Sonia termenung didalam mobil setelah meninggalkan Jean, sebenarnya hatinya tidaklah ingin pergi secepat itu, apalagi ketika dokter belum selesai melakukan pemeriksaan. Andai tidak dapat wanti- wanti dari papi William
kalau nyonya Permana bukanlah orang yang cocok untuk didekati, pastilah Sonia
ingin bermalam barang semalam untuk memastikan kondisi Jean sudah benar- benar membaik.
Mendengarkan peringatan papi saja tentu Sonia yang bandel tidaklah mudah suruk begitu saja, namun teringat pada kakek Tiono yang tidak pernah dikunjungi dipanti oleh menantunya, apalagi cerita Umi panti tentang alasan kepergian kakek Tiono membuat Sonia berfikir memang ada masalah dengan keluarga Tanoe Permana itu.
Melihat nona mudanya termenung, para pengawal Sonia yang pada umumnya berusia jelang kepala tiga itu saling melempar pandang, ingin menghibur putri cantik itu. Tapi mereka tak bisa membuka mulut, bagai sibisu berasian bermimpi, terasa ada terkatakan tidak. Begitu berat lidah yang mereka punya.
" Tolong hentikan kendaraan sebelum memasuki pelataran panti, aku ingin mengganti penampilan dulu sebelum masuk!." Ucap Sonia memecah keheningan dimobil mewah itu.
" Baik nona! " Sorak kompak keempat pengawal Sonia dengan hati lega karna akhirnya bisa berkata dengan nonanya.
Sedang Pengawal yang merangkap pegendara akhirnya tersenyum tipis, melihat betapa segannya para rekannya pada nona muda mereka, ia berkata dalam hati.
" Mungkin Qodam kakek Kims lengketnya pada nona Sonia, sehingga ia begitu ditakuti bagai sang raja rimba. " Batin sopir, pria termuda diantara para pengawal. Usianya baru 19 tahun, Ia cucu dari Jhon kepala prajurit terlatih Almarhum Mr. Kims.
" Kenapa bang Erlan senyum- senyum dikulum, apa yang difikirkan tentang Sonia? " tanya Sonia dengan tatapan tajam dan penuh selidik.
" Ti- tidak, Saya hanya merasa lucu dengan teman- teman, rasa ingin menghibur nona Sonia tapi tak sanggup. " Balas Erlangga sedikit gugup.
" Lumayan juga kemampuan psikologi Bang Erlan, pantas walau paling muda ia dipilih Abang jadi pemimpin kelompok." puji Sonia dalam hati.
Sedang yang lainnya tertunduk malu, merasa bos mereka menguliti mereka didepan nona.
" Sebenarnya aku tak tega meninggalkan tuan muda itu sebelum mengetahui pasti bagaimana perkembangan kondisi medisnya, Setelah mengantarku bang Erlan selidiki lagi, cari tahu tentang nyonya Permana yang kabarnya tidak pernah dipublikasikan dan diakui itu. Hasil medis Jean dan semua hal yang bisa kalian dapatkan tentang nyonya Jessika, tolong kirim pada Sonia secepatnya." Ujar Sonia
yang langsung diangguki oleh Erlangga.
" Sesuai permintaan nona. " Balasnya kemudian.
Sonia tersenyum sembari mengacungkan jempolnya.
Tak lama kemudian mobil pun berhenti. Semua turun, dan Sonia segera mengganti penampilannya dalam mobil.
" Aku sudah Selesai! ". tulis Sonia dalam pesannya pada Erlangga.
Tidak butuh perintah, hanya dengan tatapan mata saja, para anak buah Erlangga langsung mengikuti pimpinan mereka menuju mobil.
Karna melihat Ketua mereka membuka pintu tengah, Gan langsung mengintari mobil untuk masuk dan menggantikan pegang Stir.
Setelah sepuluh menit, mereka tiba dijalan depan panti. " Sampai sini saja! " Titah Sonia.
Mobil berhenti lagi, Ke Empat anak buahnya menatap pada Erlan.
Erlan turun membukakan pintu. " Jangan khawatir, nona bisa bela diri. " Ucap Erlan yang mengerti tatapan waspada keempat rekannya.
Sonia tersenyum seraya menatap Erlangga. " Tidak seberapa dibandingkan kalian semua. " Jawab Sonia merendah.
" Terima kasih, aku masuk dulu. " Ucap Sonia dengan tersenyum manis dan melambaikan tangan pada kelima pengawalnya.
Deg.
Senyum Sonia walau sudah berubah jadi Mimi, masih bisa mengalihkan dunia para muda itu.
" Andai ia benar seperti penyamaran ini,
dan bukan Putri, pasti takkan ragu menjemputnya untuk dijadikan istri." Batin para muda tersebut.
