Kenzo mengiyakan. Kalau bukan karena Tiara yang memaksa dia membawa itu, dia akan membuangnya.
"Thanks. Aku pasti akan selalu menggunakannya."
Shasa begitu senang. Suaranya sampai terdengar jelas di seluruh ruangan.
Tiara yang awalnya enggan mempedulikan mereka mau tidak mau mendengar jelas percakapan keduanya.
"Bahkan dia langsung memberikan itu pada Shasa, kalau dia benar benar tidak suka mengambil kembali barangnya setidaknya dia meminta ku untuk menyimpan nya kan. Akh dasar menyebalkan."
Tiara mengumpat dalam hati. Kalau bisa ia ingin menghilang saja dari sana, tidak ingin terus melihat pandangan yang merusak mood nya.
"Hai, Tiara."
Dua murid wanita tiba-tiba menghampiri Tiara dan menyapa nya. Tersenyum ramah seolah mereka ingin lebih mengenal Tiara.
"Hai." Tiara berbalik menyapa, masih ragu karena belum tahu siapa mereka.
"Kenalin aku Jessica dan ini Alicia. Sepertinya kau belum kenal dengan murid yang lainnya ya. Mau berteman dengan kami?"
Jessica yang bicara, berusaha memperkenalkan diri bersama temannya. Entah apa yang mereka rencanakan, yang jelas mereka berusaha mendekati Tiara.
"Ya, aku memang sedikit kesulitan untuk mengenal murid yang lain, terima kasih mau berteman dengan ku." Tiara membalas perkataan mereka dengan senyuman. Padahal baru saja dia mengeluh karena tidak bisa bergaul dengan murid yang lain. Tidak menyangka mereka begitu baik dan menawarkan diri untuk menjadi temannya.
"Tidak perlu berterima kasih, itu kewajiban ku sebagai anggota osis untuk membantu murid yang lain, apalagi kau murid baru, kalau ada apa-apa jangan sungkan bertanya pada ku."
Jessica kembali bicara. Dia benar benar totalitas dalam menjalankan tugasnya.
"Bagaimana kalau istirahat makan siang nanti kita ke kantin bersama, kita bisa sambil bicara panjang lebar di sana."
Kini Alicia yang menimpali, begitu antusias sudah membayangkan akan seseru apa kebersamaan mereka siang nanti.
"Bagaimana, Tiara. Kau mau ikut makan bersama kami?" Jessica bertanya, memastikan apa jawaban Tiara.
"Ya, aku ikut." Tiara mengiyakan. Menurutnya itu adalah kesempatan baik agar dia bisa lebih cepat akrab dengan teman yang lainnya.
Di sudut lain, Kenzo dan Jonathan tidak sengaja memperhatikan Tiara dan dua sekawan itu. Ada perasaan tidak enak melintas di hati kedua.
"Sejak kapan si Jessica dan si Alicia bersikap baik selain pada anggota geng nya."
Jonathan hanya bisa bicara dalam hati, belum apa-apa sudah cemas. Ingin bertanya pada Kenzo tapi tidak enak karena ada Shasa di sana.
"Belum juga satu minggu bersekolah di sini, dia sudah menarik masalah. Merepotkan saja."
Kenzo sampai menghela nafas, dia sampai menyimpan ponselnya karena sudah tidak mood melanjutkan games nya. Kalau terjadi apa-apa dengan Tiara, dia pasti akan ikut repot, tidak ingin kena marah sang Mommy karena tidak bisa menjaga tunangannya.
...***...
Jam istirahat makan siang tiba, sesuai janji Tiara, dia akan makan bersama Jessica dan Alicia. Tiara terlihat masih merapihkan buku pelajarannya, sedangkan Jessica dan Alicia sudah terlebih dulu pergi ke kantin beralasan ingin memesan makanan untuk mereka.
"Ra, kantin bareng yu!" Jonathan memanggil Tiara, dia sedang bersama Kenzo untuk ke kantin bersama, karena Tiara masih ada di kelas sekalian saja dia mengajaknya.
"Yuk," Tiara menghampiri Jonathan, saat sadar Kenzo juga ada di sana semangatnya serasa langsung sirna. Ia tidak ingin terus melihat Kenzo, tapi tidak mungkin juga harus ikut menghindari Jonathan karena mereka selalu bersama.
