Setiap Subuh Minggu, Sonia fokus belajar Wushu pada kakek Tiono.
Semula ketika kakek menawarkan diri menjadi guru Sonia, Sonia tak percaya, apalagi kalau kakek Tiono berada dikursi roda.
Melihat wajah penuh harap sang kakek, Sonia menyetujui, karna tak mau membuat sang kakek berkecil hati.
" Hanya Sonia! kakek hanya ingin mengajari Sonia saja, tolong jangan bawa siapapun. " Pinta sang kakek mengingatkan Sonia.
Sonia mengangguk patuh, jiwa protesnya surut, didepan karisma mantan CEO ternama asal negara tirai bambu itu.
Soniapun menyiapkan Medan latihan tersembunyi baginya dengan kakek ditaman belakang.
Sonia mendorong kursi roda sang kekek dengan hati- hati sehabis shalat subuh. Sedang kakek tersenyum senang sembari memandangi dedaunan dan bunga-bunga dengan embun pagi yang berkilauan terkena cahaya lampu. Jarang para lansia dibawa kebelakang, karna didepan cukup asri dan luas. Semua pekarangan terpagar tinggi, dengan tembok kokoh dan aman.
" Jelaskan padaku tentang Wushu kakek.., baru kita memulai latihannya ." pinta Sonia dihari pertama.
Anehnya biasanya murid yang gencar minta berguru bahkan rela memberikan syarat segala untuk diajari seni beladiri, namun kakek Tiono seakan begitu terobsesi untuk menjadikan Sonia muridnya.
Dengan wajah berbinar Kakek Tiono menjelaskan.
" Wushu berasal dari dua kata yaitu "wu" dan "shu". "Wu" berarti perang, sementara "shu" berarti seni.
Jadi, wushu bisa diartikan sebagai seni untuk bertempur atau bela diri (martial arts).
Sonia mendengarkan dengan seksama , walau dalam hatinya terus berfikir, bagaimana kakek bisa melatihnya secara
langsung. Tapi ia tetap diam, tidak ingin mematahkan hati sang kakek dengan banyak protes.
Melihat Sonia menyimak dengan baik, kakek meneruskan penjelasannya.
" Tak hanya bela diri, di dalam wushu juga terdapat unsur seni, olahraga, dan juga kesehatan. Dengan berlatih Wushu, selain kuat, tubuh cucu akan sehat, semangat dan fikiran akan semakin terbiasa untuk fokus. " terangnya.
" Silat juga begitu kek! " Seru Sonia.
Kakek mengangguk dan meneruskan penjelasannya.
" Asal-usul wushu bisa ditelusuri dari perjuangan manusia purba untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras pada Zaman Perunggu (3000-1200 SM)."
Jelas kakek kemudian.
Sonia mengangguk paham. " Sekarang kita mulai tehnik dasarnya kek." Pinta Sonia makin tertarik.
Tanpa Sonia duga, kakek Tiono dengan santai turun dari kursi rodanya. Berdiri gagah dan berjalan kedepan, memulai tekhnik dasar.
" Kakek bisa? " Tanya
Sonia dengan mata membola.
" Suut...." Ujar kakek sembari meletakkan telunjuk didepan mulutnya. Sonia manggut- manggut.
Lalu Kakek mendemontrasikan gerakan dasar.
Sonia mengikuti dengan semangat, mengetahui gurunya ternyata tidak lumpuh, hati Sonia senang bukan kepalang.
Dengan gagah kakek memperagakan
Taolu bersama Sonia.
Taolu mengacu pada rangkaian rutinitas (bentuk) komponen latihan teknik tangan, teknik kaki, lompatan, sapuan, sikap dan gerak kaki, merebut, melempar dan gulat, serta keseimbangan.
Sonia harus mengikuti pelatihan dengan baik. " Dapat guru misterius dan cuma- cuma kudu bersyukur. Tidak perlu kepusat WI untuk mencari guru, guru sendiri yang mencariku, jika aku tak pandai, maka aku sama saja dengan gadis konyol. " Batinnya menyemangati diri.
Minggu keminggu latihan Nia makin maju, ia bahkan sudah mampu bertarung dengan kakek dengan tehnik Taolu dan
Sanda.
" Gerakan Wushu ini bisa bikin awet muda juga lho cantik." Ucap kakek setelah melatih dengan bermandi keringat.
" Makanya kakek masih awet diusia segini. " Jawab Sonia sembari menyodorkan kursi roda sang kakek.
Mengingat hari mulai terang dan takut ada yang mengintip, kakek duduk kembali dikursi roda. Sonia mengusap keringat kakek Tiono dengan handuk mini. " Kita balik kedalam CEO tampanku." Ajak Sonia mulai mendorong pelan kursi roda.
