Jean melaju dengan kecepatan tinggi dalam perasaan kalut. Ternyata desas - desus tentang maminya bukan isapan jempol. Jean terfikir kembali tentang kematian mami dan neneknya. Hatinya Semakin sakit. Andai benar ia hanyalah putra seorang penghianat dan pembunuh, ia benar- benar malu melihat matahari lagi.
Jean terus melaju dengan cepat, Sepertinya alam ikut menangis, turut bersedih atas kelukaan Jean. Hujan turun mengguyur bumi dengan tiba- tiba.
Kilat dan petir sahut menyahut. Jean tidak bermaksud berhenti, ia hanya menurunkan kecepatan karna pandangan matanya mulai tidak Jelas.
Berkali Jeans mengusap Helmnya, agar
jalanan dapat terlihat.
Ketika Motor Jean mulai memasuki jalan besar , hujan makin deras. Jean mulai menggigil, pandangannya kabur, tapi ia terus melaju, tidak peduli dengan dirinya, airmatanya bercucuran seiring derasnya hujan. Anak lelaki menangis? Jean mencemooh diri sendiri, tapi ia tetap menangis.
" Hanya anak sampah yang kebetulan lahir distana! " cibirnya lagi pada dirinya yang mulai meragukan diri sendiri. Siapa yang tidak ragu kalau ibunya begitu?
Jean sibuk mengumpat, menangis dan kadang tertawa juga.
Sebuah mobil sejalur dengan Jean putar haluan dimarka jalan, Jean tak melihat itu, karna berkendara seperti orang mabuk, dan pandangan yang kabur akibat derasnya hujan, Jean tidak melihat mobil itu, hingga motor Satu milyar koma Jean menghantam bagian belakang mobil mewah didepannya. Menimbulkan bunyi dentuman yang cukup keras
Duaaar...
Jean tak tahu apa yang terjadi, ia merasakan tubuhnya melayang, dan rasa dingin makin menyelinap ketulang. Jean tidak merasakan sakit apapun. Yang ada hanya rasa dingin disusul bau anyir menusuk hidung. Jean mual, detik berikutnya ia berasa terbang. " Inikah Syurga, sejuk sekali, apa aku sudah mati?" tanyanya dengan bergumam.
Seorang Anak lelaki remaja dengan memakai payung berwarna lembayung sedang berjalan di trotoar, sibuk menyingsingkan sarung yang ia pakai dengan tangan kanannya, agar tidak kecipratan hujan, karna kebiasaan jalannya menyeret telapak sandal.
Tangan kiri anak muda itu memegang payung.
Tubuh Anak muda itu terlonjak kaget mendengar suara benturan keras, disusul sebentuk tubuh melayang dan tersungkur tepat satu meter didepannya.
" Nauzubillah...ma- ma..." Anak lelaki itu tak dapat melanjutkan katanya. Tubuhnya bergetar, wajahnya memucat.
Saking shoknya dia tak sadar kalau payungnya juga sudah terbang. Dengan kaki bergetar ia melangkah menuju tubuh tersungkur didepannya.
Sedang Motor Jean, Jangan ditanya lagi.
Hancur!
Edi mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk memberanikan diri memeriksa korban tabrakan didepannya. Hujan masih enggan berhenti. Tapi Edi tak peduli. Dibalikkan nya tubuh itu hati- hati, dibukanya Helm biru yang sudah pecah itu. Yang lain berani ngak? 🤔
Hanya dalam waktu sekejap darah bersimbah diwajah Jean disapu hujan, mata Edi membulat sempurna setelah mengenali wajah itu. " Ya Tuhan...inikah yang kau maksud dengan liburan!!! Teriaknya histeris. Tubuhnya melorot, ia terduduk berselonjor ditrotoar. Seperti orang gila Edi meraung, memeriksa seluruh tubuh kawan baiknya itu.
" Tolong!!!tolong!!! " teriaknya kemudian dengan dada bergemuruh, diletakkannya kepala Jean dipangkuannya.
Ketakutannya makin besar, Tapi sekarang ketakutannya berbeda, ia takut tidak bisa menyelamatkan temannya. Ia terus menjerit minta tolong dengan bersimbah airmata.
" Iya masih hidup, hanya tak sadarkan diri, ia kuat, pasti bisa bertahan. " Hiburnya dalam hati.
