Arabella baru saja mematikan kompor ovennya. Setelah oven tersebut ia matikan, ia segera mengeluarkan kue kecil berbentuk bulat yang ada di dalam oven, kemudian menaruhnya di atas meja.
Sebuah kue polos berwarna kuning kecoklatan telah jadi ia buat.
"Yeay! Sudah jadi! Aku hanya perlu menambahkan lapisan krim dan keju", ujarnya lalu mengambil barang yang ia perlukan di dapur.
Setelah mengolesi kue tersebut dengan krim berwarna putih, ia lalu menaburkan butiran keju di atasnya. Ia sudah membuatnya secantik mungkin, walaupun terlihat sederhana.
"Hm.. pakai taburan emas tidak ya? Tapi aku tidak sempat membelinya karena yang yang kubawa tidak cukup", gumam gadis itu seorang diri.
Ia menatap kue buatannya agak lama. Setelah itu, ia tersenyum kecil, "Ya sudahlah, coba aku memberikan kue nya dulu pada kak Richard. Kalau aku menaruh emas di atasnya, tak mungkin kak Ricard akan memakan emasnya juga kan? Hihi"
Setelahnya, gadis itu memasukkan kue buatannya tersebut ke dalam bekal makanan yang sesuai ukuran kue. Kemudian gadis itu pun keluar dari rumah sewanya. Dengan sepedanya, dan beberapa potong kue yang ia bawa, ia berniat untuk pergi menemui lelaki sang pujaan hatinya.
*
Ketika sampai di sebuah restoran bernama 'Harmione', restoran tempat lelaki pujaan hatinya bekerja, Arabella memarkirkan sepedanya di dekat dinding restoran.
Ia berjalan membawa kue yang ia buat tadi menuju pintu masuk restoran. Sesekali ia mengintip kedalam, memastikan bahwa lelaki pujaan hatinya sedang bekerja disitu.
Tapi keningnya berkerut karena setelah satu menit melihat lihat, ia tak menemukan lelaki pujaan hatinya itu.
"Kak Richard mana ya? Apa dia sedang tidak bekerja?", gumam Arabella seorang diri.
Gadis itu kemudian masuk ke dalam restoran untuk bertanya pada salah seorang pelayan restoran.
"Tuan, apa lelaki yang bernama Ricard sedang tidak bekerja hari ini?"
Si lelaki pelayan restoran yang membawa nampan kosong itu terhenti sejenak, "Oh, dia sudah tidak bekerja disini lagi, nona. Sudah lepas sejak semalam"
Arabella lantas mengernyitkan dahinya semakin dalam, "Baiklah tuan, terimakasih.."
Gadis itu kemudian keluar dari restoran dengan wajah cemberut. Tapi beberapa saat kemudian, terlintas sesuatu di otaknya.
Ia segera mengeluarkan smartphone nya dari tasnya, lalu membuka kontak seseorang, Brandon.
Telepon berdering, dan Arabella segera mendekatkan handphone nya ke telinganya.
"Halo, kak Brandon!"
"Ng.. iya, halo Arabella. Ada apa?"
"Aku baru saja sampai di restoran Harmione, kak. Kata pelayan disini, kak Richard sudah tak bekerja disini lagi. Apa kakak tau kak Ricard pindah kemana?", tanya Arabella.
Brandon terdiam beberapa saat di seberang sana.
"Kakak tak bisa menjawabnya, Arabella, maaf"
Arabella menautkan alisnya, "Kenapa kak?"
"Dia.. menyuruhku untuk merahasiakan nya. Sebaiknya kamu tanya saja pada Richard langsung"
"Kalau aku bertanya pada kak Richard langsung, kak Richard malah akan kabur lagi kak, hihi"
"Hm.. kakak tetap tak bisa mengatakannya"
"Aku kasih uang kak!"
Brandon tampak terdiam lagi di seberang sana, "Berapa?"
"Wahahah, kak Brandon langsung menanyakan jumlahnya", ujar Arabella tertawa, membuat Brandon gelagapan di seberang sana.
"Hm.."
"20 dollar?", tawar Arabella.
"Ng.. tidak"
"200 dollar?"
Brandon membulatkan matanya di seberang sana.
"Tidak, tidak jadi. Aku jadi merasa kalau aku memporotimu. Astaga, maaf Arabella. Kita tutup saja telepon nya ya? Terimakasih!"
Tuut..
Arabella menatap telepon nya dengan tatapan heran karena lawan bicaranya langsung memutuskan telepon tanpa syarat.
"Kak Brandon menyebalkan!", pekiknya kesal.
"Kak Richard juga!"
Setelahnya, gadis itu membawa sepedanya dan berjalan menuju rumah kosnya.
*
Ketika waktu istirahat tiba, Arabella keluar dari kelasnya menuju kantin dengan membawa sebuah bekal makanan.
Rachel, teman yang duduk di belakang bangkunya itu langsung tampak keheranan melihat Arabella yang tiba tiba keluar kelas membawa bekal makanan.
Gadis itu pergi ke kantin.
Ketika sampai di area kantin yang cukup ramai, Arabella segera menoleh kekanan dan kekiri untuk melihat sosok manusia yang sedang di carinya, lebih tepatnya, sang pujaan hatinya.
Gadis itu berjalan masuk ke dalam kantin dan terus berjalan hingga pada akhirnya ia berhenti didepan sebuah meja panjang dimana ada 6 orang lelaki yang duduk di sekitar meja itu.
