...🍀🍀🍀...
Adara menampar pipi cantik dan mulus itu dengan keras, hingga suaranya terdengar begitu keras. Arsen terkejut melihat istrinya menampar Liliana.
Liliana langsung memasang wajah memelas dan sedih seperti akan menangis. Dengan wajah memelas itu, dia memegang pipi yang baru saja ditampar oleh Adara.
"Adara!" Bentak Arsen kepada Adara.
"Dasar wanita j*l*ng! Pengemis tidak tahu diri!" Seru Adara menatap penuh emosi kepada Liliana.
"Adara apa yang kau lakukan? Mengapa kau menampar dia?" tanya Arsen sambil memegang tangan Adara yang sepertinya sudah bersiap untuk menampar lagi Liliana.
"Kau tanya kenapa aku menampar dia? Kenapa? Apa aku tidak boleh menampar wanita yang mencoba menggoda suamiku?" Adara terlihat marah melihat Liliana, apalagi penampilan gadis itu dengan pakaian tidur tipis.
Siapa yang tidak akan salah paham pada Liliana dan Arsen? Mereka berduaan di taman belakang, di hari yang sudah sangat larut. Jika pelayan melihat nya, mungkin Arsen akan disangka memiliki hubungan dengan Liliana.
"Menggoda apanya? Adara apa kau tidak bisa menjaga kata-kata mu?" Arsen terperangah mendengar istrinya bisa mengucapkan kata-kata kasar pada Liliana. Dia tak percaya bahwa wanita lemah lembut yang dikenalnya bisa marah-marah seperti itu.
"Sayang, apa kau tidak melihat kalau wanita ini mencoba menggoda mu? Dia bahkan memakai pakaian tidur tipis dan bertemu dengan mu di malam hari? Apa yang namanya bukan menggoda?" tanya Adara sambil menatap Liliana dengan kebencian.
Bagus Adara, tunjukkanlah sifat aslimu!
Liliana puas melihat Adara menunjukkan sifat aslinya. Bahwa wanita itu bukanlah wanita lemah lembut seperti apa yang disangka oleh Arsen atau semua orang di rumah.
"Maafkan saya nona Adara, tapi saya tidak pernah berfikiran seperti itu!" Liliana menunjukkan wajah terluka, matanya memancarkan sakit hati.
"Nona Liliana, apa kau baik-baik saja?" tanya Arsen sambil melihat pipi Liliana yang lebam akibat ulah istrinya.
"Arsen! Kenapa kau malah mengkhawatirkan nya?!" Adara terbakar cemburu, dia marah dan membentak Arsen yang memperhatikan wanita lain di depan dirinya.
Arsen melotot kepada istrinya untuk pertama kali, dia merasa sangat malu dengan kelakuan istrinya yang menuduh sembarangan tanpa mengetahui kejadian sebenarnya. Arsen pun mengatakan bahwa dia yang mengikuti Liliana ke taman belakang rumah, bukan gadis itu yang sengaja bertemu dengannya atau bahkan menggoda dirinya.
"Apa kau paham sekarang? Aku dan nona Liliana tidak berbuat apapun disini seperti apa yang kau tuduhkan itu. Sekarang minta maaflah pada nona Liliana,"
"Tidak apa-apa tuan Count, saya memang sudah biasa diperlakukan seperti ini. Seharusnya saya yang meminta maaf pada nona Adara karena saya telah membuat dia salah paham," jelas Liliana lemah lembut, sambil menyeka air matanya.
Kenapa aku merasa kalau dia mencoba bersikap seperti aku ya? Atau ini hanya perasaanku saja?
Adara memperhatikan gerak-gerik Liliana seperti meniru dirinya.
"Tidak nona Liliana, istriku yang bersalah karena sudah menuduh bahkan memukul nona. Adara, ayo minta maaf!" Arsen meminta kepada istrinya untuk meminta maaf pada Liliana.
"Baiklah suamiku, aku akan meminta maaf pada nona Liliana," Adara tersenyum manis dan bersikap patuh pada suaminya.
Adara berjalan satu langkah mendekati Liliana. Dia mengulurkan tangannya sebagai tanda perdamaian. Adara berusaha mempertahankan senyum palsunya sekuat tenaga.
"Aku benar-benar minta maaf ya nona Liliana, aku sudah menuduh mu yang bukan-bukan bahkan sampai memukulmu," Adara tersenyum lebar.
