...🍂🍂🍂...
Lelah menjadi orang yang baik hati?
Max sedih mendengar kata-kata Liliana, apalagi melihat kedua bola mata Liliana yang memancarkan kesedihan. Max tidak tau bagaimana caranya menghibur gadis itu karena dia sendiri tidak bisa menghibur dirinya sendiri. Sejak kecil banyak yang ingin mencelakai dirinya, bahkan sampai mengincar nyawa demi tahta.
"Kau, kau itu sebenarnya baik hati. Kau tidak jahat, apapun yang membuatmu jahat pasti ada alasannya. Aku juga pernah baik, tapi orang-orang di sekeliling ku tidak pernah baik kepadaku, mereka selalu berusaha membunuhku setiap ada kesempatan," Max menceritakan sedikit curahan hatinya.
"A-Apa mereka begitu karena kau jelek?" Liliana menebak.
"Ya? Apa?" Max terperangah mendengar pertanyaan Liliana. "Apa yang membuatmu berfikir kalau aku jelek?" tanya Max tidak percaya bahwa dia yang tampan itu akan disebut jelek oleh Liliana.
"Memangnya kenapa kau memakai topeng kalau kau tidak jelek? Kau harus percaya diri dengan apa yang diberikan Tuhan padamu!" Liliana melihat pada topeng berwarna hitam yang dipakai oleh Max.
"Heh! Siapa yang menghibur siapa?" Max tercengang, kemudian dia tertawa kecil mendengar omelan Liliana. Tapi dia senang karena Liliana tidak menangis lagi.
"Haihh.. sudahlah, pasti Nicholas dan Daisy sedang mencari ku," Liliana kembali berjalan ke tempat ramai. Max masih mengikutinya dia mengatakan kalau tidak ada salahnya untuk membalas perlakuan orang-orang yang pernah melukai hatinya.
"Tidak ada salahnya kalau kau menjadi kuat dan melawan mereka yang menindas mu. Karena hidup adalah tentang bertahan siapa yang lebih kuat, aku tidak menyalahkan sikapmu atau tidak menyukainya. Sejujurnya aku suka karena ku kuat, tapi aku berharap kau tidak terlalu kejam,"
"Siapa kau berani bicara seperti ini padaku? Kau sudah mulai kurang ajar ya! Ini bahkan baru pertemuan ketiga kita, kita juga bukan teman, kau tidak ada hak untuk bicara seperti ini!" Liliana marah pada Max.
"Itu benar, kita bukan teman atau keluarga dan ini baru pertemuan ketiga kita menurutmu. Tapi, mungkin saja di masa depan kita akan menjadi pasangan,"
"Hah? Kau sudah tidak waras ya tuan bertopeng!" Liliana kesal mendengar semua ocehan itu.
"Ingat ini baik-baik, berhati-hatilah pada orang-orang di sekitarmu. Jangan terlalu kejam, karena kita tidak tahu kapan mereka akan membalas perlakuan mu," jelas Max dengan suara bijak mengingatkan Liliana.
Liliana tersenyum tipis, "Terimakasih atas peringatan mu, tapi aku akan baik-baik saja!"
Ketika gadis itu akan berjalan, dia tersandung gaun bajunya dan tak sengaja jatuh di dalam tubuh kekar Max. Liliana mendongakkan kepalanya, hingga matanya bertemu dengan kedua mata merah milik Max.
Mata nya seperti batu ruby yang indah. Liliana menatap mata merah yang indah itu. Dia terpesona melihat mata merah milik Max yang langka dimiliki oleh orang biasa.
"Kenapa buru-buru sekali? Aku tau kau butuh pelukan, aku siap memelukmu. Kau tinggal minta saja," ucap Max sambil memeluk Liliana dengan erat.
"Hey! Kau sudah gila ya! Lepaskan aku!" Teriak Liliana panik karena Max malah semakin erat memeluknya.
Deg, deg, deg!
Max langsung melepaskan pelukannya hingga Liliana hampir jatuh. Gadis itu kesal karena Max melepaskannya begitu saja sebelum dia berdiri dengan benar.
Ada apa dengan jantungku? Astaga! Seperti nya aku terkena serangan jantung.
Max memegang dadanya dengan kedua tangan kekarnya, bibir dan kedua matanya membulat sempurna.
"Hei, kau kenapa?" tanya Liliana heran melihat Max yang panik.
"Kau, kau menggunakan sihir apa padaku hah? Kenapa aku merasa seperti ini? Kenapa aku begini?" tanya Max kebingungan dengan detak jantung nya yang berdegup sangat kencang ketika dirinya bersentuhan dengan wanita itu.
Liliana hanya menggeleng menanggapi Max, dia tidak paham apa yang dibicarakan oleh pria bertopeng di depannya itu. Dia memilih mengabaikan Max dan pergi menemui Daisy di depan toko baju.
"Yang mulia!" Seru Pierre dan Eugene melihat putra mahkota itu sedang duduk sambil memegang dadanya.
"Wanita itu penyihir! Dia pasti reinkarnasi penyihir, dia membuat ku seperti kesetrum. Eugene, Pierre, kurasa aku harus segara menemui Chris,"
Aneh, perasaan ini kenapa belum menghilang.
"Yang mulia, apa yang terjadi? Apa anda terluka?" tanya Pierre cemas.
"Kalau begitu, saya akan segera membawa Chris untuk memeriksa kondisi yang mulia!" Eugene panik, dia beranjak pergi.
"Ah tidak perlu! Aku sendiri yang akan kembali ke istana," ucap Max dengan wajah linglung nya.
Ada apa dengan yang mulia? Mengapa wajahnya terlihat bodoh?. Eugene melihat Max terlihat berbeda setelah berbicara dengan Liliana.
