Flash back On.

Disudut sebuah ruangan gedung berlantai tiga, dengan nuansa warna hijau

muda. Sekolah Menengah Atas terfavorit se Ibu kota. Seorang anak muda duduk dibangku sambil membaca.

Jam istirahat siang,

biasanya Jean suka nongkrong di kantin bareng teman cewek

dan cowok, selalu siap mentraktir para cewek cantik, sekarang malah tertunduk membaca buku. Membuat teman- temannya berbisik- bisik heran dengan perubahan signifikan teman mereka.

" Kalau Jean jadi kutu buku, lama- lama aku bakalan kurus nih, " Keluh hati Edi, teman sekaligus anak buah Jean. Edi sekolah disini karna beasiswa, tinggal dirumah pamannya, dia bisa makan enak saja, hanya kalau dapat traktiran dari Jean .

Mendengar nafas berat yang menghampirinya dengan suara sepatu ngesot dilantai, Jean tahu itu Edi, ia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan uang ratusan tiga lembar.

" Ni,...pergilah makan dan jangan ganggu aku selama dua hari. " Tukas Jean kemudian fokus lagi dengan bacaannya.

Sudah menganga ingin bicara, Edi menutup mulutnya lagi, begitu melihat sahabatnya benar- benar fokus.

Edi bermaksud hendak pergi, ketika suara Jean terdengar ditelinga nyaringnya. " Aku akan menuntaskan bacaanku dulu, sebab esok mau liburan. " Ujar Jean yang membuat langkah Edi terhenti.

" Liburan ke Beijing menemui kakak? " tanya Edi dengan wajah berbinar. Karna Jean pernah berjanji akan membawanya serta bila berkunjung ke negara asal kakeknya ini, walau terdengar konyol tapi Edi sudah terlanjur percaya janji Jean.

" Bukan..Kalau Kakak akan kembali sendiri! Aku akan berliburan kepanti, mau ikut? " balas Jean dengan wajah berkilauan.

Mata Edi membola beberapa saat." Kalau

Minggu tak bisa, aku sibuk jadi buyung abu. " tolak Edi dengan bercanda.

He...He.. " Emang ada istilah begitu? " Kekeh Jean.

" Ya diada- adakan, emang aku begitu dibuat bibiku tiap minggu. " Jawab sendu Edi.

" Sudahlah..lelaki tak boleh cengeng. " bujuk Jean.

" Ya Bos ...Sejak kapan ada acara liburan dipanti, Emang panti mana yang ada wahananya permainannya? " tanya Edi dengan mengernyit.

Jean terkekeh seraya menoyor kening Edi. " Emang anak kecil, masih senang main wahana. " Sanggah Jean kemudian.

Edi teringat Jean pernah curhat soal kakeknya. " Atau kakekmu sekarang berubah jadi Lee min hoo? hingga jadi menarik untuk dilihat, bukankah selama ini tak pernah dikunjungi? " Edi makin lupa kalau perutnya lapar, menatap heran pada teman baiknya itu.

He...He ..Kau kira aku terong makan terong! Mana akan tertarik pada yang sama walau setampan apapun. Bukan lee min hoo! tapi lebih menggemaskan dari Son Ye jin! " Sorak Jean senang terbayang gadis pantinya.

" Imut dong!!! " Seru sengit Edi.

" Uhu...." Hanya itu jawaban Jean, kemudian ia mengibaskan tangannya, mengusir Edi.

Edi dengan terpaksa pergi, apalagi perutnya sudah mulai berbunyi.

Setiap perubahan selalu mendatangkan pro dan kontra. Tidak terkecuali dengan Jean. Ada- ada saja kawan yang berbisik, mencebik bahkan berani mengusik. Setelah Sobat pergi, datang lagi yang lain.

" Sayang..kekantin yuk! " Ajak gadis berambuat ungu panjang sebahu.

" Ngak lagi malas, aku masih mau membaca buku Ekonomi yang semalam kubeli." tukas Jean melanjutkan bacaannya tanpa menoleh.

" Beli buku? Sejak kapan Jean mau beli buku. " Batin gadis itu terlonjak senang karna sepertinya Jean mulai menyiapkan diri menjadi pewaris PMJG, artinya sebagai pacar, ia akan kecipratan keberuntungan, apalagi bila berhasil menikahinya kelak.Tapi ya itu, sikap Jean yang sekarang acuh tak acuh membuat

gadis model itu jadi keki.

