Jessi masih belum bisa menguasai emosinya, bahkan sampai
dimobil ia masih sebal sendiri." Sayang, mau diantar kerumah atau kita kevilla? " tanya Hendra kekasih gelapnya.
" Kalau kerumah, ngapain naik mobil kamu! " sembur Jessi membuat Hendra tersuruk Bagai kucing yang habis dipukul
tuannya. Hendra yang sudah faham sifat Jessi kemudian diam, melajukan mobilnya dengan santai menuju villa miliknya.
Lelaki itu sebenarnya senang kalau Jessi lagi marah, nanti ia akan meledak- ledak saat diranjang, membuat lelaki itu akan terpekik- pekik senang karna permainan Jessi yang makin liar kalau sedang kesal begini pada tuan Permana. Hendra menarik keuntungan besar dari setiap kekecewaan Jessi pada Fredy.
" Aku sudah menyingkirkan semua untuk menjadikan putraku pewaris tunggal keluarga Permana, tapi anak itu mulai merongrong dan lebih memilih pria tua itu ketimbang aku. Sekarang malah memilih gadis biasa pula untuk bersamanya, padahal aku berharap bisa memasukkannya kedalam keluarga Kims, dengan menikahi paksa putri terkecil Rendra dengan jebakan. " Cerocos Jessi dengan wajah merah.
Hendra mengelus pipi merah padam itu dengan tangan kirinya.
" Baiklah sayang, setelah bersenang- senang aku akan melakukan bedah plastik terhadap dagu dan hidungmu, menyipitkan sedikit mata lebarmu, hingga kau terlihat berbeda. Nanti kalau kita sudah berhasil menangkap gadis kecil itu untuk Jean, kau boleh mengaku hanya saudari kembar Jessi dalam melamar gadis itu. " Usul Hendra.
Jessi mengernyit ragu, sampai keningnya
berlipat- lipat memikirkan itu. " Tapi gimana kalau putra Rendra itu masih bisa
mengenaliku dengan jelas? " tanya Jessi kemudian.
" Sayang, apa meragukan kemampuan kekasihmu ini sebagai Ahli bedah plastik termisterius setanah air? " Hendra bertanya balik dengan sarkas.
Jessi akhirnya mengangguk setuju, ia tersenyum senang, tidak tahu kalau apa yang sedang mereka rencanakan didengar oleh kancil yang jadi sasaran jeratnya.
Setengah hari Jessi bertarung diranjang dengan Hendra. Entah berapa kali mereka berbagi peluh, sampai lutut Hendra benar- benar lemas, dan Jessi tertidur, barulah aktivitas panas itu berhenti.
Jessika terbangun setelah gelap, ia meraba sebelahnya, tidak merasakan tubuh Hendra lagi disisinya.
" Sudah malam rupanya, kemana dia." tanya Jessi bergumam.
" Bangun dan bersiaplah sayang..." Terdengar suara dari arah pintu seiring hidupnya lampu. Hendra datang membawakan makanan dan puding untuk Jessi dan meletakkannya dinakas,
lalu lelaki itu pergi lagi.
Jessi berjalan polos menuju cermin hias.
Lama sekali ia menatap wajah dan tubuhnya dicermin.
Sebenarnya sudah lama Hendra mengusulkan merobah sebagian bentuk wajahnya Jessi, tapi Jessi yang masih berharap mendapat cinta dari ayah putranya, mempertahankan wajah aslinya. Baru setelah menginginkan Sonia sebagai menantu, Jessi menyesal tidak merobah wajahnya.
" Kalau aku merobah wajahku dari dulu, tentu aku takkan khawatir bertemu dengan Boy dan melamar adiknya jadi menantu. " Jessi menggeleng- geleng mengingat kebodohannya, punya kekasih ahli bedah plastik tidak dimanfaatkan, malah ia memilih Krem dari brand mantan musuh untuk mempercantik diri.
