Fredy memeluk Erat putranya. Ia hampir tak percaya putranya akan datang dirumah sakit ini." Bagaimana bisa? " Ia tak bisa menutup mulutnya saking senang.
" Aku masih merindukan Papi, papi mengunjungiku hanya satu hari, rinduku belum terbayar, papi sudah kembali, makanya aku ikuti. " Jawab Frem terdengar hangat dikuping Fred
Fredy hanya satu hari ditempat Frem, setelah seminggu diTurki ia terbang ke Beijing, ia hanya semalam ditempat kediaman adik dan putranya itu.
" Cepatlah! Bukankah adik Jean membutuhkan darah! " pangkas Frem, melihat papinya tercenung.
" Iya tuan muda. " Jawab Fe.
" Segeralah nak..." balas Willi sambil menarik lembut tangan Frem. Frem terkejut melihat wajah Willi.
" Bukankah ini papinya Sonia? " tanyanya dalam hati.
Frem melihatnya malam itu, Sonia kecil bergelayut dikaki pria bule ini. Tapi untuk
mempertanyakannya tak ada waktu, didalam sana adiknya membutuhkan darah. Sedang Bule tua ini tentu tidak mengenalinya. Frem sudah berubah banyak tentunya.
Frem masuk keruangan. Karna darahnya cocok, dan Frem sehat, maka tranfusi dilakukan sesegera mungkin. Selanjutnya
operasi dilaksanakan.
Pukul tiga dini hari, pintu ruang operasi kembali terbuka. Para dokter keluar, " Bagaimana operasinya dokter? " tanya Frem cemas.
" Syukurlah operasinya lancar! Tapi pasien masih dalam kondisi kritis. Diharapkan doa dari semua. Permisi. " Jawab dokter kepala sembari mengusap keringat dengan sapu tangan biru yang ia keluarkan dari saku.
Mereka memasuki ruangan, menatap Jean yang terbaring tak bergeming dengan kepala diperban, banyak peralatan medis yang menancap ditubuhnya.
Fredy tercekat. " Apa Tuhan mau mendengarkan doaku yang selama ini jauh darinya Ya? tanya hatinya sendu.
Seperti tahu yang difikirkan papinya, Frem menyentuh pundak pred. " Tuhan pasti mendengarkan doa setiap hambanya Pi, dokter dan kita semua sudah menjalani usahanya, selanjutnya kita perlu berdoa! Untuk hasil kita serahkan pada takdir Allah. " Ucap Prem.
" Kamu akan disini sampai adikmu pulih bukan? " tanya Fred kemudian.
" Tidak! Esok aku akan kembali. " Ucap Frem dingin.
Semua orang saling pandang, tidak ada yang berani berkomentar.
Frem mendekati Edi yang berdiri dengan terkantuk- kantuk. " Jaga adikku, karna kalian teman yang baik! Terima kasih untuk semua. " Ujar Frem yang membuat Edi cukup terkejut.
" Aku cuma melakukan apa yang bisa kulakukan sebagai teman kakak... " balas Edi menunduk.
Frem tidak menjawab lagi, ia diam sembari menyentuh lembut tangan adiknya." Bagun dan sembuhlah! aku menantangmu bertanding di gamble arena Wushu tahun depan di Phonphen!" Ujar Frem sembari mengusap tangan adiknya.
___________________
Jessi terbangun pukul Dua dini hari. Begitu ia menghidupkan telfonnya, banyak notifikasi pesan yang masuk dari perawat Fe. " Putraku!!!" Pekiknya melihat
isi pesan.
Jessi buru- buru memakai pakaiannya.
" Bangun!!! Bangun!!! Tolonglah bangun Hen..." Rengeknya sembari terisak.
Pria itu masih belum bergeming. Jessi kembali menggoncang, mengusap pipi, bahkan menyintak rambutnya.
" Jean kecelakaan, antarkan aku kerumah
sakit!!! " Teriak Jessi ditelinga pria itu.
Hendra terlonjak kaget, diusapnya kupingnya yang berdengung. " Kau!Ujarnya marah. Namun melihat Jessi yang bersimbah airmata, iapun mengernyit. " Ada apa tanyanya bingung.