Sekilas gadis berambut merah itu melirik tajam ke arah Adara, kemudian dia menyambut uluran tangan Adara. Mereka pun berjabatan tangan dan saling melemparkan senyum satu sama lain. "Tidak apa-apa nona Adara, saya mengerti itu adalah kecemburuan seorang istri. Dan cemburu adalah sebagian dari cinta, artinya anda sangat mencintai suami anda. Apa ini karena amanat dari mendiang nona Adaire juga?"
Kata-kata Liliana, sontak membuat Arsen dan Adara tersentak kaget. Mereka merasa tersindir dengan ucapan Liliana. Dia puas melihat kedua orang yang mengkhianatinya itu terdiam terpaku sejenak. Menandakan bahwa mereka tersindir dengan kata-kata nya.
"Saya yakin bahwa diatas sana, nona Adaire sangat bahagia atas kebahagiaan orang-orang yang dicintainya," tambahnya lagi.
Kata-kata Liliana, seperti jarum kecil yang menusuk tajam ke dalam hati Adara dan Arsen. Dengan cepat Adara melepaskan uluran tangannya dari Liliana karena ia mulai merasa tidak nyaman, tapi wanita itu masih menggenggam erat tangannya.
Liliana mendekatkan wajahnya, dia menyunggingkan senyuman sinis. "Aku akan merebut semuanya darimu, Adara!" bisik wanita itu kepada Adara. Sementara Arsen yang jaraknya cukup dari kedua wanita itu, tak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Adara tertegun mendengar ucapan Liliana, matanya menatap marah ke arah gadis cantik itu. "Kau! Sebenarnya apa maksud mu ini?"
"Aku akan mengambil semua yang seharusnya menjadi milik Adaire. Keluarga, kehormatan, kasih sayang ayah nya dan juga suamimu!"
Adara sudah terbakar emosi, dia mendorong gadis itu hingga Liliana jatuh dalam dekapan suaminya. Adara semakin marah melihatnya, rasanya dia ingin membunuh wanita yang mengancam dan menggoda suaminya.
"Tuan Count, maafkan saya! Saya tidak sengaja!" Liliana menangis di dalam pelukan Arsen.
"Adara!" Arsen membantu Liliana berdiri tegap.
"Jangan marah padaku, dia baru saja mengatakan kalau dia akan merebut semuanya dariku! Dia akan merebut kau juga dariku!" Teriak Adara mengatakan semua yang dibisikkan oleh Liliana kepada dirinya.
Liliana tercengang, kedua matanya membulat mendengar ucapan Adara. Dia pura-pura marah dan sedih karena Adara memfitnahnya, Adara tetap bersikeras kalau Liliana itu jahat. Adara terkejut karena Liliana sangatlah licik, dia berubah dalam sekejap mata untuk menjebaknya.
Untuk mengakhiri semua perdebatan itu, Adara meminta maaf lagi kepada Liliana untuk kedua kali walau hatinya enggan melakukan itu. "Tunggu dan lihat saja Adara, aku akan merebut semuanya!" Liliana berbisik lagi pada Adara seraya mengancamnya.
"Kau tidak akan pernah bisa melakukannya!" Adara membalas tantangan Liliana.
"Kita lihat saja nanti siapa yang akan mati pada akhirnya," ucap Liliana penuh dendam pada Adara.
Besok aku harus meminta Nicholas menyelidiki tentang gadis j*l*ng tidak tahu diri ini. Aku harus bisa mengusirnya dari sini. Kenapa dia ingin merebut semuanya dariku? Seolah dia punya dendam padaku, padahal aku tidak pernah mendengarnya.
Adara dan Arsen masuk lebih dulu ke dalam rumah. Sementara Liliana masih berada disana. Dia sakit hati melihat Arsen dan Adara bersama-sama, mereka baik-baik saja, tapi dia harus menghadapi kematian menyakitkan seorang diri terombang-ambing di atas laut.
"Ini baru saja dimulai Adara, silahkan kau waspada! Aku senang kau takut," tanpa sadar gadis itu meneteskan air mata. Kali ini air matanya sungguhan, bukan air mata palsu.
Jangan menangis Liliana, kau tidak boleh menangis untuk orang seperti mereka. Liliana menyeka air matanya.
Tanpa dia sadari ada seseorang diatas pohon yang memperhatikan dirinya. "Wanita ini, lain di mulut lain di hati. Mengapa dia berpura-pura kuat seperti itu?"
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
senja
kenapa buka kartu?
2022-04-06
1
Nuni Sakina
mereka gmn bisa bisik2an depan arsen
2022-03-29
1
Ramadhani Kania
wah cp itu y....🤔
2022-03-18
2