****
Untuk menenangkan hatinya yang panas karena melihat orang-orang yang pernah menindas nya. Liliana mengajak Daisy untuk jalan-jalan lebih dulu dan belanja di sekitar sana. Liliana bahagia karena terlahir kembali dalam wujud Liliana, si cantik berambut merah yang memiliki tubuh langsing, wajah tanpa tompel.
Setelah selesai berbelanja kebutuhan dan keperluannya untuk pesta, Liliana hendak kembali ke rumahnya. Namun dia melihat seorang pria bangsawan sedang menindas seorang anak kecil yang dituduh mencuri.
"Hentikan! Bagaimana bisa kau memukuli anak kecil? Apa kau tidak tahu malu?" tanya Liliana kepada pria bangsawan yang sedang memukul anak kecil berpakaian compang-camping itu. Liliana mengulurkan tangannya membantu pengemis itu.
"Apa-apaan kau? Kenapa kau ikut campur urusanku? Nona, lebih baik kau diam saja!" ucap pria bangsawan berkumis tebal itu kesal.
"Atas dasar apa kau menuduh anak ini mencuri?" tanya Liliana tegas. Anak laki-laki itu terlihat ketakutan. Liliana menatapnya dengan iba.
"Karena dia mencuri arloji ku!" Seru pria bangsawan itu.
"Nak, apa benar kau membawa arloji tuan ini?" tanya Liliana dengan suara lembut pada anak laki-laki itu.
"Dia bukan membawanya, tapi mencuri!" pria bangsawan itu tidak mau kalah dan terus menindas si anak kecil.
"Tuan tolong diam dulu!" Sergah Liliana pada si pria dewasa yang terus mengoceh.
"Aku tidak mencurinya, aku berani bersumpah! Justru aku mau mengembalikan arloji ini pada tuan, karena arlojinya terjatuh di depan toko makanan hewan itu," anak laki-laki itu menjelaskannya pada Liliana.
"Hem, begitu ya. Jadi kau tidak mencuri, kan?" tanya Liliana lembut.
"Alah! Aku tau kau ini pengemis yang suka mencuri!" Pria bangsawan kekeh menuduh anak itu mencuri arlojinya.
Anak kecil itu menggeleng yakin bahwa dia tidak mencuri arloji. Kemudian Liliana menantang pria bangsawan itu, jika terbukti di anak kecil bersalah maka Liliana akan menanggung hukuman. Tapi jika sebaliknya, maka pria bangsawan itu harus meminta maaf sambil berlutut di depan anak kecil yang dituduhnya. Pria bangsawan itu menyanggupi tantangan Liliana.
"Nona sebaiknya kita jangan ikut campur," ucap Nicholas berbisik.
"Kenapa tuan Nicholas? Aku tidak bisa membiarkan orang jujur ditindas, kebenaran harus ditegakkan. Aku tau apa yang aku lihat ini benar, maka aku akan membuktikannya. Kau diam saja!" Liliana mengucapkannya dengan tegas pada Nicholas.
Nicholas mengangumi keberanian dan nyali Liliana. Dia pun membantu Liliana mencari saksi disana yang melihat anak laki-laki itu mencuri arloji. Tapi yang disana hanya ada saksi yang mengatakan bahwa anak kecil itu memungut arloji dan berniat mengembalikannya pada si pria bangsawan. Bahkan teman-teman anak kecil itu juga membelanya.
Liliana berhasil membuat pria bangsawan itu malu dan meminta maaf di depan banyak orang. "Tuan, hanya karena statusmu lebih tinggi dari seseorang. Bukan berarti kau bisa menindas seseorang sesuka hatimu, kau bilang kau petugas di istana kan? Bagaimana bisa seorang petugas di istana yang bekerja sebagai abdi negeri ini, memiliki sikap yang tidak kompeten! Akan jadi apa negri ini nantinya kalau semua orang yang bekerja di istana, seperti tuan?"
Max dan kedua abdi setianya tercengang mendengar ucapan sarkastik dari mulut Liliana. Di depan semua orang dia mempermalukan pria itu.
"Yang mulia, wanita itu benar-benar..ckckck," Pierre kagum dengan keberanian Liliana mengkritik wanita petugas istana.
"Jangan keterlaluan ya! Jaga mulutmu!" Pria bangsawan itu membawa pedangnya, di berniat menghunuskan pedang ke arah Liliana, tapi Nicholas menepis tangan bangsawan itu dengan mudahnya, membuat pedang itu jatuh.
"Cukup tuan!"
Liliana terlihat gemetar, dia menahan rasa takutnya. Daisy berusaha menenangkan Liliana yang terlihat syok.
Max masih melihat itu dari kejauhan, wajahnya mengeluarkan aura membunuh. "Kenapa aku merasa dingin?" Pierre melihat Max terdiam dengan tatapan tajam.
"Kau salah tuan Pierre, bukankah ini terasa panas?" Eugene juga merasakan ada yang aneh dengan aura Max.
"Pierre, catat siapa nama bangsawan itu!" titah Max pada orang kepercayaannya.
Beraninya dia mengancam wanitaku.
"Baik yang mulia," jawab Pierre patuh.
Tamatlah hidupmu tuan! Pierre menggelengkan kepalanya.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
zky
belum ada kepastian tapi udah merasa memiliki cuakss!
2023-04-14
0
Yizhani Saras
Wkwkwk......putra mahkota udah claim Liliana wanitanya...
2023-02-13
0
Shakayla Mecca
iya max, kamu kena sihir Liliana, sihir 'CINTA' namanya 😁😂
2022-11-14
1