Di hari yang sama, pukul 1siang...
Di ruangan pribadinya, Andrew terlihat tengah serius melihat sebuah berkas yang ada di tangannya. Keningnya terlihat berkerut, ia juga memainkan sebuah pulpen hitam yang ada ditangan kanannya.
Di sampingnya, ia juga ditemani seorang lelaki muda yang merupakan klien kepercayaan ayahnya.
"Pengalihan saham?", gumam lelaki itu pelan.
Setelah itu, Andrew meletakkan pulpen yang ia pegang juga beberapa lembar berkas itu di atas mejanya.
Lelaki itu menghela nafas panjang, dan memejamkan matanya sejenak.
"Aku rasa aku butuh relexasi sekarang", ujar Andrew.
"Bagaimana relaxasi yang anda butuhkan tuan? Mungkin saya bisa membantu", ujar Handry, lelaki berjas hitam yang duduk di sebelahnya.
"Aku ingin pergi ke pasar Fornia"
Jawaban dari mulut atasannya itu membuat Handry membulatkan mata, "Sungguh, tuan?"
"Hm.. menurutmu pergi ke pasar tradisional itu sesuatu yang aneh untukku?", Andrew malah balik bertanya.
"Ng.. sebenarnya cukup aneh tuan. Saya hanya ingin tau saja, apa yang ingin anda lakukan di pasar itu. Tempat itu sangat berisik dan panas", ujar Handry.
Andrew mengangguk kecil, "Sebenarnya aku ingin pergi kesana untuk mengunjungi rumah makan kecil yang dulu sering aku kunjungi waktu kecil. Aku justru sedang merindukan berisiknya pasar itu"
"Oh.. sekarang aku mengerti, tuan", ujar Handry.
"Omong omong, tuan, saya tidak pernah melihat anda pergi ke club malam atau ke disko. Apa anda pernah pergi ke tempat tempat seperti itu?", tanya Handry sedikit mengubah topik.
"Sebenarnya aku pernah ke club disko. Tapi.. jujur saja, aku tak merasakan gairah apapun di tempat itu", jawab Andrew jujur.
"Apa menurutmu aku normal, Handry?", lanjut Andrew, yang membuat Handry tertawa kecil.
"Haha. Tentu saja normal, tuan. Saya sendiri juga tidak menyukai tempat tempat seperti itu", jawab Handry jujur.
"Baiklah, sekarang kau harus temani aku ke tempat itu, bersama dengan bodyguard ku yang lain"
"Baik, tuan"
*
Ketika pulang kampus tiba, Arabella dan teman dekatnya, Rachel, segera pergi menuju ke area parkir untuk mengambil sepeda mereka masing masing.
"Kau jadi temani aku ke mall kan, Rachel?", tanya Arabella pada Rachel saat sepeda mereka berdua sudah berpas pasan.
"Baiklah. Tapi kalau kau ingin beli bahan bahan untuk membuat kue , aku sarankan beli di pasar Fornia saja. Disitu lebih murah", usul Rachel.
Arabella tampak berfikir sejenak.
"Baiklah. Mungkin kita bisa kesana dulu, lalu pergi ke mall untuk membeli emas", ujar Arabella polos.
Rachel lantas mengernyitkan dahi bingung, "Emas?"
Arabella mengangguk dengan senyum lebar, "Iya. Emas, aku mau beli emas".
"Beli emas ya di toko emas, jangan di mall"
"Tapi.. maksudku bukan emas untuk dipakai, Rachel"
Rachel semakin mengerutkan dahinya bingung, "Eh? Jadi?"
"Untuk balutan makanan. Aku mau buat kue keju dengan taburan emas. Hm.. emas untuk makanan belinya dimana ya?", tanya Arabella polos.
Rachel menepuk jidat.
Dia bercanda?, tanya Rachel dalam hatinya.
"Kau mau membuat kue ditaburi emas? Sungguh?"
"Tentu saja, hehe. Untuk lelaki pujaan hatiku. Dia bilang ia hanya suka makanan itu. Jadi aku perlu mencoba membuatnya"
Rachel menghela nafas panjang, "Astaga, Arabella. Richard itu hanya bercanda supaya kau bisa menjauhinya"
"Benarkah?"
"Iya, tentu saja!"
Arabella tampak berfikir sejenak sambil mengelus dagunya, "Tapi aku coba buat saja, mana tau dia bisa jatuh cinta padaku"
Rachel menepuk jidatnya lagi.
"Benar benar tak masuk akal. Tapi terserah kau saja"
*
"Rachel, apa saja bahan bahan untuk membuat kue ?", tanya Arabella ketika sudah sampai di gerbang depan pasar Fornia.
"Astaga, Arabella kau yang ingin membuatnya tapi kau sendiri tak tau bahannya?"
Arabella hanya menyengir lebar hingga menampakkan deretan gigi putihnya.
"Kalau di coba coba nanti juga berhasil, kok. Hihi", ujarnya santai.
Setelah nya, mereka berdua memasuki gerbang pasar itu. Pasar terlihat sangat ramai. Orang lalu lalang dimana mana. Benar benar sangat berisik.