He...He.." Gadis kecil kesayanganku, cinta diujung masa. " balas sarkas kakek Tiono dengan senyum cerah, seindah mentari pagi yang baru muncul.
Begitulah hari Sonia penuh tawa. Tanpa terasa sudah berbulan - bulan Sonia latihan.
" Ehem...Pasti ada alasan yang kuat untuk rahasia dibalik kursi roda ini. " Bisik
Sonia suatu hari sehabis latihan.
" Hanya Sonia yang kakek percaya, nanti kakek pasti cerita semuanya. Sekarang cicil kejutan dikit demi sedikit dulu ya. " Janji kakek Tiono dengan berbisik balik.
" Ok' Cintaku, sekarang saatnya mandi pagi dan bersantai menunggu sarapan siap. " Kali ini suara Sonia sengaja dikeraskan, karna sudah biasa ia berkata begitu pada para Lansia dipanti.
Sonia terus mendorong kursi roda sang kakek, hingga tiba dipinggir jalan kecil samping pemanggangan.
Dua orang koki muda sedang sibuk memanggang ikan di pemanggangan alami ( pondok mungil tanpa dinding, dengan briket batok kelapa).
Disamping adanya dapur moderen dengan fasilitas memasak yang canggih,
Untuk memasak ikan , daging dan ayam panggang, koki tetap menggunakan ini.
Melihat Sonia lewat dengan mendorong kursi roda kakek Tiono, kedua koki itu menatap takjub.
" Pagi nona Sonia dan kakek Tio, tumben main kebelakang?" tanya sapa mereka hampir bersamaan, sambil membungkuk.
" Pagi juga...Sepertinya kita bakal makan enak lagi ni bang Jun." Sorak Sonia mencoba bersikap santai, sembari mengacungkan jempol.
" He.. He...Siap- siap saja jadi gendut kalau tak rajin olahraga. " Balas Juna.
Roy menginjak kaki Juna. " Lancang sekali mulutmu Jun! Bukankah kau lihat nona kecil habis berolahraga." Ujar Roy menilik Sonia Sonia yang masih keringatan.
" Maaf nona kecil, sepertinya aku lupa, nona kecil selalu sibuk, tidak mungkin gemuk walau makan besar. " Ucap Jun merasa bersalah.
" Tidak masalah kok bang Jun, lanjutkan saja masaknya, kalau bertemu ikan bakar
buatan bang Jun dan bang Roy, Nia siap buat tumbuh besar. Lagian gendutpun tetap akan disayang kakek! Bukankah begitu kek.. " Balas Sonia, kemudian melanjutkan langkahnya mendorong kakek Tio.
He.. He..." Kalau gendut mana kuat dorong kakek! " Sangah kakek Tio.
He...He..." Masalah dong...Ya kan kek!" Kekeh Juna. Yang diikuti Roy.
Mereka semua tersenyum, saling pandang. Sedang Sonia santai saja.
" Kayaknya kami masuk dulu anak muda!, ingin buru - buru mandi, tak tahan dengan wanginya masakan kalian. " timpal kakek pada kedua koki muda itu sembari melambai.
" Baik kakek! " Balas kedua koki itu sembari curi pandang pada Sonia.
" Awas gosong! " sorak Sonia sebelum berlalu.
" Gosong??? " Jun dan Roy panik menatap ikan- ikan dipemanggangan.
He...He...Becanda! Bye! " Ujar centil Sonia.
" Dasar gadis bandel! masih pagi sudah kelayapan sama kakek-kakek, ngak ada capeknya ni cewek. " Ucap mereka hanya sebatas tenggorokan, untuk menyampaikan langsung, tentu mereka tidak sanggup.
Sebenarnya lebih asyik latihan Wushu bareng teman, Namun karna sang guru menyimpan misteri, Sonia tidak mau membuat masalah untuk kakek Tio dengan keinginannya. Pasti ada alasan mengapa orang tua ini menyembunyikan kesembuhannya dari siapapun selain Sonia, bahkan pada keluarganya.
Sonia ingin menjadi orang yang pandai menyimpan rahasia, rahasia seorang teman harus dijaga, barang kali itu menyangkut nyawanya, nyawa yang lain , atau bahkan aibnya.
Walau Sonia cerewet, tapi kalau sudah rahasia, ia takkan mengganggu gugat.
Sonia dengan sabar, melanjutkan sandiwara kursi roda itu, mendorong kakek dihari- hari Sonia ada waktu, juga sehabis latihan. Mengantarnya kepintu kamar seperti biasanya. Sisanya
Perawat sang kakek akan menyambut. " Dinginkan badan kakek sebelum mandi, kami habis berjalan- jalan keliling taman ! " Tukas Sonia dengan nada tegas.
" Baik nona. " Balas kedua perawat itu sembari menunduk.
Sonia berlalu menuju kamarnya,
senyum tipis terhias dibibir mungilnya. Begitu selalu Sonia melewati harinya.