" Jean kecelakaan, ia dirumah sakit , tak ada jalan jam segini, tolong antarkan aku." Ujarnya memelas.
Hendra segera duduk, walau matanya ngantuk, ia segera berkemas.
" Jean adalah tambang Emas kami, jika dia tiada, bagaimana Jessi akan mewarisi harta tuan Permana, ia dan Tuan Permana sampai hari ini masih tidak punya surat nikah resmi. " Batin Hendra turut berkecamuk.
" Ayo cepat! " Ajaknya seraya menggandeng Jessi.
" Nanti disana jangan begini ya.." Ujar Jessi mengingatkan.
" Nanti aku takkan ikut, biar semua mengira kau hanya ketiduran dirumahmu." Bisik Hendra.
Jessi tak lagi menjawab.
__________________
Jessi tiba dirumah sakit pukul Setengah lima. Frem yang terlelap dengan tertunduk ke Hospital Bed terbangun karna langkah kaki Jessi. Melihat Frem dan Edi yang hampir sebaya dengan putranya, Jessi mengira mereka teman- teman Jean.
Prem membuang muka dari tatapan Jesi.
Ia kemudian keluar dari ruangan. Tanpa mengganggu yang lainnya, iapun pergi.
" Kau lahir dari iblis itu, tapi didalam darahmu mengalir darah Permana, tak bisa berlama- lama menemanimu Jean, separah apapun kondisimu sekarang, kakak doakan semoga Tuhan menyembuhkanmu." Doa Frem dalam hati sebelum melangkah keluar menuju pelataran rumah sakit.
" Siap tuan? tanya Salah seorang dari pria berseragam hitam yang menyambutnya.
" Kita akan keTPU srengseh! Titahnya dalam bahasa Mandarin.
" Baik tuan. " Jawab patuh kelima orang anak buahnya serentak.
Setelah mengunjungi Makam mami Nabila dan nenek Talia. Frem menuju ke panti RC kasih.
Tiono hampir tak percaya dengan apa yang ia lihat. Cucu yang ia rindukan sekarang ada didepan matanya.
" Benarkah itu dirimu tuan Premudya!!! " pekiknya senang kakek, lalu mencubiti pipi Prem yang berjongkok didepan kursi rodanya.
" Ya aku datang untuk membawamu Pergi . " Ucap Frem dingin dan mengintimidasi.
Wajah kakek Tiono berubah pias.
" Ta- tapi kakek tak mau ikut Frem, disini sudah nyaman bagi kakek..." Rengek kakek Tiono teringat Sonia.
" Nyaman tapi berbahaya! Aku datang karna kemaren ada yang mengirim makanan beracun untukmu, kalau anak buahku tidak menangkap utusan perempuan iblis itu, mungkin sekarang Frem akan bertemu dengan kakek setelah dibungkus! " Ujar Frem.
" Kita perginya besok ya...Kakek masih ingin bertemu dengan Mimi kekasih kecilku, barangkali kau juga bisa mengenalnya, kalau cocok kalian, kakek akan mundur. " Ujar Tiono dengan tatapan menggoda.
" Tak ada cinta Tiono Permana selain Thalia Salshabila , akupun sudah punya kekasih, tak ingin mencari yang lain, apalagi dengan Mimi- Mimi mu itu. " Pangkas Frem. Kemudian meninggalkan Tiono terpaku diruangannya.
Frem segera mengurus check out sang kakek. Sedang anak buahnya berkemas barang- barang yang dianggap keramat dan penuh kenangan oleh Tiono.
Sebelum pergi kakek masih sempat merengek. " Sayang...Besok saja kembalinya, bagaimana dengan Visa dan Pasport kakek. " Ujarnya masih berupaya mencari alasan lain.
" Cucumu ini bukan seorang penyusup kakek, aku tahu aturan, apa masih meragukan kemampuan seorang direktur
SGG dan kedepannya akan menjadi CEO PMJG? Orang- orangku yang disini sudah mengurus semua jauh hari." Jawab Frem mengunci mulut sang kakek.
