Sonia segera mandi sekembalinya umi dari kamarnya. Sebenarnya ia tak sabar untuk membaca surat yang dikirim oleh cucu pertama kakek Tiono karna nama yang tertulis disurat itu, nama yang mengingatkannya pada teman masa kecilnya." Mungkinkah dia? atau hanya kebetulan bernama sama, yang ku tahu saat itu, seno akan pergi jauh, dan ada beberapa pengawal yang menjaganya dan memanggilnya tuan muda. Sonia tak hentinya berbicara dalam hati selama mandi.
Tiba- tiba Sonia teringat sapu tangan berwarna biru yang terikat diujungnya yang pernah
diberikan oleh sahabat kilat masa kecilnya itu.Ya, Seno datang seperti malaikat , datang sekejap dalam hidupnya lalu pergi, namun meninggalkan kerinduan sampai hari ini. " Mungkinkah karna itu aku tak mudah jatuh hati." Nia selalu bertanya dalam hati setiap ada pria sebayanya yang menghampiri, ingatan tentang Seno menghapus pesona siapapun, seperti sudah terikat dengan pria masa kecilnya itu.
" Biarlah aku hanya menyukai dia saja, agar masa remajaku tidak dihabiskan hanya untuk pacar- pacaran." Gumamnya.
Diambilnya saputangan itu dalam kotak makan masa sekolah diTK dulu, yang ia bawa ketika pindah kepanti ini.
Dengan berdoa dalam hati, Sonia membuka ikatan sapu tangan itu yang ternyata sebentuk cincin berlian." Apa maksudnya memberikan cincin maminya padaku? " Nia berbicara sendiri. Tanpa sengaja Sonia mencoba kan cincin berlian itu dijari manisnya dengan memejamkan matanya
dan membayangkan tangan besar Seno yang memakaikannya.
" Wow!!! Kok bisa pas ya? " teriaknya kagum dengan kecocokan dan keindahan cincin itu.
Ketika ia ingin membuka cincin itu lagi, terbayang wajah Seno kecil berucap" Jangan lepas Nia, itu tanda kesetiaan."
" Kesetiaan? Mana ada kesetiaan jika ada
wanita lain hadir dalam hidup papi Seno. Tapi menurut cerita Seno papinya dijebak. Jebakan macam apa hingga tak bisa dihindari? " Bertambah lagi daftar pertanyaan yang bertahta dibenak Sonia, ia ingin membuka cincin itu lagi, tapi entah kekuatan apa yang membuatnya berat membuka cincin itu, bulir bening malah jatuh dipipinya. Sonia mencium jarinya sendiri yang sudah melingkar cincin mami Seno.
" Kapan kita bertemu lagi, agar bisa kutayakan maksud semua ini? " tanyanya bergumam sendiri.
Dering Telfon genggam Sonia berbunyi, ia terlonjak dan tersintak dari lamunan. Sonia mengambil benda itu dari dalam tas sekolahnya.
" Waalaikum salam ada apa Pi? " tanyanya begitu mengenali suara penelfon.
" Bisa datang Rumah sakit Medistra? Tidak harus sekarang sayang, Sonia bisa datang besok atau lusa, tapi jadilah sonia
asli, jangan pakai yang lain, berikut pengawal jangan lupa. " Ujar Willian dengan banyak peraturan, membuat Sonia bingung.
" Ada apa sih Pi? Siapa yang sakit, dan mengapa Sonia ngak boleh jadi Mimi kesana? Jadi mimikan style Sonia sekarang, mengapa dilarang?." Sonia balas protes dan bertanya banyak pula.
" Jean Permana menabrak mobil papi dari belakang tadi malam.?
" Apa??? Sonia memotong pembicaraan saking kagetnya.
" Jangan bilang sama mami, papi takut ia kefikiran dan sakit. " Pinta William.
" Jadi bagaimana keadaan Jean? mengapa sampe harus jadi Sonia untuk menemuinya? " Sonia bertanya lagi.
" Mami Jean sepertinya bukan wanita baik, ia akan menghinamu kalau datang membezuk Jean dengan gaya Mimi, Jean
masih belum siuman, papi minta Sonia datang karna terakhir bertemu dengan Jean waktu itu, Jean terlihat sangat tertarik pada Sonia. Datanglah sekali saja sayang...Sekedar untuk menyapa dan bicara pada Jean, semoga alam bawah sadar Jean tersentuh dan semangat hidupnya kembali, karna menurut papi semangat hidupnya begitu kecil saat ini, ia kecelakaan sehabis kecewa ngak ada Nia dipanti , teman sekolahnya juga bilang ia habis dari panti
kemarin.
Sonia tercekat, mulutnya jadi kaku, memang benar Jean dipanti sampai jelang magrib, tapi pria yang mulanya muram itu sudah cerah lagi sebelum pergi, Sonia tak percaya karna itu. " Pasti ada masalah lain. " Gumamnya.
" Apa? tanya William dari sebrang telfon.