Tapi Arabella tentunya tahan dengan suasana seperti itu. Ia suka suasana berisik.
"Rachel, menurutmu kalau buat kue dilapisi emas itu normal tidak?", tanya Arabella saat mereka tengah berjalan mencari toko penjual tepung terigu.
"Ahahah, kau baru menyadarinya? Tentu saja tidak normal!"
"Hm...", Arabella berfikir sejenak sambil melangkah kan kaki, berjalan mengikuti temannya itu
Mereka akhirnya sampai ke area penjual telur.
"Telur yang kubutuhkan seberapa banyak ya?", tanya Arabella seorang diri.
Ia memegang dua buah telur dengan kedua tangannya, lalu memperhatikan kedua telur itu lekat lekat dan menciuminya satu persatu, "Sedikit bau", ujarnya.
"Hei, jangan di cium cium seperti itu!", ujar Rachel yang baru muncul di sampingnya.
"Arabella, kau ambil saja secukupnya. Kue yang mau kau buat sebesar apa? Kau harus bisa menakarnya", lanjut Rachel, menjawab pertanyaan Arabella yang pertama.
Arabella berfikir sejenak, "Ng.. satu telur? Karena aku cuma mau buat kue kecil saja, hanya untuk lelaki itu, hihi"
Rachel menepuk jidatnya lagi, "Ya sudah. Aku saja yang urus itu. Kau cari toko penjual tepung saja"
Arabella mengangguk dengan senyum lebar, "Baiklah".
Tapi saat baru saja hendak melangkah, mata Arabella terfokus pada seorang lelaki bertubuh tinggi berjas hitam yang berdiri tak jauh darinya. Arabella mematung. Lelaki itu tengah memandang ke arahnya.
Mata Arabella membulat, anehnya lelaki itu juga membulatkan matanya.
"Arabella?", itulah kata yang keluar dari mulut lelaki itu. Arabella mengerjapkan matanya.
"Om itu? Bagaimana ia bisa ada di pasar ini?", gumam Arabella dengan kening berkerut.
Arabella terus memperhatikan lelaki itu hingga lelaki itu tampak berjalan menuju ke arahnya. Jantungnya tiba tiba berpacu cepat seakan akan ada hal buruk yang akan menimpanya.
"Eh? Om itu ingin memarahiku karena dia kejatuhan eskrim kemarin?"
Ketika lelaki itu bersama para bodyguard nya berjalan semakin dekat, Arabella mengambil ancang ancang dan langsung berlari cepat ke arah yang berlawanan dari mereka.
"Eh? Arabella? Kau mau kemana?!", tanya Rachel terkejut karena temannya yang gempal itu tiba tiba sangat berlari cepat.
"Nona, tolong beritahu temanmu yang gemuk itu ya, dia membawa lari dua telur itu!", ujar si penjual.
"Baiklah, nyonya. Saya akan menelepon nya", ujar Rachel lalu ia mengambil handphone dari tasnya.
Mata Rachel melihat seorang lelaki tampan bertubuh tegap melintas didepannya, diiringi dengan beberapa lelaki bertubuh besar lainnya yang terlihat seperti bodyguard.
"Eh? Tuan Andrew?"
Rachel memperhatikan arah lelaki itu sejenak, "Tuan Andrew sedang mengejar temanku? Sungguh?"
Disisi lain, Arabella masih terus berlari hingga sampai ke ujung pasar. Ketika ia sampai di pintu keluar pasar, ia bersembunyi di balik kedai kecil yang tak jauh dari pintu pasar itu.
Ia mengintip sedikit dari balik kedai, melihat ke arah om om yang mengejarnya tadi.
Lelaki jas hitam bertubuh tegap itu terlihat kebingungan dan menoleh ke sekeliling. Di belakang lelaki itu juga ada beberapa bodyguard yang ikut menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Kemana gadis itu pergi?", tanya Andrew seorang diri. Ia masih sibuk menoleh ke sekeliling.
"Padahal tadi sudah jelas terjadi saling pandang, tapi kenapa gadis itu malah berlari? Aneh..", lanjut Andrew.
Andrew kemudian menoleh ke arah para bodyguard nya dan mengatakan sesuatu. Setelahnya, Andrew dan para bodyguard nya pergi.
Ketika lelaki berjas hitam itu bersama para bodyguard nya keluar dari gerbang pasar dan berjalan ke arah yang berlawanan dari tempat Arabella bersembunyi, Arabella bernafas lega dan segera berlari untuk masuk kembali ke dalam pasar.
"Hfft.. syukurlah om om itu pergi. Hm.. padahal kemarin aku sudah minta maaf, tapi kenapa om om itu masih mengejarku ya? Aneh..", ujar Arabella sambil terus berjalan menuju kedai penjual telur tempat ia bertemu dengan lelaki berjas hitam tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ice Cream
Ngakak bayangannya😭
2022-05-28
0
Ice Cream
Kelakuan... kelakuan..
2022-05-28
0
Ice Cream
Tau dah Arabella polos bat😭
2022-05-28
0