Kapan Berjumpa Lagi?

Sementara Frem didalam kamarnya juga susah tidur. Bahkan di Kota B jam sudah menunjukkan pukul 01: 00 dini hari, karna selisih waktu Jakarta dengan Beijing sekitar satu jam. Malam ini Frem tidur bareng dengan kakek.

Melihat kakek Tiono mengigau dalam tidurnya, dipertengahan malam ini, fikiran

Frem makin kalut.

" Mudah- mudahan membawanya kesini adalah jalan terbaik, karna kasihan sekali, sampai dalam tidurnyapun ia masih memimpikan gadis itu. " Ucap Frem pelan.

" Kapan jumpa Mimi lagi? " Igau Kakek Tiono.

" Mimi! Heran juga ya...Gadis secantik itu hanya bernama Mimi, nama yang terlalu sederhana untuk wajah putrinya. " gumam Frem seraya memandang wajah Mimi gadis panti yang dikirimkan fotonya oleh Asisten Frem ditanah air, beberapa bulan yang lalu.

Frem menelfon kemudian.

Huaghhhh... Huffh...Terdengar beberapa kali suara lelaki disebrang telfon menguap dan mendengus.

Wafi!!! Teriak Frem.

" A- Ada apa bos?" tanya Wafi gugup dan terkejut, setelah nyawanya kembali dari mimpi dan menyadari sipenelfon.

" Mengapa tidak kau ketahui nama asli gadis panti kakek itu, selidiki selanjutnya! " titah Frem ditelfon.

" Ta- tapi kakek sudah disana, untuk apa lagi.." protes Wafi terbata.

" Apa kau digaji untuk banyak bertanya! " teriak Frem.

" Ma- maaf Bos...Wafi digaji untuk bekerja. " Jawabnya polos.

" Sudah tahu masih belagu! " Umpat Frem

mematikan telfon.

" Orang besar kasih perintah tak tahu waktu. Ngak tahu ni mulut kalau bangun tidur juga suka ngomong sembarangan ." rutuk Wafi menepuk jidatnya. Tentu Frem tak mendengar lagi, karna telfonnya sudah diputus.

Wafi lalu mengirim pesan untuk menyatakan kepatuhannya, sekalian meminta maaf. Hanya ada ceklis satu.

Wafi duduk setelah mengucek matanya. Kemudian dengan langkah gontai menuju

kamar mandi, mencuci muka di wastafel, dan segera berjalan menuju meja leptopnya, memulai pencarian tentang gadis panti yang diminta bosnya.

***

Frem kembali menatap kakeknya. Karna terdengar lagi igauan orang tua itu.

" Kapan bisa bersama lagi...Hik.." Kakek Tiono mengigau sambil menangis.

Frem menatap sendu kakek Tiono, merasa kasihan pada sang kakek. "Maaf...sudah membuatmu jauh darinya. " Ucap lirih Frem seraya mengusap airmata sang kakek.

Merasakan sentuhan dipipinya, kakek yang tidurnya sedang bermasalah pun terjaga. Mendapatkan cucunya sedang memandanginya lekat, kakek mengernyit. " Ada apa? tanya Tiono dengan suara khas bangun tidur.

" Hanya terusik oleh mimpimu tentang gadis itu. Bahkan dalam tidurpun kau sampai mengigau kek. " jawab Frem dengan mencebik.

" Benarkah? Maaf ya..kakek sudah mengganggu tidurmu yang berharga. " ucap Tiono dengan wajah sesal.

" Bahkan aku belum tidur sepicingpun. " Batin Frem.

Diusap Frem lembut pipi sang kakek. " Tidurlah...Walau aku tak bisa menyanyikan lagu pengantar tidur untukmu seperti dia. " Ujar Frem tak sengaja.

" Jadi kau sampai menyelidiki tidurku segala disana? " tanya protes kakek Tiono.

" Tidak! Hanya menduga- duga saja, melihat betapa kakek kecewa dijauhkan darinya, aku mengira dia melakukan hal sejauh itu. " Jawab Frem asal.

" Kau benar Frem! Mimiku tidak akan kembali kekamarnya sebelum mengucapkan selamat tidur pada kami para Lansia, bahkan jika ada yang susah tidur, ia takkan segan menyanyikan lagu untuk mengantar kami kedalam mimpi. " Ucap Tiono menerawang, menatap langit- langit, mengenang bagaimana selama ini ia dan teman- teman diperlakukan dipanti oleh Sonia.