" Eh...ngak pi, Sonia akan datang habis magrib, tapi pastikan papi disana juga ya, Nia atur dulu persiapannya. Jadi Putri sesuai permintaan papi. " Ujar Sonia yang langsung disetujui oleh William.
" Hati- hati sayang..." pinta Willi.
" Untukmu Ayah... Ku mohon jangan terlalu banyak fikiran, putrimu tak mau papinya sakit..." balas Nia yang membuat hati William jadi tenang. Sejak sehari semalam ini ia tak pernah tersenyum, kali ini ia menyeringai lembut.
" Putrimu memang pintar mengatur lidahnya untuk berkata Rendra, Mengubah kalimat perintah terdengar seperti rayuan manis, pantas para bayi besar itu pada jatuh hati padanya, hingga tak lagi memikirkan kesedihan mereka akibat dibuang keluarga dihari tua. " Batin Wiliiam.
_________________________
Sementara ditempat yang jauh, Tuan muda Seno Premudya Permana sedang sibuk membujuk makan kakeknya yang malas karna masih kesal pergi dari gadis kecilnya tanpa pamit.
" Aku sudah pamit dan menyampaikan ucapan terima kasih untuknya, darimu dan dariku pribadi melalui surat. Walau aku terlihat tak punya hati, tapi aku punya akal, aku tidak akan pergi saja tanpa menitip pesan pada orang yang sudah mengasihi kakekku dengan baik! " Ujar Frem seperti tahu isi kepala kakeknya.
Tiono masih diam dan belum mulai makan.
" Kakek...Makanlah, kalau kakek tak makan gimana bisa hidup untuk menemuinya lagi. Tiga tahun lagi aku sudah selesai pendidikan di Universitas, aku juga akan pulang
untuk mencari gadisku, menuntaskan misteri dibalik kepergian mami dan nenekku, juga siapa dalang dibalik pengurunganku digudang tua, sebelum papi memintaku diasingkan kesini.
Kalau kakek ingin bertemu lagi dengan gadis kesayanganmu, maka berusahalah untuk bisa hidup sampai waktu itu tiba. " Ujar Seno meletakkan mangkok makanan kakek Tiono dengan wajah datar, kemudian pergi.
" Begitulah dia Ko..Ia bicara dan berbuat sesuai apa yang dia fikirkan saja, jarang menggunakan hati, bahkan memangil aku kakeknya juga paman sampai kini, tapi walau dia ketus dan irit bicara, hidupku terasa ada tujuan sejak ada dia. Koko mungkin jatuh hati pada gadis baik, cantik, centil, lincah dan hangat, hingga Koko senang dipanti dan merasa hidup lagi. Tapi aku Cinta dengan cucu kita yang dingin dan seram itu, walau tidak banyak bicara selain marah, setiap aku sakit tangan kecilnya selalu merawatku dengan baik, hingga sekarang tangan dan tubuh itu jadi perkasa. Hidupku hanya untuk dia, bahkan aku sudah menyiapkan segala yang kupunya untuknya. " Jelas Panjang Han P Tanoe
pada abangnya.
" Baik...aku akan makan teratur, karna aku masih
ingin hidup seribu tahun lagi! He...He..." Kekeh Tiono terbayang Sonia yang sering
mengucapkan kalimat- kalimat sarkas begitu.
He....He....Aku hanya ingin hidup sampai cucuku siap dan tangguh.Tiga tahun lagi sudah hebat, penyakit prostatku tidak pernah kambuh lagi sejak dikasih pijitan tangan aneh pria dingin dan kasar itu. Tidak sakit saja sudah syukur, tidak minta jangan mati pula. " Balas Han yang
membuat Tiono berdiri dari kursi rodanya
untuk menoyor kening sang adik.
" Jangan sembarang bicara, setiap ucapan berupa permintaan pada Tuhan, kau tidak menyesal minta tiga tahun saja!
jangan goblok He! " Sanggah Tiono dengan nada marah.
" Kau bisa berjalan setan besar??? " tanya Han terkejut, dan sejak kapan kau percaya pada Tuhan???" Tanya Han terpukau.
" Dia sudah lama bisa berjalan, dan dia menyembunyikan dari kita semua, kecuali gadisnya itu! " Ujar suara dingin.
Sekarang Tiono yang terkejut. "Bahkan Jarak tak bisa menutupi matamu dariku." Ucapnya kemudian.
Tak ada jawaban, kecuali suguhan dua gelas minuman, satu susu rasa stowbery dan satu K Muricata ( Obat Herbal prostat ).
Tiono juga tidak menjawab Han, meneruskan makannya dengan lahap, karna ia tahu Frem cucunya juga sangat mencintainya, walau caranya berbeda dengan Sonia.
Lalu berikutnya, kedua orang tua itu meminum bagian mereka.
Mereka tersenyum puas, karna dihari tua masih mendapatkan cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sama Lia
semangat author...
2022-03-14
8