Tapi Ia berusaha terlihat manis dihadapan Jean.

" Sayang...ngak lapar Ya? " tanya gadis itu sok perhatian.

" Ngak! " Jawab irit Jean masih tak mengalihkan pandangannya dari bukunya.

Perempuan itu mulai tak sabar, berminggu- minggu dicuekin Jean rasanya ngak enak dihati apalagi disaku. Setelah menilik seisi ruangan tak ada teman lain, gadis itu mengecup pipi Jean dari samping belakang.

" Ella pergi!!! Ini ruang kelas!!!." Hardik Jean membuat gadis itu terkejut bukan kepalang. Namun ia berusaha menahan hati, demi perkantongan yang mulai menipis.

Sejak Jean tak lagi mau diajak belanja- belanja, hati Ella terus bertanya ." Mengapa ia sekarang menjadi pelit?"

Ella bahkan berfikir untuk menggantikan Jean dengan Cowok yang lebih tampan dan tajir disekolah, anak kelas X IPA I,

Sikembar Bahar dan Bahri, tapi gimana bisa digoda, melirik saja Kembar Identik ini tak Sudi.

" Dilepas yang ini, yang lain ngak ada yang pasti, kalau dibawahnya mah rugi! ." Batin Ella.

Ela berdiri sambil berfikir bagaimana mengembalikan Jean Yang dulu padanya.

"Aku kangen Jean..., sudah banyak Minggu sibuk mulu, apa ingin jadi Juara Umum menyaingi Bahar? " Goda Ella membuat Jean akhirnya menatapnya.

" Tidak mau juara umum..hanya ingin serius saja menimba ilmu." Jawab Jean

pelan.

Akhirnya Jean menutup bukunya, " Ayo kita makan siang. " Ajaknya setelah mengemasi bukunya. Dengan senang hati Ella bergelayut dipundak Jean.

Jean melepas tangan Ella dengan sedikit memaksa. " Jaga sikap selama disekolah! " Ujarnya dengan melotot.

Ella geleng- geleng kepala. " Biasanya senang digelayuti, ini malah menolak dengan kasar, seperti tidak pernah saja, kayak ada yang baru pula. " Batin Ella menebak- nebak.

" Sudah...jangan bingung, ayo cepat ! Jean kembali meneriaki Ella.

" E..Eh, Baik." Jawabnya gagap.

***

Minggu yang ditunggu sudah tiba, Jean membeli buket mawar merah dan mawar putih. Mawar merah untuk gadis panti incarannya, sedang mawar putih merupakan bunga kesukaan Almarhumah neneknya dulu.

Kakek dan nenek Jean dari papinya merupakan pasangan setia, itulah sebabnya kakek dan nenek tidak terima kalau papinya terpaksa menikahi mami Jessi, menurut cerita paman Fe.

Apalagi setelah mami Nabila meninggal karna sakit mendadak, membuat kedua pasangan setia itu makin tak terima pernikahan kedua putranya, ditambah kecurigaan atas sakit mami Nabila ada hubungannya dengan mami Jessi. Walau tuduhan itu tidak terbukti, tapi berikutnya nenek Jean juga meninggal karna sakit yang sama, 7 tahun setelah kepergian menantu kesayangannya.

Kakek Tiono jatuh dari tangga satu setengah tahun yang lalu, baru beberapa Minggu dirawat dirumah besar, orang tua itu kemudian dititip dipanti Jompo oleh menantu dan tanpa dicegah oleh putranya sendiri.

Setiap Jean mempertanyakan pada papinya, kenapa dibiarkan saja, papi selalu bilang, " Disana lebih nyaman, pemilik dan pengelolanya orang- orang baik. " Jawab dingin papi Fredy Permana Tanoe.

Kebingungan terhadap sikap papi dan larangan mami Jessi lah yang membuat Jean tidak mengunjungi kakeknya.

Rasa rindu dan penasaran membuat Jean berkunjung kepanti kakek setelah lama memikirkannya. Bertemu gadis mungil cantik dan imut dengan mata selalu berbinar indah, ucap berdengar bak titah, langkah ringan, pinggang kecil tapi kuat, tinggi semampai, tangan mungil sekuat baja, membuat Jean bertekad untuk mengenal gadis itu lebih jauh.