" Aku juga sama kek. " Ucap Frem kelepasan.

" Sama bagaimana? " tanya Tiono penasaran.

" Sering mengigau seperti kakek tadi. " Frem tak bisa menahan hatinya lagi yang sejak lama ia simpan sendiri.

" Apa yang kusebut dalam mimpiku? " Tiono makin penasaran.

Frem tidak menjawab kakek, malah bercerita tentang dirinya sembari

membelai rambut putih sang kakek yang sudah menipis. " Gadis kecil yang kutinggalkan dengan berat hati, 10 tahun yang lalu. " Curhat Frem lirih.

" Bagaimana dia? Sebesar apa kira- kira sekarang? " tanya Tiono penuh selidik, hatinya berdebar, rasa takut Frem yang ia impikan untuk Sonia telah benar- benar jatuh hati pada gadis lain mengusik jiwanya.

" He...He...kok mukanya serius gitu? Kali kedua Frem tertawa sejak bertemu lagi dengan Tiono, sebelumnya wajah Frem selalu datar, kalau tidak Geram.

Melihat kakeknya menatap penuh harap, Frem sedikit membuka rahasia hatinya.

Gadis kecil sebaya Jean dan mimimu itu, aku tidak pernah tertarik pada gadis manapun lagi setelah hari itu. Hari pertama aku pindah TK setelah sakit lama itu, dan perkenalan kami hanya sampai disitu, hingga dimalam ulang tahunnya yang ke Enam, aku terpaksa terbang kesini meninggalkannya . Tapi- " Frem menggantung ucapannya hingga kakek mengguncangnya.

" Tapi apa? " tanya Tiono makin penasaran.

" Aku masih sempat menemuinya, dan memberikan saputangan dan cincin pernikahan mami dan papi kedalam genggamannya." Ujar Frem berbinar.

" Berarti kalau ia menerimanya dijari manisnya begitu dewasa, artinya Frem telah mengikatnya. " balas Tiono cemberut.

" Bukan Frem, tapi Seno. " Ucap Frem dengan senyum mengembang.

" Sama saja! " Sorak Tiono cemberut.

" Entahlah...sama saja dengan kisahmu kakek...Entah kapan bertemu lagi? Ucap Frem terdengar lirih dan sendu.

" Andai gadisnya sama. " Batin Tiono lebih sendu lagi.

Huanghhhh...Frem menguap lebar, Tiono langsung menutup mulut cucunya. Menilik mata panda Frem ia mengernyit. " Kau belum pernah tidur anak muda! " Sergahnya menangkup wajah Frem.

Frem mengangguk. " Teringat Jean dan menyesal membuatmu terlihat begitu patah hati. " Jawab Frem dengan wajah menggoda.

" Pria dinginku sudah mulai hangat sekarang. Kasihan sekali sudah membuatnya menyesal sampai tak bisa tidur, ini tak benar Tiono! jangan membuat kesayanganmu merasa bersalah! " Ucapnya mengingatkan diri sendiri dalam hati.

" Kakek takkan sedih lagi, percayalah, jika masih ada nyawa, suatu hari kakek akan mencarinya kepanti lagi. Tidurlah sayang, Lain waktu kita cerita lagi. " Bujuk kakek seraya menepuk bantal disisinya.

Dengan patuh Frem berbaring. " Ya, Jangan siksa aku dalam kecemburuan, karna kakek sendiri lebih memilih cucu yang lain ketimbang cucu kandung. " Sungut Frem, seraya menutup matanya.

" Aku berharap cucu yang lain itu berpasangan dengan cucu kandung, jadi hidupku akan tenang bila masanya aku pulang, setelah menitipmu pada gadis yang tepat. " Ujar Tiono, tapi itu hanya ia ucapkan dalam hati, sebab tak mau Frem yang sudah memejamkan matanya bangun kembali.

Sementara diRumah sakit Medistra , Jakarta, Indonesia. Jessi yang baru terbangun dari pingsannya, keluar dari ruang rawatnya untuk menemui putranya.

Ella yang menjagai calon mami mertuanya mengikuti, walaupun sekarang tampak diacuhkan.

" Sayang, bagaimana bisa tak melihat mami." Ucapnya lembut walau hatinya sangat sulit menerima kenyataan, tapi ia tak mau Jean malah drop karna penolakannya dengan kondisi pawarisnya saat ini.

