Pria bertopeng yang dipanggil putra mahkota itu kembali bersama para pengawal nya setelah berhasil membasmi tempat pelacuran dan perdagangan manusia.
"Yang mulia, semuanya sudah selesai! Apa sekarang waktunya kita kembali ke istana?" tanya Eugene Ellenio Rhodes, pengawal setia putra mahkota Maximilian Gallan Istvan, calon kaisar kerajaan Istvan.
"Jangan dulu kembali ke istana, aku masih ingin jalan-jalan di sekitar sini!" Max tersenyum ceria mengingat pertemuan nya dengan Liliana.
"Apa ini karena wanita tadi, yang mulia?" tanya Eugene menebak-nebak alasan Max ingin berjalan-jalan lebih dulu karena wanita yang baru saja diselamatkan nya itu.
"Haha, kalau kau sudah tau alasannya, kenapa masih bertanya?" Max tertawa kecil.
Wanita itu aku harus tau siapa dia.
Dia sudah tau karakter putra mahkota, playboy dan selalu bermain-main dengan wanita cantik. Walaupun playboy dan terkesan agak slengean, tapi Max juga terkenal dengan sebutan iblis atau si gila di medan perang. Tidak ada perang yang tidak bisa dia menangkan, dia seperti mesin pembunuh yang siap bertarung dengan apapun dan dengan siapapun. Prestasi nya sangat besar di dalam kerajaan Istvan, dia adalah calon raja kerajaan Istvan.
"Baiklah yang mulia, jadi anda ingin kemana dulu?" tanya Eugene sambil menundukkan kepalanya di depan Max.
"Cari penginapan di sekitar sini! Lalu untuk kalian, kembalilah lebih dulu ke istana!" Titah Max kepada para pengawalnya.
Para pengawal kerajaan itu membungkuk hormat di depan Max. Mereka terpana mendengar perintah dari Max untuk kembali lebih dulu ke istana.
"Yang mulia! Kami tidak mungkin meninggalkan yang mulia, sudah tugas kami untuk mengawal yang mulia!" Seru seorang pengawal dengan tegas.
"Aku akan baik-baik saja dengan Eugene dan Pierre disampingku. Atau apa kalian ingin membantah perintah ku?" Max menatap tajam pada para pengawalnya. Tatapan yang bisa membunuh orang dalam sekejap mata.
Pengawal pengawal itu ketakutan melihat aura tajam dari tubuh Max dan tatapan matanya. Mereka tidak berkutik di hadapan putra mahkota kerjasama Istvan itu.
"Baiklah yang mulia, kami akan kembali seperti perintah yang mulia!" Jawab pengawal patuh.
"Pergilah! Kalian tau kan aku tidak suka bicara dua kali?" Max masih menatap tajam ke arah pengawal pengawal nya itu.
"Siap yang mulia!"
Sebagian pengawal yang mengawal Max kembali ke istana lebih dulu. Sementara Max pergi ke penginapan di sekitar sana bersama Eugene (ksatria pengawal nya) dan Pierre (sekretaris sekaligus orang kepercayaan Max).
****
Setelah kabur dari tempat pelacuran, Liliana berhasil melewati hutan dan dia sampai ke sebuah desa yang tidak tahu apa namanya. Dia bahkan tidak tau dimana dia berada.
"Aku harus pergi kemana dengan 20 koin emas ini? Aku sendiri bahkan tidak tahu dimana aku berada, bagaimana aku akan membalas dendam kalau keadaan ku seperti ini? Liliana, sayang sekali wajahmu sangat cantik tapi nasibmu tidak jauh berbeda denganku. Tapi tenanglah, karena aku akan memanfaatkan tubuh dengan baik. Terimakasih Tuhan, terimakasih Liliana yang asli dan aku tidak tau dimana kau berada," Liliana mengatupkan kedua tangannya seraya berterimakasih atas kehidupan kedua yang dijalaninya.
Liliana berjalan-jalan di sekitar desa kecil itu, semua orang disana menatapnya dengan tatapan terpesona. Apalagi para pria yang sedang duduk di depan toko.
Aku masih ingat jelas saat orang-orang menatap ku dengan tatapan mengejek, sekarang mereka terlihat terpesona padaku. Adaire, kau sungguh malang.
Liliana merasa miris karena tatapan orang-orang padanya dulu dan sekarang sangatlah berbeda. "Jangan ingat masa lalu mu lagi Adaire, sekarang kau adalah Liliana. Kau wanita cantik yang akan menaklukkan dunia dan membuat orang-orang jahat yang menindas mu membayar harga mahal karena sudah menyakiti dirimu," gumam Liliana dengan mata berkaca-kaca, dia mengingat kehidupan masa lalu sebagai Adaire yang menyedihkan.
Mulai sekarang, orang akan memandang ku dengan berbeda karena aku cantik, karena aku memiliki tubuh yang langsing.