Hanya sesekali ia cemberut. Itu kalau manjanya lagi datang, manakala ada maminya.
Baru saja ia duduk bersandar disofa mendinginkan badan habis latihan, ia dikejutkan oleh dering interkom.
" Sayang...Papi mami datang buka pintunya! Temani mami papi membagikan Biskuit untuk anak- anak dipanti sebelah. " Ucap Suara riang begitu telfon Sonia sambungkan.
" Dasar mami! ngomong langsung nyerobot tanpa salam, tanpa jeda! " Protes Sonia.
He...He...cepatlah buka, mami dan papi tak kuat berdiri lama. " Balas Anjani tanpa merasa salah.
Sonia segera melangkah menuju pintu.
Begitu pintu terbuka ia langsung dapat pelukan dari Anjani.
" Kok tubuhmu lengket? " tanya Anjani dengan mengernyit.
" Hey sayang...tidak lihat putrimu masih keringatan, tandanya ia belum mandi habis lari pagi! " Tukas Willi.
" Iya Pi...mi ..Masuklah, tunggu Nia mandi
sebentar. " Ucap Sonia sembari menarik kedua orangtua itu kedalam.
Kemudian Sonia menyiapkan handuk dan pakaian ganti, membawanya kekamar mandi. Setelah mengatur suhu air dibathup, iapun berendam sejenak sebelum mandi.
Sonia sudah rapi dengan mengenakan Blus lengan pendek warna jingga dipadu celana pensil hitam. Dengan rambut diekor kuda.
Anjani merapikan anak rambut Sonia, kemudian mengoles Lip blam pada bibir mungil gadisnya.
" Mami bawa sarapan dari mansion, mau makan dulu atau langsung ketempat anak yatim? " tanya Anjani sambil tersenyum melihat wajah putri yang cemberut.
" Masak bibir sudah manis ditambahin lip mahal dijeding- jedingin begini cantik? tanya protes sang mami.
" Paling karna sudah kelamaan ngak nginap" Jawab Willi menimpali.
" Lain kali baru nginap nak...Kemarin- kemarin papi banyak acara. " bujuk Willi.
" Ini sudah berbulan- bulan lho Pi..." Sungut Sonia.
" Nanti mami nginap dech...Biar papi yang duluan pulang. " Janji Anjani.
Sonia sontak memeluk mami. " Gitu dong
mi! " Soraknya senang.
_
_
_
_
Begitulah minggu- keminggu Sonia lewati
dipanti, hingga satu tahun berlalu terasa sangat cepat.
Diluar orang tak lagi mengenal Sonia sebagai putri konglomerat.
Sonia masuk ke SMA negri terdekat dengan Cery, Sonia menutupi jati dirinya. Ia dengan Cery sekarang terkenal dengan gadis panti.
" Apa tidak menyesal sekolah disekolah biasa sepertiku, apalagi memperkenalkan diri sebagai gadis panti, otomatis akan kehilangan sebagian
Fans mu, juga kesempatan untuk berkenalan dengan calon suami masa depan dengan status sosial yang sama, karna pada umumnya anak pengusaha atau penguasa sekolah disekolah swasta Faforit." Cerocos panjang Cery mencoba mengingatkan nona yang sekarang jadi sahabatnya, tatkala mereka baru sampai disekolah pagi hari.
Sonia tersenyum lembut. " Tidak niat sekolah buat cari jodoh manis...siapapun yang jadi jodoh Nia kelak, Nia mau dia tidak menyukai Nia dengan Embel- embel
Putri." balas Sonia sembari menyentil hidung Cery.
" Tidak kangen sama Mereka? " seringai Cery.
" Kalau yang kangen dengan mereka tentu dirimu! Awas sampai buat kedua ponakanku berantem memperebutkan mu ya, kalau suka satu dari mereka, buat yang lainnya mengerti, tidak mungkin setangkai bunga dua jambangan." Ujar Sonia mengingatkan Cery.
Cery terdiam, hatinya menyukai kelembutan Bahri, tapi mengagumi jiwa kepemimpinan Bahar. Ia lalu menepuk jidat ya. " Tidak... Cery tak pantas untuk siapapun dari mereka." ujarnya lirih.
" Bagiku tidak ada yang tidak pantas Cery! yang penting tulus, jelas dan tegas. " Tukas Sonia mengingatkan sahabatnya.
Cery terdiam sembari menggigit bibir bawahnya.
Sonia menarik Cery yang terdiam. " Cepatlah..jangan bermenung, tidak kau dengar bel masuk sudah berbunyi! " Ujar Sonia sembari menarik tangan Cery.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Henri Gunawan
semangat author.... lanjut terus....
aku tunggu kelanjutanya
2022-05-16
6
Sama Lia
semangat author...lanjut..ditunggu..
sukses untukmu author...
2022-03-08
4