" Aku memang tak mau melihat, jika hanya untuk melihat sebuah penghianatan besar. " Ujar Jean dingin.

Selain penglihatan yang hilang - hilang timbul, akibat luka kepala yang berat itu menghilangkan sebagian memory Jean.

Yang terbayang dibenaknya hanya peristiwa yang berat yang dialami sebelum ia kecelakaan, selebihnya hanya berupa bayang- bayang yang kabur.

Jessi tercekat mendengar penuturan putranya. Tapi mendapat tatapan tajam tuan Predy permana, ia berusaha untuk bersikap tak tahu apa- apa.

Edi terbangun dari tidurnya, melihat Jean yang gelisah ia segera mengusap tangannya.

" Kau ingat siapa yang kukatakan ingin kutemui tempo hari Ed? tanya Jean pada Edi yang memegangi tangannya.

Hebatnya, sentuhan tangan Edi Jean hafal dengan baik.

" Tidak mengatakannya bos...Hanya-

" Hanya apa? " Kejar Jean tak sabar.

" Melihat tatapan Tuan Permana yang memohon dan sorot mata Ella yang patah hati. Edi kemudian bergumam.." Tidurlah sobat...kondisimu belum baik, jangan memaksa mengingat apapun."

" Tapi aku tak bisa tidur bila kau tak mau cerita " Ancam Jean gigih.

Edi menarik nafas berat dan berfikir.

" Kau melihat So Ye Jin artis Korea yang imut itu bos, dan berniat ingin menemuinya. " Ujar Edi sedikit bohong.

" Ahh...mana mungkin, apa selama ini aku

pengagum artis ya? " Jean kembali bertanya dan berfikir hingga kepalanya sakit.

Aduhhh...." Keluhnya sebentar. Setelah sakit itu hilang ia kembali bertanya. " Apa aku punya pacar seperti bidadari? tanya Jean lagi.

" Tentu! pacarmu banyak! dan yang terakhir Ella. " Jawab Edi sembari memberi kode pada Ella untuk menyentuh Jean.

Jessi melotot dengan wajah merah. Tapi tuan Permana menyeretnya keluar. " Jangan membebani kepala putraku dengan impian materialistis mu yang lain. Bagiku harta sudah cukup! dengan putraku sehat walau menikahi gadis biasapun takkan mengurangi kekayaanku. " Ujar Fredy dengan tatapan membunuh, mengapit kuat dagu Jessi dengan tangan kanannya , dan tangan kirinya meremas kasar kedua pergelangan tangan Jessi, wajah Jessi memucat dan menggigil ditembok tempat tuan Permana memojokkannya.

" Awas pria tua! Begitu putraku sembuh, aku akan melenyapkan mu. " Ancam Jessi dalam hati.

Terpopuler

Comments

Sama Lia

Sama Lia

semangat author...lanjut..ditunggu..