Jessi mengusap wajahnya kasar. " Ternyata begok juga aku ya! Sudah mau bertarung baru teringat belajar silat." Sindirnya pada diri sendiri seraya memandang tubuh polosnya didepan cermin rias.
Sementara seseorang menatap jijik kelayar HPnya. " Ih! sudah tua begitu masih hobby mencerminkan tubuh polosnya, dasar manusia tidak punya malu ! " rutuk orang itu.
Jessi meraih telfon genggamnya ditas untuk menelfon seseorang. Tidak butuh waktu lama, telfon Jessi tersambung.
" Culik nona muda Sonia, dan serahkan padaku hidup- hidup, jangan ada cacat dan cela sedikitpun, gunakan obat penenang! " titahnya ditelfon dengan seringai licik.
" Baik nyonya, besok siang kami lakukan. " Jawab seseorang ditelfon.
Jessi tersenyum puas, ia mengira rencananya akan berjalan dengan lancar.
Ia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa.
Ha...ha...ha..." Aku akan mempermudah usahamu untuk melakukan itu nyonya. " Balas seseorang menyeringai didepan layar.
Malam itu Hendra membawa Jessi keklinik pribadinya yang jauh dari pemukiman umum. Karna Jessi tidak memiliki riwayat penyakit apapun, Jessika langsung dibius untuk melakukan operasi.
Operasi rehap ketiga macam bentuk aset diwajah Jessi berlangsung selama 5 jam.
Pukul satu dini hari operasi itu selesai.
Hhem...Seseorang yang membuka mata dengan susah efek ngantuk, kembali menatap layarnya.
Melihat bagian- bagian wajah Jessi yang sudah diperban ia tersenyum.
" Teruskan nyonya!" He...He...
______________
Pagi sekali, Sonia sudah siap dengan seragam Putih abu- abunya. Mengambil bekal makan sendiri dan memasukkan kedalam tasnya. " Susu kelapanya mana? tanyanya pada koki rumah besar.
" Lagi dibuatkan bibi." Jawab pak Sen.
" Ok" balas Sonia.
" Pagi Mimi! kapan datangnya? kayak hantu aja, datang dan menghilang. " Cegat Bahar yang hampir tak percaya miminya sudah dirumah pagi ini.
Sonia hanya tersenyum seraya terus menyusun bekalnya, memeriksa apalagi yang kurang.
" Pagi cantik..." sekarang Bahri yang tiba menyapa miminya dengan sapaan yang langsung dapat hadiah cubitan.
" Simpan tu mulut manis beracunmu untuk gadismu nanti! " Balas Sonia melotot.
" Aduh! " Yang ini kayaknya bukan hantu lagi bang. Tapi siluman harimau, kukunya
hampir merobek pinggangku. " Bahri mengaduh dan mengadu pada abangnya seraya mengusap pinggangnya yang panas.
Keduanya kompak ambil balas, namanya orang kembar suka se ide.
He...He...Cantik- cantik siluman! " Ejek serentak kedua mereka dengan mencibir.
Sebenarnya ingin sekali sonia membalas kedua ponakannya yang sudah terlalu berani itu, tapi bibi datang membawakan botol susu kelapanya.
Sonia menyimpan semua kedalam tasnya, dan merapikan isi tas ranselnya lagi.
Bahar dan Bahri datang mendekati Sonia, karna merasa aneh dengan bekal sang Ontynya.
" Sejak kapan Mimi suka susu kelapa? tanya Bahar mengernyit, Bahri juga turut melongok.
Bukannya dapat jawaban, kedua anak lelaki itu malah dapat jeweran dikuping mereka.
" Kalau tau bakal diginiin ngapain nunduk didekatnya. " Sesal kedua nya dalam hati.
Sonia masih belum Sudi melepas kuping kedua ponakan nakalnya itu.
Aduh....Ayah! Bunda! Mimi mencopot kuping kami! " teriak mereka mengadu pada ayah dan bundanya yang baru turun untuk sarapan.