Entah karna hujan, atau tingkat kepedulian manusia terhadap sesama yang sudah menipis, hingga mobil yang lewat tak menggubris teriakan Edi.
Edi Meraung dengan putus asa. Mau nelfon ia tak membawa HP, ia baru pulang ngajar ngaji diMesjid. Karna hujan tak kunjung reda ia kembali dengan payung fasilitas.
Edi yang sudah putus asa, merasa harapannya kembali, ketika
seorang pria setengah baya memayungi tuannya yang sudah agak berumur. Mereka berjalan menyebrang dengan cepat menuju sumber suara.
" Mobil bapak yang tadi yang ditabraknya, Apa ia ma- masih? " Tanya Bule yang sudah berumur dengan bergetar.
" Tolong secepatnya kita bawa kerumah sakit pak...Semoga masih bisa diselamatkan." Jawab Edi parau karna suaranya sudah tekor akibat meraung keras tadi. Pria tua melepas payungnya masih gemetaran, ia memeriksa denyut nadi Jean.
" Masih ada." Ayo kita bawa! " Titahnya menatap Asistennya.
Mereka bertiga menggotong tubuh Jean menyebrang jalan menuju mobil, hingga mereka semua basah dan berbau darah. Kepanikan membuat orang hilang akal. Tapi siapa yang tidak panik dalam keadaan seperti itu?
Edi tak peduli dengan dingin tubuhnya. Terus memanjatkan doa sepanjang jalan untuk keselamatan kawannya.
" Tolong Jean..Sadarlah...Bertahanlah..." Pintanya dalam tangis.
Sedang Tuan besar yang juga kedinginan itu, sibuk mengirim pesan, dan menelfon.
Mobil berhenti dipelataran rumah sakit. Tim medis sudah menyambut dengan brankar, dengan sigap para medis memindahkan pasien dari mobil kebrankar. Semua melangkah cepat mengikuti barankar yang membawa Jean. Tidak peduli tubuh basah mereka.
Walau masih takut, tapi sedikit Edi merasa lega melihat cepatnya tim medis bergerak.
" Ternyata tuan besar itu punya pengaruh juga dirumah sakit ini. Semoga belum terlambat menyelamatkannya. " Batinnya.
Pintu ruangan IGD tertutup. Edi terpaku didepan pintu. Dengan lemas menyandarkan tubuhnya dipintu.
" Ganti bajumu nak, nanti masuk angin." Ucap lembut pria beruban, Menyadarkan Edi dari ketercenungannya.
Sebuah paper bag terulur dari tangan pria yang lebih muda yang Edi tebak mungkin sopir sekaligus Asisten pribadi Bule tua yang masih tampan itu.
" Sa- saya takut pak... Ia teman terbaik saya. " Curhat Edi lirih.
" Tiada yang menghendaki sebuah kecelakaan nak..kita hanya bisa berusaha dan berdoa, semoga temanmu selamat. " tukas pak bule sembari menyentuh pundak Edi.
Edi menerima paper bag dari pria muda, dengan langkah gontai ia berjalan menuju toilet untuk ganti baju.
" Pas.." Ucapnya setelah memakai pakaian itu.
Dengan cepat Edi kembali Kedepan ruangan IGD.
Ternyata Jean sudah dipindahkan keruang operasi.
William tercenung memikirkan apa yang terjadi malam ini. Ia tak pernah bermimpi bakal terjadi peristiwa ini. Dengan gelisah ia menunggu anak muda yang mengaku teman tuan muda kedua Permana itu.
****
Sementara, Predy baru saja kembali ketanah air bersama asisten dan pengawalnya dengan Private jetnya. Masih dijalan menuju kediaman utama, dering telfonnya berbunyi, menyintakkannya dari lamunan. Entah mengapa pria yang tidak muda lagi ini termenung dengan dada yang berdebar
sejak senja. Asisten dan pengawalnya terbegong- bengong, tidak biasanya Bos mereka begini.
Fredy meraih benda pipih itu dan menyambungkan panggilan dengan Loutspeker.
" Dengan tuan dari Permana Jaya Group.
Ini dari Rumah sakit Medistra .