KRUKKK..
Setelah cukup lama berjalan yang entah mau kemana, perut Liliana berbunyi keras minta diisi. "Ngomong-ngomong sejak aku berada di dalam tubuh ini, aku belum makan atau minum apapun. Baiklah, aku harus makan dulu!"
Liliana melihat sebuah restoran kecil, dia masuk ke dalam sana. Dia langsung memesan makanan dengan uang yang dia miliki dari Madam Morena. Uangnya hanya tersisa 20 koin karena sebagian koinnya jatuh saat dia melarikan diri dari tempat madam Morena.
"Nona, mohon tunggu sebentar ya!" Seru seorang pelayan bertubuh gemuk itu dengan senyuman ramah dan hangat nya. Melihat pelayan wanita yang gemuk itu, membuat Liliana teringat masa lalu.
"Baik nyonya. Nyonya maafkan saya, apa saya bisa meminta pena dan kertas?" tanya Liliana sambil tersenyum ramah pada si pelayan gemuk. Dia tidak memandang pelayan itu sebelah mata seperti orang-orang lainnya disana.
"Ada nona, tunggu sebentar ya!" Pelayan gemuk itu berjalan menuju ke tempat pemesanan makanan. Dia mengambilkan pena dan kertas untuk Liliana.
Nona ini sangat baik, dia tidak memandangku seperti orang lain. Tatapan mata yang hangat, tulus, tidak mengejekku. Pelayan itu senang dengan sikap Liliana padanya.
Liliana berterimakasih pada pelayan itu dengan setulus hatinya. Selagi menunggu makanan yang dipesannya matang, Liliana menulis sesuatu di kertas itu. Dia merangkai rencana balas dendamnya.
"Tadi aku bertanya pada orang-orang kalau ini adalah wilayah selatan pedalaman kerajaan Istvan, pantas saja aku merasa belum pernah datang ke tempat ini, mungkin juga tempat ini tidak ada di dalam peta! Untuk kembali ke kota, aku harus mempunyai persiapan. Aku akan membuat Adara dan Arsen menyesal telah membunuhku! Tapi aku tidak punya uang, aku harus mengumpulkan uang dulu agar aku bisa pergi kesana," gumam Liliana sambil mencorat-coret kertas itu dengan pena nya.
Tak lama kemudian, pelayan gemuk itu membawa makanan dan minuman untuk Liliana. Makanan itu sudah tersaji di atas meja nya, dengan cepat dan lahap Liliana memakannya seperti orang yang kelaparan.
"Ah! Aku tidak boleh banyak makan, karena tubuhku nanti bisa gemuk! Aku harus berhati-hati!" Liliana menghentikan aktivitas makannya, dia ingat kalau tubuhnya sudah langsing. Jika dia banyak makan maka dia akan gemuk, dia tak mau gemuk lagi.
Ketika sedang asyik minum, terjadi keributan di restoran itu. Ada pelanggan wanita yang mengejek dan menghina pelayan gemuk, hal itu membuat Liliana marah.
Liliana turun tangan membela pelayan gemuk itu di depan semua orang, terutama wanita yang menghinanya.
"Kau pikir kau sempurna sehingga kau bisa menghinanya seperti ini?" Liliana mendorong-dorong tubuh wanita arogan di depannya dengan kesal.
"Heh! Kau siapa? Kau orang baru disini ya, aku belum pernah melihatmu? Kenapa kau ikut campur urusanku!" Wanita arogan itu terlihat kesal melihat wajah Liliana.
Sial, kenapa dia sangat cantik?
"Aku siapa dan kau siapa, aku tidak peduli. Cepat minta maaf pada nyonya ini! Kau sudah bersikap tidak sopan pada orang yang lebih tua!" Teriak Liliana sambil memelintir tangan wanita itu.
"Aahhhh! Kurang ajar sekali kau! Lepaskan tanganmu dariku!" Wanita itu merintih kesakitan karena tangannya di pelintir oleh Liliana.
"Minta maaf dulu, baru aku akan melepaskan mu!" Liliana tanpa takut, memelintir tangan wanita itu.
"Ahhh.. ahhh.. sakit!!"
Dulu aku hanya diam saja saat diperlukan seperti ini, sekarang aku tidak mau diam saja. Aku akan melawan dan jika perlu aku ingin membela orang lain juga.
Pelayan gemuk itu terpana dan terharu dengan sikap Liliana yang berani membelanya tanpa takut. Wanita arogan itu akhirnya meminta maaf walau tidak terlihat tulus. Dia pun pergi meninggalkan restoran dengan wajah malu karena sudah di lawan oleh Liliana.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Salma Cheng
ternyata bisa bela dirinya adaire ,,,
2024-05-19
0
Oi Min
apa Adaire bsa bela diri dulunya??
2022-12-10
0
Eka Nurmila
bisa melintir tangan orang juga yah?
2022-09-22
0