Berkali- kali Jean memandangi wajahnya dikaca spion mobil sportnya, sebelum turun untuk menemui kakek dan perawat cantiknya.

Hati Jean patah ketika kakeknya mengatakan kalau gadis itu telah berhenti bekerja dan diganti dengan gadis culun dan kaku yang sekarang bersama sang kakek.

Walau kecewa, Jean tidak marah, ia memberikan mawar putihnya untuk kakek dan mawar merah untuk gadis yang bernama Mimi itu.

" Ni untukmu saja! Aku juga kurang tahu gadisku suka bunga apa. " Ucap lesu Jean.

Mimi bersin- bersin ketika Jean menyodorkan buket mawar merah itu. Hingga bunga itu akhirnya terjatuh kelantai seketika karna Jean sibuk meminta maaf pada gadis manis yang berpenampilan culun, sudah membuat gadis itu nampak tersiksa karna alergi.

" Bunganya untukku saja ya tuan muda, gebetanku suka mawar. " Pinta perawat pria kakek Tiono, seraya memungut buket dilantai.

Jean tersenyum tipis lalu mengangguk.

Jean mengajak kakek berjunjung kepanti yatim piatu untuk mengatasi kekecewaannya , Kakek mengusulkan untuk berbagi rezeki dengan anak-anak itu. Sedang Mimi membantu menyiapkan amplop untuk diisi dan dibagikan.

Jean kembali dari panti ketika mentari hampir tenggelam.

Malam hari Jean merasa gelisah. Ia menurunkan motor GL1800 Gold Wingnya.

Berkendara balap membelah jalan untuk menghibur hati sendiri. Baru beberapa Kilo Meter ia berkendara, ia melihat maminya menaiki mobil yang dikendarai oleh seorang pria yang sepertinya ia kenal.

Jean mengikuti mobil itu, hingga tiba di jalanan yang belum pernah Jean lalui. Dengan dada berdebar, Jean terus mengikuti sampai kedepan sebuah villa yang jauh dari pusat kota. Jean menyembunyikan parkir motornya, mengikuti mami dan pria itu sampai kedalam.

Melihat pasangan tak layak itu bergandengan mesra sambil jalan, hati Jean tak tahan.

Jean terus mengikuti sampai kedepan pintu.

Jean Mendengar desas- desus dikamar. Hati Jean hancur, mengetahui papinya selama ini dikhianati. Jean ingin melabrak kedua insan itu, tapi Jean ragu,

karna yang didalam maminya, Jean menahan rasa sakitnnya, jiwa labilnya merasa tertekan, dengan terpaksa ia pergi dalam hati yang berkecamuk.

Terpopuler

Comments

Sama Lia

Sama Lia

Nia ama cinta masa kecilnya aja ya author...klo jean ama temannya Nia,
semangat author...lanjut..ditunggu..
sukses untukmu author...

2022-03-11

6

A R

A R

kasian jean 😭 moga kamu tdk jd jahat ya.