" Sama- sama nona! " Seru mereka senang setelah mengusap dada.
" Itulah Sonia, nona kecil kita, meski ia putri , yang dari kekayaan keluarganyalah hidup kita bergantung, namun tidak lupa ia berterima kasih pada kita setelah melakukan hal kecil saja, tapi jangan berfikir untuk menggapainya! " Ujar Erlangga mengingatkan anak buahnya.
"Ya Bos! Walau ternyata tidak semua putri tinggi hati, tapi takkan berani juga kita main hati." Balas Sam yang sejak tadi hanya diam.
" Kalian dengar bagaimana nona memulai perintah selanjutnya dengan kata tolong? " tanya Erlangga.
" Ya , Kita ditugaskan untuk mendapatkan
rekam medis Tuan muda Jean Permana dan Menyelidiki mami Jean. " Jawab Gatot, yang memiliki tubuh paling besar.
" Pintar Gatot Kaca!." Canda Erlan.
He...He...tawa mereka pecah.
Mendapat Sorotan dari ketua membuat mereka terdiam lagi.
" Karna kekasihmu salah seorang dokter dirumah sakit itu, untuk urusan Rekam medis Tuan muda Permana jadi tugasmu Abi!. " Pangkas Erlan menatap Pria paling tampan diantara mereka.
" Dalam satu malam akan saya dapatkan
Bos! " Jawab Abizar mantap.
Nona Sudah masuk dan mengunci pintu! " Sorak Sam, kemudian menghentikan kegiatannya meneropong Sonia dan turun dari atap mobil dengan melompat.
Erlan memastikan sekali lagi dengan mengirim pesan, karna Camera pengintai yang tadi ia pasang diam- diam di saku tas branded Sonia. Rekamannya terhenti sampai dihalaman..
" Nona sudah sampai?
Ting...
" Aku tak mungkin membawa kameramu sampai kekamarku. Penamu itu sudah kuhancurkan, maaf. " Balas pesan dari Sonia.
Erlangga menggaruk tengkuknya yang tiba- tiba gatal. " Aku lupa, chetah dapat bergerak lebih lincah dari Singa. " Ucapnya lirih, kemudian masuk kemobil, diikuti yang lain.
______________
Sonia masuk dengan menggunakan kode Pin . Berharap tak ada yang memergoki.
" Syukur..." Batinnya begitu sudah berhasil melempar tas mahalnya ketempat tidur. Kemudian ia kembali keluar untuk memeriksa dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuk para Lansia.
Langkah umi Rahma terhenti saat berpapasan dengan Sonia. " Mimi baru mau keliling? " tanya Umi seraya menilik jam tangannya.
" Ya Umi, habis magrib Mimi ketiduran ditikar." jawab Sonia santai.
" Namanya Juga anak sekolahan, sudah belajar, nyelesaikan tugas ditambah melayani nenek kakek yang sekarang terdengar senang sekali sama Mimi seperti pada nona Sonia, Umi maklum saja kalau kecapean. " Ujar Umi mencoba mengerti posisi Mimi.
" Bagiku ini tempat terbaik Umi..
aku bahagia nona memberikan tempatnya padaku, jadi bagiku membuat para kesayangan nona senang, merupakan tantangan pula bagiku. " Jawab Mimi.
Rahmi menyentuh pundak Mimi. " Sekilas
sepertinya semangat nona kecil benar- benar dititip padamu nak...Cepatlah temui mereka, supaya bisa istirahat segera, tak baik anak sekolah tidur terlalu larut." pangkas Umi Rahmi dengan tatapan iba pada Mimi.
Mimi menyalami Umi, mengecup tangannya lalu berjalan menuju kamar Tiono.
Tatkala ia sudah tiba didepan pintu " Ya ampun, Aku lupa kalau kakek sudah pergi meninggalkanku." Gumamnya merasa konyol.
Sonia Lalu menuju kamar lainnya.
Setelah menghampiri semua kamar, ia terakhir kekamar nenek Yumi. " Sayang, kelihatannya sedang banyak fikiran." tebak sang nenek begitu Sonia mengingatkan nenek berdoa sebelum tidur.
Sonia menjawab hanya dengan senyum manisnya.
Sedang patah hati atau jatuh cinta? " tanya sang nenek seraya menyentil hidung Sonia.
" Patah hati ditinggal kakek Tiono salah satunya." Jawab jujur Sonia.
" Yang lain karna cucunya? " tanya nenek Yumi lagi.
Cucunya kakek yang pernah kesini kecelakaan parah, sudah sadar sih nek, tapi Entah mengapa aku masih belum lega, sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter. " Ucap Sonia sendu.
