Setelah membuat pelayan menyebalkan itu di hukum, Liliana merencanakan balas dendam lainnya yaitu membuat Adara dan Arsen bertengkar.
"Ada apa ini suamiku? Kenapa pulang bekerja, kau langsung menemui dia?" Adara menghampiri sang suami yang baru saja pulang bekerja dan malah menemui Liliana lebih dulu.
"Tolong jangan salah paham nona Adara, tuan count hanya kebetulan saja-"
"Aku tidak ingat kalau aku bicara denganmu," Adara memangkas ucapan Liliana yang masih belum selesai. Adara menatap tajam pada gadis cantik itu.
Pengemis ini, kenapa aku merasa dia semakin lama semakin menyebalkan dan tidak tahu diri? Aku harus cari tau identitas dia yang sebenarnya.
"Maafkan saya, saya tidak bermaksud untuk bersikap kurang ajar. Kalau begitu, saya permisi," Liliana menundukkan kepalanya dengan hormat pada Adara dan Arsen.
Gadis itu membalikkan badannya kemudian tersenyum puas, setelah dia melihat Adara merasa terancam karena kehadirannya. Arsen iba melihat Liliana yang pergi dengan wajah sedih.
"Adara, kau ini kenapa?" tanya Arsen tak mengerti sikap kasar istrinya pada Liliana.
"Aku kenapa apa?" Adara balik bertanya pada suaminya dengan wajah cemberut.
"Sikapmu pada nona Liliana itu tidak baik, Adara!" Arsen tidak senang dengan sikap istrinya pada Liliana.
Adara tercekat mendengar suaminya membela Liliana, "Arsen, kenapa kau malah memarahiku? Memang apa salahnya dengan sikapku kepadanya? Aku hanya menunjukkan dimana harusnya dia berada!"
"Adara, perhatikan sikapmu itu! Dia adalah kesayangan ayahmu sekarang, kamu harus bersikap baik kepadanya!" Seru Arsen mengingatkan pada sang istri, bahwa posisi Liliana sangat penting sama hal nya seperti Adaire di mata ayah mertuanya.
"Kau membelanya benar-benar karena ini kan? Bukan karena kau terpikat padanya?" Adara memandangi sang suami dengan mata berkaca-kaca. Dia takut suaminya akan berpaling ke lain hati.
Arsen membelai Adara dengan lembut penuh kasih sayang, rambut pirangnya tak luput dari jamahan tangan kekar itu. "Sayang, kenapa kau bertanya seperti ini? Mana mungkin aku terpikat pada wanita lain, sedangkan aku sudah memiliki wanita paling cantik di kerajaan Istvan ini. Adara, aku mencintaimu," ucap Arsen sambil mengecup pipi sang istri dengan lembut, dia merayu Adara untuk tidak marah padanya.
"Arsen, kau benar-benar akan selalu setia padaku?" tanya Adara sambil menggenggam tangan suaminya.
"Aku sudah berjanji pada dewa Artemis untuk selalu mencintaimu seumur hidup. Kalau aku ingkar, maka nyawaku adalah taruhannya!" Arsen tersenyum lembut pada sang istri, menatapnya penuh cinta.
*Dewa Artemis dalam mitologi Yunani dikenal sebagai dewa matahari, cahaya, musik dan bertugas mengatur cahaya matahari di bumi. Dia adalah saudara kembar dewa Apollo.
"Aku sangat mencintaimu Arsen," Adara memeluk suaminya dengan penuh kasih sayang. Dia merasa beruntung karena berhasil merebut Arsen dari Adaire, pria paling tampan dan kstaria paling hebat di kerajaan Istvan.
"Ayo kita pergi ke kamar sayang," Arsen menggandeng tangan istrinya dengan mesra. Dia mengajak istrinya masuk ke dalam kamar.
Tanpa mereka sadari Liliana mendengar obrolan pasangan suami istri itu. Dia semakin jijik mendengar Arsen berbicara tentang janji kepada dewa.
"Kau pernah mengucapkan janji itu kepadaku Arsen, mendengar nya kau mengatakannya pada orang lain sungguh membuat aku jijik. Aku akan buat kau melanggar janji itu, kalian tidak boleh bahagia," Liliana meremass tangannya dengan gemas penuh amarah. Kedua mata cantik itu terlihat menyeramkan.
***
Di sebuah penginapan terpencil di pusat kerajaan Istvan, terlihat seorang pria tampan dengan rambut berwarna perak sedang berbaring di atas ranjang bersama 3 wanita cantik disana.
Memang benar harta, tahta, wanita, adalah hal terindah di dalam hidup ini. Senangnya jadi anak muda. Ngomong-ngomong soal wanita, si cantik rambut merah itu pergi kemana dengan Count Wales?
*Count Wales: Nama belakang Arsen.
"Tuan, apa kau mau aku ambilkan buah-buahan?" tanya seorang wanita cantik berambut pirang dengan gaya genitnya.
"Boleh, ambilkan untukku lalu suapi aku!" ucap pria berambut perak itu dengan senyuman manisnya.
"Baik tuan!" wanita rambut pirang itu beranjak dari ranjang untuk mengambil buah-buahan yang ada di meja.
"Tuan, kau mau dipijat di bagian mana lagi?" tanya seorang wanita berambut coklat dengan tubuh seksinya. Dia memijat kaki pria berambut perak itu.
"Pijat kepalaku sekarang!" Ujar si pria rambut perak.
Dengan senyuman genit, wanita berambut coklat itu mengalihkan tangannya memijat kepala si pria dengan lembut. "Bagaimana tuan? Apa ini enak?" tanya si wanita itu sambil memijat kepala si pria.
