Jessi merasa sesak dalam cengkraman Fredy. Uhuk..Uhuk..wanita itu hampir kehabisan nafas.
" Jangan coba membohongiku! Sekali pembunuh ternyata selamanya akan tetap jadi pembunuh! Bahkan anak yang lahir dari perutmu sendiri sakit, kau masih saja sibuk berkencan dengan lelaki lain! Istriku terlalu naif menganggapmu sahabat, merengekku untuk membantunya mengeluarkanmu dari penjara, tapi apa balasmu padanya, kau menjebak suaminya dengan memberikan obat, lalu kemudian membunuhnya karna suaminya tidak bisa mencintaimu. Dasar wanita Iblis!, sekarang kau mau membunuh putramu dengan peragaimu sendiri! Enyahkau dari sini, tak usah menjemput putraku! Ujar Fredy menunjuk- nunjuk muka Jessi dengan dada yang naik turun.
Jessika memucat, lututnya menggigil, melihat pria tua yang selama ini banyak diam itu, tiba- tiba meledak dan berubah jadi monster Chimera ( Kuda berkepala Singa dalam mitologi Yunani). Mengerikan dan memalukan sekali semburan yang keluar dari mulut suami yang tidak pernah mengakui Jessi itu.
" Pria ini benar- benar! Ini rumah sakit, bagaimana kalau tertangkap Camera. Hugfff. " Jesika mengumpat dan mendengus dalam hati.
Hari mulai meninggi.
Cuaca cerah membuat udara panas, demikian juga hati Jessi. Tapi ia tidak menjawab ataupun membantah, tak mau terpancing oleh Fredy, yang mungkin sengaja mencari bukti dari mulut Jessi sendiri. Sadar rahasianya dalam bahaya, ia mengurungkan niatnya untuk ikut menjemput Jean bersama suaminya.
Jessi berbalik dan melangkah gontai keluar dari rumah sakit.
Merasa sangat haus karna hatinya yang sedang panas, Jessi menuju mini market yang ada disekitar lokasi. Berjalan dengan menghentak- hentakkan high heels nya.
Walau barang itu barang branded tapi tetap saja patah, namanya juga buatan manusia, sehebat apapun bahan dan rancangannya kalau dihentakkan pasti hancur juga.
Sadar jalannya sudah terpincang, Jessi kembali mengumpat, menjinjing high heels itu, dengan terus bersesungut.
" Hugfff...Benar- benar Sial! " pekiknya murka, dengan muka harimau yang siap menerkam, Hingga sampai didepan mini market ia terus begitu, membuat pengunjung mini market pada bercengangan.
Melihat orang memandanginya dengan senyum cemooh, hati Jessika makin keruh. " Apa lihat- lihat! Kalian tak tahu siapa saya!" teriaknya melotot pada pengunjung lain.
" Sabar nyoya..." Nasehat pelayan mini market itu, mengulurkan botol minuman yang ingin diraih Jessi. Jessi meraih kasar uluran botol itu, iapun segera minum sambil berdiri dan menghabiskan seisi botol sampai ludes. Melempar botol plastik kelantai dan merongoh kartu dalam tasnya. " Gesek! " ujarnya Pogah mengulurkan golden card miliknya.
" Sudah dibayar nyonya, ucap pelayan mini market berusaha selembut mungkin. " Siapa yang berani Sok membayarkan dengan nyonya Permana!
Kau gadis Culun! Kau kira aku seorang pengemis He? tidak kau lihat aku memakai barang serba branded? Ini kartuku banyak sekali! Pekiknya mengacaki semua isi tasnya dan memamerkan pada semua orang.
Orang- orang saling pandang dan mengira wanita tua yang masih bergaya remaja itu sudah bleng benaran.
" Dunia sudah tua, makin banyak saja OGB ( Orang Gila Baru ) dijalanan. " Ucap mereka dalam hati sambil mengedikkan bahu.
Tapi tidak dengan seseorang, ia mendatangi Jessi dan menatapnya lembut.