Nenek Yumi menangkup wajah imut Sonia. " Bagaimanapun menyembunyikan
kecantikanmu dik, nenek tahu ini Sonia kami. " Ujar Yumi yang membuat Sonia terkejut, namun ia berusaha bersikap tenang.
" Apa aku mirip nona? " tanya Sonia berusaha berkilah.
" Mirip orang lain! tapi hatinya tetap sama. " Jawab nenek Yumi.
" Sonia nenek...setelah dalam perenungan yang panjang, sepertinya nenek mau berSyahadat sebelum kembali. " Ujar nenek Yumi membuat Sonia kembali terkejut, tapi ia lebih tenang lagi
" Nenek yakin? tidak masalah dengan keluarga? " tanya Sonia ragu.
" Tidak! Jika nenek sudah memutuskan, maka tiada yang dapat menahan. Bimbing nenek ya..." Ujarnya dengan tatapan memohon pada Sonia.
" Biar nona kukirim pesan, agar ia datang kesini membimbing nenek, jika nenek sudah yakin. " Jawab Sonia sebagai Mimi.
Sonia tak mudah dipancing, walau ia akrab dengan nenek Yumi, ia tak mau begitu mudah membongkar penyamarannya, mengingat nenek sekarang sering dikunjungi oleh keluarganya. Walau Sonia membagi kasihnya sama pada semua Jompo, tapi rahasianya hanya ia percayakan pada Tiono saja, entah mengapa begitu, ia sendiri tak tahu.
" Ingat sayang, Jangan mudah membagi isi hati dengan kawan, karna antara kawan dan lawan sangat sulit dibedakan,
jadilah terus sebagai Sonia kakek yang bandel dan tak mudah takut dengan gertakan, tak gampang hanyut dengan pujian, takcepat panik dengan ancaman.
Tersenyumlah seperti ini dalam semua keadaan, karna senyuman Sonia mampu menghapus segala bentuk keraguan. " Sonia teringat nasehat kakek Tiono diarena pelatihan mereka yang terakhir.
Sonia mengusap kepala nenek Yumi, tidur dan mimpi Indah lah nenek cantik, jangan memutuskan sesuatu yang belum difikirkan, bila sudah yakin, baru katakan lagi pada Mimi, biar Umi dan Mimi memanggil ustadz dan nona Sonia untuk Nenek. " Ucap Mimi lembut seraya mengecup kening nenek Yumi. Kemudian berjalan keluar. Care Worker yang jaga malam, langgsung masuk begitu Mimi mengangguk padanya sebelum berlalu.
Sonia melangkah cepat melewati koridor menuju kekamarnya, Begitu masuk, ia menuju lemarinya, meraih sepucuk surat yang ia letakkan dibalik lipatan baju.
Dengan dada berdebar dibukanya surat itu.
Teruntuk gadis
idola kakekku.
Maaf...Saat membaca surat ini, mungkin kekasih tuamu sudah terbang 35 ribu kaki atau sekitar 10.600 mdpl menuju negri lain, atau bisa jadi pula telah tiba. Terima kasih sudah menjaga dan menyayangi kakek selama ini Nona...Walau aku takkan bisa memanjakannya seperti nona Melakukannya, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuknya.
Maaf sudah menculiknya darimu,
Dengan surat ini kusampaikan salam sayang dan pamitnya padamu. Jaga dirimu baik- baik, selebihnya mungkin ia sudah mengatakan dan memberikannya. Tak perlu bertanya betapa kakek sangat mencintaimu, dari wajah tua dan tangis seperti bayinya merengekku agar tak dibawa, sudah cukup kufahami betapa kau sudah banyak memberinya cinta selama ini.
" Terima kasih..."
Dari Cucu kakek yang lain
( Seno Premudya Permana )
" Tuan muda Seno Premudya Permana !. " Berkali Sonia mengeja nama itu.
Saat ini tak ada lagi Istilah bayar SPP disekolahan, muncul SPP lain. He...He...Sonia mencebik lalu tertawa kecil untuk menghentikan debaran hatinya.
" SPP yang dulu menguras uang saku, sedang SPP yang ini merampas Jam tidurku. " Rutuk Sonia setelah berulang kali melihat
jam telfonnya yang menunjukkan jam malam telah larut, namun Sonia masih gelisah dan belum bisa tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
A R
itu toh SPP, kirain sonia lupa byr spp sekolah 😂
2022-03-16
5
Niliyana Nil
Untukmu juga Say...Amiin...
2022-03-16
2
Sama Lia
seru banget ni...author krennn...
semangat author..lanjut ditunggu...
semoga author beserta seluruh keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT...
sukses untukmu author...
Aamin...
2022-03-16
5