Usai subuh, Bella bergegas kekamar Sonia. Bella masih belum puas dengan hasil kesepakatan adik dan suaminya semalam.
Bella masih ingin mencoba berbicara empat mata dengan adik iparnya itu, Ia tidak yakin melepas
remaja sebaya putra kembarnya itu hidup
lepas diluaran, menurutnya Sonia terlalu muda untuk bergelut dengan kehidupan sosial. Bella tak ingin adik suaminya itu terlalu dewasa sebelum waktunya, tidak rela pula gadis itu mengubur masa mudanya dengan bergelut dengan para lansia.
" Apa kakak nampak menakutkan sehingga adik tak betah tinggal bersama? " tanyanya dengan wajah memelas setelah berdua saja dengan Sonia dikamar putri bungsu yang sekarang yatim piatu itu.
" Tidak kak...Kakak menurutku bunda terbaik, kakak ipar terhangat." Jawab lebay Sonia.
" Trus mengapa ingin jauh dari kakak? Kakak malu Nia, kalau sampai orang tahu, istana kita sebesar ini, ada rumah juga dikawasan pondok indah, ada mansion mami yang besar, tapi adik sendiri memilih tinggal dipanti." Cerocos Bella dalam kekalutan.
Sonia tersenyum sembari mengecup pipi Bella. " Jangan fikirkan apa yang orang akan kata kak...sekarang tanya hati kakak sendiri, apa pernah merasa menyakiti Sonia. Kalau jawabannya tidak ada, maka tenangkanlah hati kakak. Keputusan Nia ini tiada hubungannya dengan siapapun atau marah dengan apapun, Nia memutuskan tinggal dipanti atas keinginan sendiri, karna Nia pengen
berbagi kasih sayang dengan anak yatim piatu sekaligus para lansia. " Sonia.
" Apa tidak bisa dengan berkunjung harian saja? " tawar Bella lagi.
" Berkunjung hanya ibarat tamu kakak.. aku tidak mau jadi tamu, tapi aku ingin jadi bagian dari mereka. " Kukuh Sonia.
Bella kehabisan kata, lalu dengan kesal bercampur gemas ia mencubit hidung Sonia. " Anak bandel! Ngak bisa dibujuk sedikitpun, ngak tahu orang malu dengan keputusan anehnya, masih bau kencur sok dewasa. " Cerocos marah Bella.
" He...He...Kalau cinta jangan malu apalagi sampe marah kakak...." Ucap bujuknya pada Bella.
Bella mengangkat bahu, menggigit bibir bawahnya, sungguh ia baru kali ini merasa kalah debat hanya karna seorang yang masih dianggapnya Bocah.
Dengan langkah lemah, iapun meninggalkan kamar Sonia.
" Sonia izin pulang sekolah langsung kesana ya kak..." Pamit Sonia kemudian.
" Mau berkata apa juga, keputusanmu akan tetap sama kan bocah tengik! " Geram Bella.
" He...He...
Panti RC kasih adalah yayasan sosial yang didirikan oleh Rendra dan Citra. Bangunan besar bertemu dinding, seperti rumah kembar yang dibangun di atas tanah seluas 100 x 50 Meter, ini melambangkan kisah hidup pasangan ini. Gedung penampung Lansia melambangkan kecintaan Citra pada orang tua. Sedang Panti penampungan anak yatim piatu, dibangun untuk mewujudkan rasa sayang Rendra pada anak yatim piatu, karna Rendra sudah yatim piatu sejak Bayi.
" Sudah mantap tinggal dengan para Jompo Mimi? Tidak takut tubuhnya ketularan bau tanah." Goda Bahar saat mobil mereka menuju kawasan panti RC kasih, tempat yang akan dijadikan rumah bagi Mimi mereka next Time.
" Apa kau membayangkan mereka tidak terawat Bahar? Mereka dirawat dengan perawat handal, dibedakin, dipopoin, dan dilatih kebugaran standar kemampuan. Mereka terlihat seperti bayi besar yang lucu, punya tempat tidur mewah dan kamar mandi istimewa, jangan bayangkan nenek Kumal dijalanan. Almarhum nenekmu, menggunakan seluruh hasil perkebunan sawitnya dikampung untuk pengadaan fasilitas dan mencukupi biaya operasional panti itu. " Jelas Sonia.
" Tetap saja Mimi tidak akan menemukan pacar disana! Atau Mimi tertarik pada mantan CEO yang sudah disiakan oleh keluarganya karna sudah tak berdaya. " Timpal Bahri.
" Memang! Mimi tertarik pada orang tua itu, tapi bukan untuk dijadikan pacar, tapi dijadikan teman bercerita, mereka pasti punya banyak kisah masa lalu yang seru. " Jawab Sonia berbinar.
Bahar mengerling nakal pada sang Mimi.
" Atau ada diantara perawat para lansia atau anak yatim piatu disampingnya yang
sudah memikat hati Mimi. " Tanya selidik Bahar yang langsung dapat hadiah jitakan dari sang Mimi.
" Kecil- kecil mikirin pacar kalian ini! Awas tak bilang ayah kalian buat disunat untuk kedua kali! " Ancam Sonia dengan wajah serius.