Sonia melepas mereka, lalu mencibir kedua ponakannya itu. Menyandang tasnya, kemudian berlari menghampiri dan menyalami Abang dan kakak iparnya.
" Mereka duluan yang mengataiku siluman harimau. " Bisik Sonia..
Boy dan Bella geleng- geleng kepala. " Bertemu sesekali, masih pagi sudah berantam. " keluh Bella.
" Emang Abang berdua yang nakal bunda, masak Onty yang cantik dibilang siluman, makanya dicakar. " Bila adik perempuan Twins angkat bicara membela ontynya.
Sonia tersenyum dan mencium kening gadis kecil berseragam putih merah itu.
" Onty duluan sekolah ya Bila sayang.." pamitnya pada sang pembela.
Lalu tanpa menoleh pada yang lain , Sonia berlari menuju keluar istana itu.
Ia mengabaikan celotehan dan protes kakak ipar tentang kebandelannya.
Sonia pagi ini berangkat dengan disopiri Erlangga. Tiba disekolah menjadi pusat perhatian, karna biasanya Sonia tidak berdandan kesekolah, apalagi memakai mobil mewah.
" Sepertinya ia sudah bosan jadi orang kaya yang rendah hati. " Cibir seorang gadis yang iri dengan ketenaran Sonia,
melihat Sonia turun dari mobil.
Sonia membalas cibiran itu dengan senyuman. Melanjutkan langkah dan
mengabaikan mereka yang tidak menyukainya, ia melangkah dengan cepat menuju kelasnya, diikuti oleh teman- temannya yang juga baru tiba.
Cery memeluk Sonia, begitu sampai didepan kelas. " tumben dandan neng.." bisiknya sebelum mengurai pelukan.
" Lagi musim pancaroba. " Jawab Sonia asal. Merekapun saling melempar senyuman, lalu masuk kedalam kelas dengan bergandeng tangan.
Cery memperhatikan Sonia yang nampak
gelisah saat belajar. Tapi otak cerdasnya tetap bisa melahap setiap soal dan mulut
kecilnya masih lancar menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru seperti biasanya. Namun hari ini ia tidak bertanya balik yang selalu bikin pusing guru yang masuk. Gurunya menarik nafas lega , karna sang bintang kelas lebih kalem hari ini.
" Boleh aku ikut keistanamu nanti neng..." rengek Cery ketika mereka makan siang dengan bekal Sonia dijam istirahat.
Sonia cukup terkejut. " tidak! Ini berbahaya. " Batin Sonia.
Tak mau membuat sahabatnya kecewa apalagi curiga, Sonia menyentuh bahu Cery.
" Mereka lagi keBali dengan Daddynya, lain kali setelah twins balik baru kita ngumpul ya, biar rame. " Bujuk Sonia sedikit berbohong.
Cery mengangguk lesu. " Baiklah neng..." ucapnya lirih.
" Jangan Mayun gitu dong Ning! " balas Sonia.
" Apaan sih panggilan neng nong Ning gitu! " Protes Arnol penggemar Sonia yang baru tiba dikelas dari warung.
" Ya, terserah kami mau panggil apa! ngak suka tutup kuping! " Balas Cery yang selalu ketus pada Arnol yang suka ngekorin, dan turut campur urusan mereka kemana- mana disekolah.
" Kamu nyolot aja! protes Arnol.
Bel kembali berbunyi, memutus persitegangan cery dan Arnol.
Semua anak yang diluar memasuki kelas.
Pembelajaran berlanjut kembali, Sonia makin gelisah menunggu waktu berlalu. Ketika bel pulang berbunyi, semua anak bersorak dalam hati.
" Yes! Sorak hati mereka.
Sedang Sonia mulai mengatur irama nafasnya.
Sonia melangkah pelan keluar kelas, menuju toilet. Cukup lama ia didalam kamar mandi sekolahan itu.
Cery yang curiga kegelisahan Sonia dari pagi, menunggu dengan gelisah didepan pintu toilet perempuan itu.