" Maaf nyonya, bukan maksud menghina nyonya yang besar dan berkuasa, hanya karna saya ada uang cas, sayang cuma sebotol minum dibayar dengan kartu. Mohon maafkan saya jika tindakan saya melukai ego nyonya. " Ucap Mimi lirih dengan senyum ramah, membuat Jessi akhirnya terdiam.
" Anak culun ini senyumnya manis sekali.
" Puji Jessi membatin.
Jessi lalu mengangguk pada Mimi, kemudian mengirim pesan pada seseorang dengan iPad nya.
Lalu berjalan dengan telanjang kaki, setelah menanggalkan high heels dan meletakannya sembarangan.
Mimi mengambil sepasang sandal Jepit, dan meminta pelayan mini market menyerahkan pada Jessi. Namun pria muda itu menatapnya dengan khawatir.
" Katakan ini dariku, sekedar untuk melindungi kakinya agar tak terbakar sebelum dijemput mobil mewahnya.
Sementara Mimi mengutipi sampah botol
dan sepatu Jessi, memasukkan ketempat sampah. Pelayan mini market mengantar sandal itu dan kembali dengan tersenyum.
" Bagaimana? tidak
dimarahi bukan? " tanya Mimi begitu pelayan itu datang dengan senyuman.
" Karna saya mengatakan sesuai petunjuk adik, dia tidak marah. " Ucap pelayan itu dengan mengembangkan senyum terbaiknya, berharap gadis culun yang sangat manis ini tertarik padanya.
Sementara dinegara tirai B. Disebuah rumah istana.
Frem duduk bersantai dengan kedua kakeknya ditaman belakang, ketika telfonnya berdering. Melihat telfon dari Asistennya, ia melangkah pergi menjauhi kedua lansia itu untuk menerima panggilan.
" Berita penting apa yang ingin kau sampaikan! " tanya Frem memburu, dengan nada perintah setelah merasa diposisi yang aman.
Uhuk...Uhuk...Pria muda disebrang sampai terbatuk.
" Lama- lama bekerja dengan orang seperti ini bisa- bisa Gua mati muda karna serangan jantung dini, tapi gimana lagi, hanya bekerja dengannya lah yang bisa membantu hidup gua dan kedua adik Gua yang masih kecil- kecil terus berlanjut, orang disini mana ada yang mau menggaji anak sekolahan seperti gua Ini sebanyak 5000 US Dollar? Batin Wafi .
" Hei, Apa kau hanya bisa menjawab dengan batuk dan diam saja! Katakan
ada berita apa! " teriak Frem makin kencang.
" Adik Bos sudah sembuh, maksudnya sudah bisa berobat jalan. " Ucap Wafi pelan, ragu ini berita baik atau buruk menurut Frem.
" Syukurlah..." Jawab Frem yang membuat Wafi mengusap dada karna lega.
" Gadis panti kakek!"
Deg.
" Yang itu Anu.."
" Anu apa waf, jangan bertele! Atau gajimu tidak ditransfer bulan ini! " Ancam Frem.
" Eh, Jangan Bos! Gimana sekolah Gua dan kedua adik Gua, apa bos tega membunuh orang yang sudah sekarat! " Wafi tak sadar mengancam balik.
Frem menghela untuk mengontrol emosinya.
" Baiklah, jelaskan apa yang sudah kau dapatkan. " Frem menurunkan suaranya.
" Gadis panti itu tidak bisa ditemukan identitasnya, semua data pribadinya terkunci rapi. Yang gua tahu hanya satu, ia berasal dari Istana Tuan Rendra Pratama ( Cucu Almarhum Mr. Kims Pamilik GNNG. Entah anak, cucu atau putri pembantunya saya tak tahu." Jelas Wafi dengan mengusap keringatnya.
Frem terdiam. " Apa aku sebaiknya menanyakan langsung pada kakek? Ngak
ah! Nanti Siput itu malah menggodaku." batin Frem, iapun menggeleng sendiri.