Gadis itu sudah hafal letak meja dimana lelaki pujaannya biasa makan bersama teman-temannya.
Ketika Arabella datang, keenam lelaki itu menoleh. Lima diantara mereka memasang senyum kecil ke arah gadis itu, sementara Richard, lelaki pujaan gadis itu malah memberi tatapan kesal.
"Kau mau apa lagi?", tanya Ricard, wajahnya tampak kesal, padahal gadis didepannya itu belum melakukan apapun.
"Ini kak, makanan yang kakak bilang semalam, aku sudah membuatnya", Arabella menyodorkan bekal makanan yang ia bawa ke depan lelaki itu, tentunya dengan senyuman yang merekah hingga menampakkan deretan gigi putihnya.
Richard langsung tampak membulatkan matanya sempurna, "Kau serius?", tanya lelaki itu tampak tak percaya.
Arabella mengangguk angguk kan kepalanya, "Iya kak. Tapi belum aku taruh taburan emas. Uang ku tidak cukup untuk membelinya, hehe", ujar gadis itu polos, lalu tersenyum lebar.
Richard sempat merasa tersentuh melihat senyum gadis itu, dan menyadari kegigihan gadis itu untuk membuatkan kue yang disyaratkannya. Tapi Richard langsung menyadari hatinya yang hampir luluh tadi, jadi ia cepat cepat mengalihkan pandangan untuk membuang jauh jauh rasa luluh itu.
Richard mengerutkan dahi, ia membuka bekal makanan berbentuk hati itu.
Terlihat beberapa potong kue bolu dengan taburan keju di sana. Tampak sederhana, tapi menarik.
Tapi tidak bagi Richard.
Meskipun awalnya.ia terlihat tergoda untuk menyantap kue cantik itu, tapi ia langsung berfikir dan bersikeras bahwa kue itu tidak enak. Ia tetap bersikeras untuk tidak menerima barang apapun dari Arabella. Ia tidak boleh selemah itu, langsung jatuh cinta pada seorang wanita hanya karena disodori kue keju.
"Wahh.. Arabella, kau niat sekali untuk membuatkan lelaki ini banyak makanan!", ujar salah seorang lelaki yang duduk tak jauh dari Richard. Arabella membalas pujian itu dengan senyuman lebar.
"Terimalah, Richard, kasian gadis ini sudah membuatkannya untukmu", ujar yang lain.
Richard menoleh ke arah lelaki itu dan memasang wajah datar, "Ck, ya sudah, kalian saja yang makan", Richard menyodorkan asal bekal makanan itu ke teman teman yang ada disampingnya.
"Kak, cobalah sedikit saja. Aku membuatkannya untuk kakak", ujar Arabella pada Richard dengan wajah memohon, tapi lelaki itu tampak tak peduli.
"Ayolah, kak. Coba sedikit saja. Kalau kakak sudah mencobanya sedikit saja, aku akan senang sekali. Aku janji aku takkan menganggu Kakak lagi setelahnya", lanjut Arabella, masih dengan tatapan wajah memohon.
Para lelaki di sebelah Richard tampak tergiur untuk menikmati kue bertabur keju itu.
Sementara Richard, ia masih menatap kesal ke arah gadis bertubuh gempal yang ada di depan mejanya. Lelaki itu tiba tiba bangkit berdiri, raut wajahnya berubah menjadi marah.
Ketika lelaki itu bangkit berdiri, Arabella refleks mundur selangkah. Ia sendiri tidak mengerti kenapa lelaki itu tiba tiba menjadi marah.
"Kau memberikan kue ini padaku, sama saja sudah menggangguku. Bahkan kedatangan mu saja, itu sudah membuatku terganggu. Kan sudah kukatakan padamu, jangan pernah bawakan hal hal seperti ini. Aku tidak suka, dan takkan pernah menyukainya!", lelaki itu berkata dengan nada suara yang mulai meninggi.
Beberapa mahasiswa di kantin refleks menoleh ke arah lelaki itu karena suaranya yang cukup keras. Arabella masih diam di tempatnya, membeku menatap ke arah lelaki pujaan hatinya itu dengan wajah polos. Ia masih tak mengerti kenapa lelaki itu menjadi marah seperti itu.
"Harusnya gadis udik seperti mu itu sadar diri!", lelaki itu melanjutkan perkataannya dengan nada suara yang lebih tinggi.
Arabella meneguk salivanya. Tangannya tiba tiba bergetar. Ia tak menyangka kalau lelaki pujaan hatinya itu akan mengatainya udik.
"A-aku minta maaf kak.."
"Pergi!", pekik lelaki itu dengan raut wajah kesal.
Arabella mengangguk, lalu ia berjalan menunduk keluar dari area kantin. Hampir semua mahasiswa di dalam kantin menatap ke arahnya.
Ketika gadis itu telah benar benar pergi dari kantin, beberapa mahasiswa melontarkan pertanyaan pada Richard.
"Kau tak seharusnya mengatakan gadis itu udik!", ujar salah seorang mahasiswa yang ada disitu. Beberapa mahasiswa yang lain mengiyakan dan mengatakan setuju.
Richard tampak memilih untuk tak mendengarkan mereka. Ia menghela nafas kesal, mengacak acak rambutnya pelan, lalu ikut berjalan keluar dari kantin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ice Cream
Eh kok gini sih
2022-05-28
0
Ice Cream
Waduh ceritanya tamat dong kalo Arabella gak ganggu Richard lagi😭
2022-05-28
0
Ice Cream
Cielah
2022-05-28
0