Dua jam setelah itu, kakek Tiono digendong oleh Frem kemobil dengan berurai airmata karna tidak bisa bertemu dengan Sonia, mengucapkan selamat tinggal pada gadis kesayangannya itu.
Private Jet Frem mengudara menuju Ibukota negara Tirai Bambu. Tiono tidak berhenti menangis.
" Dengan bersama dengan gadismu itu, bukan hanya nyawamu saja yang dalam bahaya kek, tapi juga nyawa gadismu.
Gadis itu memang mahir bertarung secara fisik berkat usahamu, tapi kalau serangan itu berupa racun, apa kalian akan tahu setiap makanan yang kalian makan dan minum bersama aman? Apa kakek mau Mimimu sama nasipnya dengan Thaliamu?
Tiono terdiam dengan penuturan Frem.
Melihat kakeknya diam, Frem mengusap- usap pundak sang kakek.
" Jean terbaring dirumah sakit, entah bagaimana nasipnya, tolong doakan keselamatannya. " Pinta Frem.
" Dia diracuni juga? " tanya kakek Tiono.
Frem hanya mengangguk, demi menghapus airmata sang kakek, ia menyembunyikan sebagian fakta tentang
Jean.
" Wanita itu melakukan pada putranya sendiri? " tanya Tiono mulai surut kemarahannya karna Frem telah mencuri paksa dirinya dari Sonia.
" Mungkin ia akan memberikan pada yang lain, tak sengaja Jean memakannya, semacam senjata makan tuan gitu. " Bohong Frem.
" Maafkan aku kek...Aku tak tahan melihat pipi lusuhmu itu gonjal ganjil karna menangis. " batin Frem.
Jam setengah dua, Mimi tiba di panti sepulang sekolah.
Ia langsung melempar tubuhnya kekasur, karna begitu lelah dan gerah.
" Semalam hujan, sekarang panas sekali. " Gumam Sonia seraya menekan remote AC.
Dering interkom disudut tempat tidur, mengejutkan Mimi.
Dengan malas, Mimi beringsut meraih telfon.
" Mimi ini Umi mau bicara. " Ujar Umi panti.
Sonia sontak duduk dan segera membukakan pintu, dan mempersilahkan
Umi masuk dengan sopan.
" Sayang...Kok masih belum ganti baju sih? tanya Umi Rahma sembari duduk ditempat tidur.
" Ya ummi.. Sebentar lagi Mimi mandi dan ganti baju, sekarang sedang pendinginan. " Jawab Sonia.
Rahma mengusap pundak Mimi, dengan tatapan iba ia berkata. " Kakek Tiono sudah dibawa cucunya keluar negri.
" Apa? Kenapa sampai ngak pamit padaku? " tanya Sonia memekik kaget.
Melihat ekspresinya, Umi Rahma mengernyit, Sonia menutup mulutnya.
" Nona Sonia pasti sedih kakeknya pergi, Mimi sebagai perawat kakek merasa menyesal, karna tak bisa menaklukkan hati kakek seperti Nona. " Ucap Sonia lirih.
" Ngak sayang...Bukan karna Mimi tak bisa, tapi karna ada orang luar yang ingin meracuni Tuan besar Permana, tuan muda pertama membawanya terbang ke Beijing." Jelas Umi panti.
" Ini tuan muda nitip surat buat Nona Sonia, tolong sampaikan ya mi." Pinta umi Panti.
Sonia menerima sepucuk surat itu.
" Baik bi...aku akan mengantar surat ini pada nona besok pulang sekolah. " Jawab Sonia mantap. Hingga umi tidak menaruh curiga sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Adhelin Kaifuan
Lanjutkan thor💪💪💪👍👌💪👍Yg semangat ya thor👌👍👍👍💪👌💪👍💪👌💪👍💪👌💪💪👌
2022-03-13
6
Sama Lia
kren dan seru...maaf kendala jaringan...
semangat author...lanjut ditunggu...
sukses untukmu author...
2022-03-13
4
Rusmi
lanjut Thor semangat selalu dinanti seru penuh misteri di depan & selanjutnya
2022-03-12
10