" Tapi Bos-
Tapi apa? " tanya Frem mengernyit.
" Sepertinya ibu tiri Bos pernah bermasalah dengan keluarga ini, tapi itu sudah lama sekali , sebelum kita- kita ini pada diproses supaya jadi. " Ucap Wafi ragu.
Frem menegakkan kepalanya, matanya menyalang lebar. " Apa masalah wanita siluman itu dimasa lalu dengan keluarga
kekasih kecilku? " tanya Frem membuat wafi terasa mau pingsan.
" Kekasih kecil? Bos berkata sehangat itu untuk nona dari keluarga ternama itu? Tapi nona yang mana ya? Semua cucu Almarhum Kakek Rendra! kalau anak sepertinya sudah pada menikah dan anaknya sudah remaja?" Batin Wafi bingung.
" Katakan!" Titah dari sebrang menyintak Waf dari lamunan.
" Percobaan pembunuhan dengan menembak nyonya besar keluarga itu didepan publik!"
Duar...
Frem bagaikan dikejutkan oleh ledakan Bom didepan matanya.
" Sialan! Jangan sampai kasus wanita itu merusak pertemuanku dengan Sonia dikemudian hari. " Batin Frem.
" Bos...Bos..." Wafi menyapa pelan dari sebrang telfon.
" Sudah! Cegah Sonia dekat dengan maminya Jean! " Titah Frem.
" Sonia yang mana Bos? " tanya Wafi memelas.
" Pokoknya yang bernama Sonia, putri kecil keluarga itu. " Ucap Prem mencoba mengingat- ingat.
" Ok' hanya itu saja yang bisa dijawab waf i, selebihnya ia tak kuat lagi, takut disembur oleh sang naga api. 😂
Sementara Sonia dikamarnya dipanti, sedang memutar- mutar foto yang dijatuhkan oleh Jessi dari tasnya.
Berfikir pernah melihat Fhoto itu, Sonia menguatkan hati untuk membuka Album keluarganya yang ia bawa kepanti. Airmata Sonia tak dapat dibendung, melihat Fhoto- fhoto kedua orang tuanya.
" Mommy...Daddy... Sonia kangen..Hik." tangisnya pecah. Diusapnya airmatanya dengan sapu tangan pemberian Seno.
Sonia kembali membuka lembaran lain album itu. Matanya terhenti pada foto wanita yang wajahnya sama dengan foto yang ia pegang.
Sonia berulang kali mencocokkan foto ditangannya dengan foto yang disertai tulisan abangnya.
" Musuh datang tak terduga, hampir merenggut yang tercinta, Juga nyaris merusak jiwaku, untuk aku tersadar, kalau hatiku sedang terfrofokasi.
Apa maksud semua ini? Apa arti tulisan itu? Mungkinkah bekas luka tembakan pada mommy karna wanita ini. Inikah yang disebut musuh lama keluarga itu?" Gumamnya lirih.
" Jean.. kita sahabat, sedangkan mamimu musuh lama keluargaku, tapi aku tetap senang Jean sembuh, semoga jadi orang baik. " Sonia kembali berurai airmata.
" Jadi ini alasannya takut membezuk papi
mertua kepanti ini? tapi kenapa sikapnya terkesan cuek dan seperti melupakan segalanya ya? " Hati Sonia makin dipenuhi misteri yang harus segera dipecahkan.
" Bang, selidiki kasus penembakan terhadap mami 25 tahun yang lalu. " tulis pesannya pada seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Adhelin Kaifuan
Lanjutkan thor💪💪💪👍👌💪👍Yg semangat ya thor👌👍👍👍💪👌💪👍💪👌💪👍💪👌💪💪👌
2022-03-19
3
Sama Lia
lanjut...semangat..seru kisah sonia beserta saudara dan ponakan..
sukses untukmu author...
2022-03-19
6
Niliyana Nil
Makasih say...
2022-03-19
3