Ceklek.
Pintu terbuka. Sonia keluar sambil membuka botol.
Sonia menuju kursi santai, duduk sebentar meminum susu kelapanya, seperti orang yang seharian tidak minum.
" Ini kayaknya isi ulang sampai ludes nih ! " Sorak Cery menggoda Sonia, melihat nona sekaligus sahabatnya itu menghabiskan susunya sampai tetes terakhir.
" Sory pelit, tak Sudi berbagi. " Balas Sonia. Lalu berjalan cepat tanpa pamit pada Cery.
Cery geleng- geleng kepala.
" Dasar Neng jitah betina! " Umpat Cery dengan berteriak, karna secepat kilat Sonia berlari meninggalkannya, tanpa memperdulikan teriakan Cery yang nyaring, membuat anak- anak yang masih
di pelataran sekolah sampai tutup kuping.
Sadar banyak yang memelototinya, cerypun akhirnya tutup mulut, memandang lesu sampai Sonia jauh.
Sonia terus berjalan cepat menuju trotoar. Dari jauh Cery menggelang- geleng kembali, melihat nonanya yang berjalan kaki seperti orang yang takpunya saja.
Baru 300 meter Sonia berjalan, ditempat yang agak sepi, ia dihadang oleh Lima orang brandalan bertubuh besar dan berotot kokoh, dengan tato dimana- mana.
Salah seorang dari mereka melempar sapu tangan kearah muka Sonia.
Zip...Sonia bergerak cepat menghindari sapu tangan itu. Walau hawanya tentu sedikit tercium dihidung mancung Sonia, tapi sapu tangan lebar itu berhasil ditepis hingga jatuh ke lantai trotoar, lalu dengan cepat Sonia menginjaknya dengan sepatu, menggilingnya sampai kotor, membuat naik emosi kelima lelaki besar itu.
" Serang!!! " pekik sang ketua merasa panas hati.
Tiga orang diantara mereka maju mengikuti perintah.
" Ingat jangan melukainya! " teriak seorang lagi yang tidak ikut menyerang, mengingatkan temannya.
Zip...
Zap
Tap.
Sonia melangkah cepat berkelit dari ketiga pria kekar itu.
Ciap.
Bugh.
Sonia melompat menyerang sang ketua, menendang keras tepat dibagian mercusuar sang ketua.
Ketua yang tidak mengira akan mendapat serangan dadakan diarea berbahaya mengaduh keras saat tonggak menara diterjang dengan keras oleh Sonia sampai kedasar.
Awww!!! Teriaknya gemetaran.
Sedangkan ketiga penyerang pertama,
" Karna terlalu semangat menyerang, mereka kehilangan sasaran, mereka kehilangan keseimbangan dan saling berbenturan lalu jatuh tersungkur ketrotoar.
Mendengar teriakan Bosnya, mereka mencoba mengerahkan tenaga untuk berdiri lagi dengan kening sudah berlumuran darah karna pecah. Ternyata terik mentari membuat luka mereka makin deras mengalirkan darah.
Ketua berandal itu menggigil pucat memegang simercusuar, sedang yang membeli peringatan mengusap punyanya
sendiri merasa nyeri membayangkan andai lelenya yang diterjang begitu oleh Sonia.
" Busyet! Kata nyonya ni anak polos, kok jadi lincah dan tak terduga gini ya. " pria bertato itu membatin.
Sonia yang sudah mengetahui bakal dapat serangan, sudah mengganti roknya dengan celana dasar biru ditoilet tadi. Jadi ia bebas bergerak.
Sonia mengeluarkan tongkat Wushu yang berlipat dari tasnya. Menekan tombolnya hingga memanjang.
" Aku memang pendak, tapi tongkatku ini bisa memanjang bukan? Ayo semua maju kalau ingin merasakan pukulan tongkat ini! " teriak Sonia keras.
Ketiga pria yang keningnya pecah sudah tidak dapat melihat dengan jelas, kepala mereka pusing.