"Kau tahu kan setelah istirahat nanti ada ujian mingguan?" Jonathan bertanya, dia akan mengingatkan Tiara jika wanita itu tidak mengetahuinya.
"Iya aku tahu." Tiara menimpali. Rasanya jadi canggung bicara santai dengan Jonathan sedangkan Kenzo hanya pendengar yang tidak pernah terlibat dalam percakapan mereka. Serasa sedang berselingkuh di depan pasangan sendiri. Padahal jelas Kenzo tidak mempedulikan itu. Lelaki itu sendiri yang tidak menganggap bertunangan dengan nya.
"Biarkan saja lah. Dia juga sesukanya memperlakukan ku. Aku pun bisa sesuka hati memperlakukannya." Tiara hanya bisa bicara dalam hati. Terserah dengan apa yang akan terjadi nanti, dia hanya ingin menjalani hari-hari nya tanpa terbebani.
"Berhati hatilah, jangan sampai telat masuk kelas, peraturannya sangat ketat, bagi murid yang terlambat masuk kelas dia di diskualifikasi dari ujian itu." Jonathan kembali bicara, berusaha menasehati Tiara untuk berjaga-jaga. Kalau sebelumnya Jessica dan Alicia tidak mendekati Tiara, dia tidak akan gelisah seperti sekarang.
"Iya siap ketua osis, saya akan mengingatnya, terima kasih informasinya." Tiara menjawab dengan senyuman. Berusaha tidak terlalu tegang karena Jonathan begitu serius memberitahu nya.
"Sudah ku bilang jangan panggil ketua osis, kau bukan bawahan ku, Ra. Panggil senyaman mu saja." Jonathan ikut tersenyum. Tiara pandai mengubah suasana, padahal dia sedang gelisah mengkhawatirkan nya, tapi wanita itu malah dengan candaan menanggapi nya.
"Baiklah, aku panggil Jo saja. Itu terdengar lebih singkat." Tiara menjawab. Dia begitu nyaman berbincang dengan Jonathan, tidak hanya perhatian lelaki itu juga menyenangkan. Dia sampai lupa kalau Kenzo sedari tadi ikut berjalan di antara mereka.
Di pintu masuk kantin. Shasa, Jessica dan Alicia sudah terlihat bersama. Mereka sedang melihat situasi, mencari keberadaan target yang sudah Shasa tentukan.
"Kau duluan masuk sana. Biar Michel dan si cupu itu menjadi urusan kita." Jessica menyuruh Shasa masuk. Rencana mereka bisa gagal, kalau Shasa masih terus berada di dekat mereka.
"Iya, aku masuk. Ingat! Bereskan keduanya dengan rapih." Shasa kembali menegaskan. Ini memang bukan pertama kalinya bagi Jessica dan Alicia menjalankan tugasnya. Tapi tetap saja, ada kegelisahan takut rencana mereka tidak berjalan lancar.
"Siap, Sah." Jessica menjawab dengan penuh percaya diri. Mereka sudah terlatih, kali ini pasti akan lebih rapih.
Tidak membutuhkan waktu lama, Tiara, Jonathan dan Kenzo mulai terlihat memasuki kantin.
Dua sekawan yang sudah menunggu kedatangan Tiara langsung melambaikan tangan meminta Tiara duduk bersama mereka.
"Tiara, sini!" Dengan penuh antusias Jessica memanggil Tiara.
Jonathan sampai refleks menghentikan Tiara, berharap dia tidak mendekati mereka.
"Ra, gabung dengan kita saja!" Pinta Jonathan dengan penuh harap.
"Maaf, Jo. Aku sudah janji dengan mereka." Tiara menolak. Bukan hanya karena sudah janji dengan dua sejoli, tapi dia sudah mendapatkan tatapan tidak mengenakan yang sudah menyoroti pergerakannya. Siapa lagi kalau bukan Shasa, wanita itu sudah duduk di meja tempat biasa mereka makan bersama,
dan menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Dia tidak ingin napsu makan nya hilang, gara gara tatapan Shasa yang terlihat jelas kalau dia membencinya.
"Baiklah, ingat jangan sampai terlambat masuk kelas." Jonathan membiarkan Tiara pergi, tapi sebelum itu dia kembali mengingatkan.
"Baik, Jo. Aku nyamperin mereka dulu."