"Sangat enak," pria berambut perak itu melenguh panjang, merasakan sensasi pijatan kepala yang sangat nyaman.
Ketika sedang asyik bersantai bersama para wanita nya, tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka lebar. Dua pria bertubuh tegap dan tinggi sudah berdiri disana.
"Kalian?" Pria berambut perak itu memicingkan matanya ketika melihat dua pria itu.
Dia meminta kedua wanita itu untuk pergi dari kamarnya. Dia pun bicara dengan kedua orang itu yang tak lain adalah bawahan putra mahkota Maximilian.
Pria berambut perak itu menjentikkan jari untuk merubah kembali rupa, warna mata dan warna rambutnya. Ternyata dia adalah Max yang menyamar menggunakan sihir penyamaran. Sebagai keturunan keluarga kerajaan Istvan, Max memiliki kekuatan sihir yang luar biasa dibandingkan manusia biasa. Max memiliki jumlah MANA banyak, salah satu kekuatan nya adalah penyamaran.Warna rambut, warna mata, bisa disamarkan olehnya.
"Aku sudah bilang kepada kalian, agar jangan menggangguku ketika aku sedang bersenang-senang! Apa kalian menganggap perintahku adalah lelucon?" tanya Max sambil mengarahkan pedang ke arah Pierre dan Eugene dengan mata merah nya yang menyala.
Pierre dan Eugene kompak berlutut memohon ampun pada putra mahkota dari kerajaan Istvan itu.
"Yang mulia, maafkan kami! Tapi ini keadaan darurat!" Seru Pierre dengan suara keras dan tegas.
Max menurunkan pedang nya, "Katakan, apa yang darurat?" tanya pria itu kalem.
"Yang mulia, ada surat dari Baginda Raja!" Pierre menyerahkan surat itu dengan posisi masih duduk berlutut.
Max langsung mengambil giliran surat dari ayahnya itu, dia membacanya dengan cepat kemudian tersenyum sinis. Dia membakar surat dari ayahnya dengan sihir api dalam satu kali jentikan jari.
"Yang mulia!" Pierre dan Eugene terkejut melihat Max membakar surat dari Raja.
"Aku masih mau bersenang-senang dan tidak ada yang bisa menganggu kesenangan ku, bahkan ayahku sendiri. Bagaimana dengan wanita itu?"
"Siapa?" tanya Pierre dan Eugene saling melirik tak mengerti siapa yang dimaksud Max.
"Wanita berambut merah itu! Aku menyuruh kalian mencari informasi tentangnya!" Teriak Max kesal.
"Saya sudah mendapatkan informasi nya yang mulia! Wanita itu bernama Liliana, dari informasi yang saya dapat kalau wanita itu adalah teman mendiang nona Adaire Charise Geraldine dan Duke berencana mengangkat nona Liliana menjadi anaknya," jelas Pierre pada Max.
"Adaire? Dia kan-" Max seperti tidak asing dengan nama itu.
...***...
Malam itu Liliana memakai baju tipis, dia melihat Arsen sedang duduk di ruang kerjanya. Pintu ruang kerja itu sedikit terbuka, dengan sengaja dia lewat di depan ruang kerja pria itu.
Arsen melihat Liliana yang lewat di depan ruang kerjanya, dia mengikuti gadis itu sampai ke halaman belakang rumah. "Kenapa dia kesini?" gumam Arsen dengan mata melihat ke arah Liliana yang duduk didekat kursi air mancur.
Arsen terkejut melihat wanita itu menangis tersedu-sedu sambil memanggil manggil nama Adaire. Arsen menghampiri nama Liliana. "Kau sedang apa disini nona Liliana?" tanya Arsen cemas.
Liliana menghapus air matanya,"Sa-saya sedang teringat dengan Adaire. Saya ingin melihatnya, dia pasti orang yang sangat baik.. anda beruntung pernah menjadi suaminya, bahkan dia juga sangat baik karena meminta anda menjaga nona Adara,"
Mendengar ucapan wanita itu, Arsen tercekat. Hatinya kesal karena jadi teringat dengan wanita yang dia bunuh dengan kejam.
"Iya, dia wanita yang sangat baik," ucap Arsen dengan hati yang tidak nyaman.
"Benar kan dia wanita yang sangat baik, seandainya aku punya kesempatan untuk melihatnya sekali saja," ucap Liliana sambil menangis.
Tidak tega melihat Liliana menangis, Arsen memberikan sapu tangan pada gadis itu. Liliana berdiri dan mendekat ke arah Arsen, tubuhnya oleng lalu Arsen menangkapnya. "Kau tidak apa-apa nona Liliana?" tanya Arsen cemas.
"Sa-saya baik-baik saja tuan Count," Liliana menatap mataku Arsen, berusaha meraih simpati pria itu.
Hati Arsen berdebar melihat Liliana di dalam balutan pakaian tidur yang tipis itu. Lekuk tubuh indahnya terlihat jelas seraya melambai menggoda dirinya.
Tak lama setelah itu, Adara datang dan langsung menarik suaminya. Tangannya mendarat keras di pipi Liliana.
"Dasar wanita j*lang!" Teriak Adara murka.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
♡《《KAORI》》♡
Thor pen huekk akuh
2023-04-05
1
Septi Verawati
kagak salah itu👉😁😁
2023-02-14
0
Oi Min
apa Max nnti jdi jodoh nya Adaire/Liliana?? klo bner..... Liliana jodohnya seorang Casanova donk
2022-12-10
0