Deg
Jantung tuan Fredy memacu lebih kuat, keringat dingin mulai merembes dari porinya mendengar kata rumah sakit. Yang terbayang hanya Papinya dan Jean.
Selanjutnya terdengar lagi suara wanita ditelfon.
Jean Permana mengalami kecelakaan dijalan Xx, sekarang sedang dalam penanganan dokter di IGD Medistra., Pendarahan otak, dan segara akan dioperasi." Sampai disitu saja Fredy langsung memutus sambungan.
Tidak butuh instruksi sang president, sopir segera putar haluan. Sedang Fredy tersandar lemas car seat.
" Edi baru tiba, ketika pintu ruang Operasi terbuka. " Butuh transfusi golongan darah AB negatif, saat ini persediaan darah ABO tidak cukup! " Ujar sang dokter.
" Saya O negatif dokter! Ambil darah saya! " Teriak Edi dari koridor.
Pemilik golongan darah AB negatif dapat menerima donor darah dari semua golongan darah ber-rhesus negatif. Hal ini berarti pemilik golongan darah AB- dapat menerima donor dari pemilik golongan darah O negatif, A negatif, B negatif, dan tentu saja sesama AB negatif.
Edi tahu golongan darahnya karna ia pernah jadi penyumbang dipabrik tempat pamannya bekerja beberapa
bulan lalu, ketika terjadi kecelakaan kerja yang dialami teman sang paman.
Dokter menatap Wiliiam sejenak meminta pendapat.
" Lakukan yang terbaik untuk tindakan penyelamatan! " Titah Wiliam.
" Baik tuan Willi." Jawab dokter.
" Ayo, katanya pada Edi.
Edi mengikuti langkah dokter.
Fredy sampai dirumah sakit, melihat Wiliam hilir mudik didepan ruang operasi darahnya naik, Ia datang dengan cepat, menarik kerah baju Wiliiam " Kau apakan putraku!!! " Ketusnya dengan tatapan mengintimidasi.
Fatih tentu tidak setuju tuannya diperlakukan begitu, ia segera menarik leher jas Fred dari belakang.
" Tuan saya tidak bersalah, putra anda yang menabrak mobil kami! " pangkas Fatih dengan nada marah.
" Tuan...Sebaiknya kita bicarakan dengan kepala dingin, tuan muda masih dalam penanganan dokter, entah bagaimana kondisinya. " Ucap Tuan Fe pengasuh Jean yang baru datang.
Fredy melepaskan Willi. Ia berbalik menatap Feihong. " Kau yang sudah mengasuhnya dari kecil, bagaimana perasaanmu bila terjadi apa- apa dengannya? " tanya Fred sendu.
Ruang operasi kembali terbuka, semua orang berlari kepintu.
" Bagaimana dokter? " tanya mereka bersamaan.
" Masih butuh pendonor lain, pasien terlalu banyak kehabisan darah." Ujar dokter menatap tuan Fredy.
" Darah saya sama dengan putra saya pak! Ambil darah saya! " Pangkas Fred.
" Dokter mengangguk dan tuan Permana masuk keruangan.
Setelah dilakukan uji Crossmatch, Dokter menggeleng.
" Darahnya cocok, tapi berbahaya bagi anda untuk transfusi, karna anda kurang sehat! " Ujar dokter yang membuat Fredy
melemas. " Gimana lagi dokter? " tanyanya sendu, matanya terarah pada putranya.
" Keluarga lain masih ada? " tanya dokter.
Putra pertama saya juga AB negatif. Tapi-
Fredy melangkah lesu menuju pintu. Edi memegangi tubuh paman Fredy, walau masih lemas usai tranfusi.
" Kemana Jessi Fe? Apa tidak diberi tahu? " Tanya Fred yang baru sadar perempuan yang melahirkan putranya tidak ada.
" Telfonnya tidak bisa dihubungi. " Jawab pendek Fe.
" Kemana saja dia! Tidak pernah mengurus putranya! " Umpat tuan Permana.
" Dia tidak akan datang, karna dia punya kesibukan yang lebih penting dari putranya! " Ujar sebuah suara berat.
Semua menatap takjub kearah suara itu.
Keajaiban apa ini!!! tolonglah kami Tuhan...Ujar Fred menghambur kepelukan pria mudanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sama Lia
kren...semangat author...
2022-03-12
5