Tiara pergi, kini tinggal Jonathan dan Kenzo di sana. Mereka berdua langsung memilih menu makanan sebelum duduk bergabung dengan Shasa.
"Kau terlihat mempedulikan si cupu itu?" Kenzo tiba-tiba bertanya. Dia ingin tahu seperti apa tanggapan Jonathan pada wanita yang menjadi tunangannya.
"Tiara sepertinya gadis yang baik, aku khawatir Jessica dan Alicia akan membuat masalah dengan nya." Jonathan menjawab jujur. Mau di sembunyikan pun, dia tahu kalau Kenzo juga menyadari hal itu.
"Banyak murid yang selalu di kerjain mereka, tapi kau tidak pernah mempedulikan nya. Apa kau khawatir pada si cupu karena menyukainya?" Kenzo kembali bertanya. Dia sudah lama dekat dengan Jonathan, jadi sangat mudah menilai dia hanya dengan melihat tingkahnya saja.
"Untuk sekarang aku menyukainya sebagai teman, tapi tidak tahu jika kedepannya nanti. Kalau di lihat lihat, dia sangat menarik."
Jonathan kembali menjawab tanpa keraguan, pertanyaan apapun yang Kenzo tanya dia tidak pernah membohongi nya.
"Bukannya kau menyukai Shasa, semudah itu kau melupakan perasaan mu padanya."
Kenzo sampai mengepalkan tangannya, entah itu naluri kemanusiaan, atau karena Tiara merupakan tunangannya, Dia tidak terima Jonathan menyimpan rasa pada Tiara, padahal dia tahu Jonathan menyukai Shasa.
"Kau kira aku pengemis cinta. Jika wanita itu tidak menyukai ku, kenapa aku harus memaksakannya."
Jonathan menjelaskan, bukan karena dia seorang buaya yang mudah suka pada seorang wanita dan mudah pula melupakannya, dia hanya realitas. Tidak pernah mempersulit hidupnya dan memaksakan keadaan.
"Lagi pula Shasa menyukai mu, Ken. Cobalah buka hatimu untuk sedikit mencintai nya."
Timpal nya lagi, Jonathan sampai tersenyum kecil sambil menepuk pundak Kenzo. Sahabat nya itu bukan anak kecil lagi, seharusnya dia sudah bisa membuka hatinya untuk seorang wanita.
"Cinta, mendengarnya saja membuat ku muak."
Kenzo menjawab ketus. Iya itulah dia, lelaki yang terlahir dengan hati sedingin es sampai tidak pernah mengerti apa itu cinta.
Di sudut lain, brakk, suara kegaduhan terdengar jelas.
"Aw, panas." Suara rintihan Tiara terdengar jelas. Dia tersiram kau makanan panas oleh seorang murid yang berjalan di sampingnya.
"Michel, apa kau tidak bisa lihat. Makanan mu tumpah mengenai badan, Tiara." Jessica sewot, dalam hati tersenyum puas. Rupanya ide Alicia memilih meja di samping mejanya Michel berawal sempurna.
"Akh, maaf aku tidak senagaja." Michel kalang kabut, bukan hanya membuat Tiara kesakitan, makanannya juga mengotori seragam Tiara.
"Duh Michel, seharusnya kau lebih hati-hati. Kulit Tiara bisa melepuh karena kuah panas ini." Alicia kini yang bicara, langsung beranjak dari duduknya untuk membantu menolong Tiara.
Jonathan dan Kenzo yang sedang mengambil makanan langsung menoleh ke sumber suara karena kegaduhan itu.
"Tiara!"
"Cupu!"
Keduanya sampai kaget. Mereka sudah membayangkan kekacauan ini akan terjadi, tapi tidak membayangkan akan separah ini.
"Ken, gue samperin Tiara dulu!" Jonathan langsung pergi. Meninggalkan Kenzo yang hanya bisa melihat dari kejauhan.
"Aisst, dasar ceroboh. Bikin kesal saja."
Kenzo mengerem, entah ia kesal karena melihat kecerobohan Tiara, atau kesal karena wanita itu selalu saja mencuri perhatian sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Nawira Taufik
jadi gemes guee sama Tiara
2022-08-19
1
Anonymous
jadi gemes cerita kelajutanya
2022-08-11
0
Jumi Roh
cemburu juga Kenzo
2022-08-10
0