2022-03-11

5

lihat semua
Episodes
1 Tangis di Dalam
2 Bagi Warisan
3 Rumah Baru Sibandel
4 Kehidupan Baru.
5 Idola Para Bayi Besar.
6 Sandiwara Kursi Roda.
7 Kunjungan.
8 Gejolak Jiwa Remaja
9 Berbeda.
10 Flash back On.
11 Flasch Back OF
12 Aku datang Untuk Membawamu Pergi.
13 Mungkinkah?
14 Selagi masih Ada Nyawa.
15 SPP
16 Kapan Berjumpa Lagi?
17 Perempuan Bertopeng Biru
18 Musuh Lama.
19 Kurang Enak Badan.
20 Aku hanya membela diri.
21 Rindu
22 Ternyata Canggung Juga
23 Kunci Pintunya!
24 Marah
25 Curiga.
26 Tak ada Kamar Kosong.
27 Masih Tak Percaya
28 Terlalu Cepat.
29 Masih Kuat
30 Serangan
31 Secepat itu???
32 Makan Malam
33 Bertemu
34 Sahur Pertama
35 Kotak Ajaib
36 Sama-Sama Sibuk.
37 Kamu???
38 Kapan Ganti?
39 Berbagi Makanan.
40 Sudah mulai panggil dia ya?
41 Masak Ngak?
42 Berpayungkan Langit.
43 Bonus.
44 Reunian
45 Saatnya Tiba
46 Selesaikan Dulu.
47 Empat Sekawan.
48 Berharap Yang Lain.
49 Seperti Adam dan Hawa.
50 Orang Sekarang Mana Bisa Begitu.
51 Dipingit
52 Pendidikan Pra nikah
53 Nanggung.
54 1000 Dinar Saja
55 Cinta dan Luka
56 Restu seperti Ini.
57 Harus Mampu
58 Berunding.
59 Akhirnya Syah.
60 Sabar Sehari Lagi.
61 Tidak ada tatapan Sinis
62 Aduuuh.. Enaknya diculik Wanita cantik!
63 Selalu Ada Alasan
64 Satu Atap
65 Menguji sekali lagi.
66 Jamaah Pertama.
67 Luka Psikis.
68 Panggilan Sayang
69 Nia...
70 Janji yang Terucap.
71 Senyum itu
72 Harus Pakai Masker.
73 Tidak Salah.
74 Nostalgia
75 Masih???
76 Kalkulasi Cinta.
77 Bayangnya Bisa keMana- mana.
78 Mana Dia?
79 Siapapun tak Boleh mengusik Kesayanganku.
80 Bayangan.
81 Jangan bandel!
82 Ibu Sejati.
83 Terlalu Bersemangat.
84 Andai Saja..
85 Pencurikah?
86 Semoga Bukan .
87 Keluarga Lebih Utama.
88 Berita Pagi Ini
89 Tidak dapat lagi menahan untuk tidak membalas kesakitan itu.
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Tangis di Dalam
2
Bagi Warisan
3
Rumah Baru Sibandel
4
Kehidupan Baru.
5
Idola Para Bayi Besar.
6
Sandiwara Kursi Roda.
7
Kunjungan.
8
Gejolak Jiwa Remaja
9
Berbeda.
10
Flash back On.
11
Flasch Back OF
12
Aku datang Untuk Membawamu Pergi.
13
Mungkinkah?
14
Selagi masih Ada Nyawa.
15
SPP
16
Kapan Berjumpa Lagi?
17
Perempuan Bertopeng Biru
18
Musuh Lama.
19
Kurang Enak Badan.
20
Aku hanya membela diri.
21
Rindu
22
Ternyata Canggung Juga
23
Kunci Pintunya!
24
Marah
25
Curiga.
26
Tak ada Kamar Kosong.
27
Masih Tak Percaya
28
Terlalu Cepat.
29
Masih Kuat
30
Serangan
31
Secepat itu???
32
Makan Malam
33
Bertemu
34
Sahur Pertama
35
Kotak Ajaib
36
Sama-Sama Sibuk.
37
Kamu???
38
Kapan Ganti?
39
Berbagi Makanan.
40
Sudah mulai panggil dia ya?
41
Masak Ngak?
42
Berpayungkan Langit.
43
Bonus.
44
Reunian
45
Saatnya Tiba
46
Selesaikan Dulu.
47
Empat Sekawan.
48
Berharap Yang Lain.
49
Seperti Adam dan Hawa.
50
Orang Sekarang Mana Bisa Begitu.
51
Dipingit
52
Pendidikan Pra nikah
53
Nanggung.
54
1000 Dinar Saja
55
Cinta dan Luka
56
Restu seperti Ini.
57
Harus Mampu
58
Berunding.
59
Akhirnya Syah.
60
Sabar Sehari Lagi.
61
Tidak ada tatapan Sinis
62
Aduuuh.. Enaknya diculik Wanita cantik!
63
Selalu Ada Alasan
64
Satu Atap
65
Menguji sekali lagi.
66
Jamaah Pertama.
67
Luka Psikis.
68
Panggilan Sayang
69
Nia...
70
Janji yang Terucap.
71
Senyum itu
72
Harus Pakai Masker.
73
Tidak Salah.
74
Nostalgia
75
Masih???
76
Kalkulasi Cinta.
77
Bayangnya Bisa keMana- mana.
78
Mana Dia?
79
Siapapun tak Boleh mengusik Kesayanganku.
80
Bayangan.
81
Jangan bandel!
82
Ibu Sejati.
83
Terlalu Bersemangat.
84
Andai Saja..
85
Pencurikah?
86
Semoga Bukan .
87
Keluarga Lebih Utama.
88
Berita Pagi Ini
89
Tidak dapat lagi menahan untuk tidak membalas kesakitan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!