" Ngak Ahh! Yang sekali aja pedihnya minta ampun. " Jawab polos Bahri.
" Makanya jangan mikirin jodoh- jodoh segala, fikirkan saja sekolah kita dulu. " Nasehat sang Mimi.
Kedua anak lelaki itu mengangguk patuh.
Tanpa terasa mobil mereka sudah berada didepan panti.
Seorang ibu setengah baya datang menyambut Sonia, disusul dua pria muda bertubuh atletis.
" Selamat datang nona kecil. " Ucap lembut ibu itu.
" Makasih umi.." Ujar Sonia sembari menurunkan kopernya.
Kedua pria itu dengan cekatan membantu membawakan koper- koper Sonia dengan tersenyum sopan.
Bahar dan Bahri saling berbisik menatap kedua pria yang lumayan itu.
" Jangan bisik- bisik! penasaran keadaan didalam turun saja! " sergah Sonia.
Ok' Mimi! " ucap mereka mulai turun pula.
" Om Wen tunggu disini kalau ngak mau masuk. " Ucap Sonia pada sang sopir.
" Saya nunggu aja non. " jawab Om Wendi.
Begitu menginjakkan kaki didepan panti, kedua mata Twins Boy mulai melirik sana - sini.
Suasana disana cukup sejuk dan hening. Tak terdengar suara anak yatim, atau para lansia. Mereka juga tidak ada yang bermain ditaman yang lumayan asri itu.
" Kemana orangnya Mimi? Apa cuma nenek berkacamata sama dua algojo tampannya itu, apa Mimi tak takut. " Tanya bisik Bahar bak difilm horor.
" Heh! Ini jam istirahat, mereka pada dikamar bobok siang, atau ada yang lagi ibadah. Kau kira mereka lemur yang ngak teratur jadwal mainnya!
Tetap turun curi sayur diladang orang panas- panas gini. Makanya sering- sering kesini, biar tahu betapa apiknya kehidupan mereka." Ujar sonia sembari menyeret kedua ponakannya untuk masuk.
" Nanti kalau kesini lagi, bawa makanan atau cemilan untuk anak- anak yatim disebelah. Ngak suka orang tua setidaknya kalian bisa bermain dengan anak yatim piatu itu, buat jiwa sosial kalian tumbuh kembang. " Titah sang Mimi.
" Baik Mimi! Dengan berat hati kami akan sering main kesini, karna sekarang ini rumah mini disini. " Jawab Bahri.
" Kalau berat hati ngak usah datang. " Sembur Sonia.
" Salah ngomong Gua. " batin Bahri.
Mereka berjalan kedalam menyusuri koridor mengikuti ibu Rahma.
" Cukup luas ruang bermainnya. " Kagum Bahar melihat televisi besar terpampang didinding seperti layar tancap.
Setiap bertemu dengan orang berseragam, selalu menunduk pada Sonia dan Sikembar yang digandeng Sonia.
" Ya... selamat bekerja. " Balas Sonia menjawab salam mereka.
Akhirnya mereka sampai didepan sebuah
kamar paling Ujung.
" Ini kamar untuk nona kecil, sudah Umi siapkan. " kata umi Rahma.
" Kopernya sudah didalam nona! " Ujar salah seorang pria tampan itu, sedang yang satunya hanya menunduk.
" Baiklah...terima kasih. " Jawab Sonia sembari tersenyum.
" Wow...Lumayan kamarnya ada kira- kita seperdelapan dari kemewahan kamar Mimi disana. " Celetuk Bahar langsung melempar diri keranjang.
" Jangan bergolek disitu ! Mending bantu Mimi masukin baju- baju ini kelemari. " Ajak Sonia. Bahri mematuhinya, sedang Bahar terlelap ditempat tidur menengah itu.
Sedang asyik menyusun baju dilemari. Umi Rahma datang lagi." Makan siang udah siap sayang...Ayo makan dulu. " Ajak Umi.
" Apa ada yang tak mau makan
diantara mereka mi? " tanya Sonia.
" Ada non...Pak Tiono sudah seminggu malas makan, karna anak dan cucunya sudah sebulan tak berkunjung. " jelas Umi.
" Baik mi...Biar Nia yang coba bujuk makan kakek Tio." Ujar Sonia sembari mengikuti umi.
" Mimi kami gimana? tanya bingung Bahri.
" Ayo makan siang! " Titah Sonia.
" Bareng nenek- nenek dan kakek tua? " tanyanya lagi.
" Ya ngaklah... kalau kau ngak minat, kan ada ruang makan para pegawai. " Ujar Sonia sembari berbalik untuk menyentil kening ponakannya.
Melihat Bahri menatap Bahar, " Bangunkan dia untuk makan bareng pak Wen sopir kita, siap itu kalian boleh balik!" titah Sonia.
" Baik Mimi! " Jawab patuh Bahri.
Berlanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nadia Afriza
semangat
2022-05-17
1
Henri Gunawan
semangat...
2022-05-16
5
Uzy
gimana kabarnya chalista kakak sonia
2022-05-14
2