Bus.
Ketiganya terjatuh dan saling menindih.
Melihat itu, Ketua dan anak buahnya siap menyerang kembali, belum mau mengalah dari gadis kecil ini.
Sonia waspada dan mulai memainkan tongkat kungfu nya.
Ciap...Cia...Kedua orang itu bermaksud menangkap Sonia kecil.
Wus...Wus..
Sonia melompati kedua penyerangnya, dan berputar diudara.
" Manusia atau setankah? " Batin keduanya
bergidik, tidak percaya dengan kekuatan lompatan dan kecepatan langkah Sonia.
Ha ..ha...Siluman harimau! Sorak Sonia diudara lalu menapak. Kemudian dengan sigap menyerang kedua lelaki itu dengan tongkatnya sebelum mereka tersadar dari keterpanaannya setelah dilangkahi oleh gadis kecil itu.
Sonia melancarkan serangan balik dengan tongkatnya.
Bagai menunjang pinang muda Sonia menghentak kedua tandan pria itu dari ujung ke ujung tongkatnya.
Teriakan dan raungan tak dapat dibendung dari mulut kedua lelaki perkasa itu. " Rasakan! " Teriak Sonia menyeringai kejam dan terus menunjang benda pusaka mereka tanpa ampun.
Dalam Olahraga kungfu Wushu, tidak boleh memukul kepala atas atau kepala bawah, juga dada. Namun dalam beladiri semua Syah - Syah saja.
Kedua pria itu memucat dengan lutut menggigil. Bahkan bersuara pun sudah tak sanggup lagi, pandangan mereka gelap.
Bertepatan dengan itu, Erlangga datang.
Tanpa perintah lagi, Erlan mengikat kedua orang yang sudah teraniaya oleh nona nya itu.
Sedang Gatot dan yang lain, menggotong tubuh- tubuh pingsan dan mengevakuasinya kedalam mobil, lalu mengikat ketiganya dalam satu ikatan.
" Hukum mereka diruang bawah tanah!
Cari tahu semua tentang Jessi dan apa yang sudah ia lakukan pada keluarga Permana, dari kelima orang ini!, jangan beri Ampun sedikitpun kalau tidak ada yang mau cerita! " titah Sonia dengan ekspresi dingin, kejam dan menyeramkan.
"Baik nona !!! " Balas keempat anak buah Erlan.
Mereka berempat kemudian masuk kemobil yang berisi tawanan.
Sedangkan Sonia menaiki mobil mewahnya disopiri Erlangga.
" Aku bukanlah gadis yang kejam, aku hanya membela diri. " Gumam Sonia setelah didalam mobil.
Erlangga menatap nonanya yang nampak
sedih, kini wajah seram yang tadi berubah jadi sendu.
" Musuh tidak dicari- cari nona, kalau bertemu pantang dielakkan! " Ujar Erlan berusaha membuat Sonia tidak merasa bersalah.
Sonia mengangguk pelan.
Bersambung...
Tolong berikan masukan untuk kekurangan cerita ini ya say...Jangan lupa hadiah kecinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Adhelin Kaifuan
Lanjutkan thor💪💪💪👍👌💪👍Yg semangat ya thor👌👍👍👍💪👌💪👍💪👌💪👍💪👌💪💪👌
2022-03-22
5
Sama Lia
kren....hanya saja banyak kesalahan dalam menulis, jadi serunya kurang terasa dan kurang waw...author tolong cari kata yang pas biar kata demi kata menyambung dan rasanya/feelnya dapat.. coba dicek. maaf ya author, tolong maafkan saya...
semangat author...lanjut ditunggu..
sukses untukmu author..
NB.
ditunggu dari subhuh ga up up, inikan hari senen author...VOTE.. jangan suka telat up...klo hari senen.
2022-03-22
1
Rusmi
lanjut ke konten utama selalu dinanti semakin seru penuh aksi bikin candu penasaran
2022-03-21
5