2022-03-16

10

A R

A R

kasian jean 🤧

2022-03-16

5

lihat semua
Episodes
1 Tangis di Dalam
2 Bagi Warisan
3 Rumah Baru Sibandel
4 Kehidupan Baru.
5 Idola Para Bayi Besar.
6 Sandiwara Kursi Roda.
7 Kunjungan.
8 Gejolak Jiwa Remaja
9 Berbeda.
10 Flash back On.
11 Flasch Back OF
12 Aku datang Untuk Membawamu Pergi.
13 Mungkinkah?
14 Selagi masih Ada Nyawa.
15 SPP
16 Kapan Berjumpa Lagi?
17 Perempuan Bertopeng Biru
18 Musuh Lama.
19 Kurang Enak Badan.
20 Aku hanya membela diri.
21 Rindu
22 Ternyata Canggung Juga
23 Kunci Pintunya!
24 Marah
25 Curiga.
26 Tak ada Kamar Kosong.
27 Masih Tak Percaya
28 Terlalu Cepat.
29 Masih Kuat
30 Serangan
31 Secepat itu???
32 Makan Malam
33 Bertemu
34 Sahur Pertama
35 Kotak Ajaib
36 Sama-Sama Sibuk.
37 Kamu???
38 Kapan Ganti?
39 Berbagi Makanan.
40 Sudah mulai panggil dia ya?
41 Masak Ngak?
42 Berpayungkan Langit.
43 Bonus.
44 Reunian
45 Saatnya Tiba
46 Selesaikan Dulu.
47 Empat Sekawan.
48 Berharap Yang Lain.
49 Seperti Adam dan Hawa.
50 Orang Sekarang Mana Bisa Begitu.
51 Dipingit
52 Pendidikan Pra nikah
53 Nanggung.
54 1000 Dinar Saja
55 Cinta dan Luka
56 Restu seperti Ini.
57 Harus Mampu
58 Berunding.
59 Akhirnya Syah.
60 Sabar Sehari Lagi.
61 Tidak ada tatapan Sinis
62 Aduuuh.. Enaknya diculik Wanita cantik!
63 Selalu Ada Alasan
64 Satu Atap
65 Menguji sekali lagi.
66 Jamaah Pertama.
67 Luka Psikis.
68 Panggilan Sayang
69 Nia...
70 Janji yang Terucap.
71 Senyum itu
72 Harus Pakai Masker.
73 Tidak Salah.
74 Nostalgia
75 Masih???
76 Kalkulasi Cinta.
77 Bayangnya Bisa keMana- mana.
78 Mana Dia?
79 Siapapun tak Boleh mengusik Kesayanganku.
80 Bayangan.
81 Jangan bandel!
82 Ibu Sejati.
83 Terlalu Bersemangat.
84 Andai Saja..
85 Pencurikah?
86 Semoga Bukan .
87 Keluarga Lebih Utama.
88 Berita Pagi Ini
89 Tidak dapat lagi menahan untuk tidak membalas kesakitan itu.
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Tangis di Dalam
2
Bagi Warisan
3
Rumah Baru Sibandel
4
Kehidupan Baru.
5
Idola Para Bayi Besar.
6
Sandiwara Kursi Roda.
7
Kunjungan.
8
Gejolak Jiwa Remaja
9
Berbeda.
10
Flash back On.
11
Flasch Back OF
12
Aku datang Untuk Membawamu Pergi.
13
Mungkinkah?
14
Selagi masih Ada Nyawa.
15
SPP
16
Kapan Berjumpa Lagi?
17
Perempuan Bertopeng Biru
18
Musuh Lama.
19
Kurang Enak Badan.
20
Aku hanya membela diri.
21
Rindu
22
Ternyata Canggung Juga
23
Kunci Pintunya!
24
Marah
25
Curiga.
26
Tak ada Kamar Kosong.
27
Masih Tak Percaya
28
Terlalu Cepat.
29
Masih Kuat
30
Serangan
31
Secepat itu???
32
Makan Malam
33
Bertemu
34
Sahur Pertama
35
Kotak Ajaib
36
Sama-Sama Sibuk.
37
Kamu???
38
Kapan Ganti?
39
Berbagi Makanan.
40
Sudah mulai panggil dia ya?
41
Masak Ngak?
42
Berpayungkan Langit.
43
Bonus.
44
Reunian
45
Saatnya Tiba
46
Selesaikan Dulu.
47
Empat Sekawan.
48
Berharap Yang Lain.
49
Seperti Adam dan Hawa.
50
Orang Sekarang Mana Bisa Begitu.
51
Dipingit
52
Pendidikan Pra nikah
53
Nanggung.
54
1000 Dinar Saja
55
Cinta dan Luka
56
Restu seperti Ini.
57
Harus Mampu
58
Berunding.
59
Akhirnya Syah.
60
Sabar Sehari Lagi.
61
Tidak ada tatapan Sinis
62
Aduuuh.. Enaknya diculik Wanita cantik!
63
Selalu Ada Alasan
64
Satu Atap
65
Menguji sekali lagi.
66
Jamaah Pertama.
67
Luka Psikis.
68
Panggilan Sayang
69
Nia...
70
Janji yang Terucap.
71
Senyum itu
72
Harus Pakai Masker.
73
Tidak Salah.
74
Nostalgia
75
Masih???
76
Kalkulasi Cinta.
77
Bayangnya Bisa keMana- mana.
78
Mana Dia?
79
Siapapun tak Boleh mengusik Kesayanganku.
80
Bayangan.
81
Jangan bandel!
82
Ibu Sejati.
83
Terlalu Bersemangat.
84
Andai Saja..
85
Pencurikah?
86
Semoga Bukan .
87
Keluarga Lebih Utama.
88
Berita Pagi Ini
89
Tidak dapat lagi menahan untuk tidak membalas kesakitan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!