Belenggu Cinta Mafia
"A-apa dok? Aku hamil?"
Dokter Ana mengangguk.
Huuuuuhhh... Aliyah membuang nafasnya kesal.
"Yang benar saja bagaimana aku bisa hamil jika aku saja belum pernah berhubungan!"ucapnya kesal,"Bagaimana anda menjelaskan ini Dok?"
Dokter Ana tersenyum lagi,
"Maaf Aliyah, Aku tidak tau kamu melakukannya atau tidak. Tapi disini..." Dokter Ana menunjukkan foto USG dimejanya dan menggeser kearah Aliyah."Menunjukan jika ada janin diperutmu."sambungnya lagi tersenyum.
Aliyah menarik foto USG itu melihatnya tidak percaya.
Dokter Ana meliriknya. Dia mengulurkan sesuatu ditangannya menyodorkanya pada Aliyah."Ambil ini."
Aliyah melirik sebuah gelang elektrik yang dokter itu berikan.
"Ini bagus untuk janinmu. Pastikan kamu selalu memakainya. Itu harus selalu bersamamu. Demi janinmu." memasangkan gelang itu ditangan Aliyah.
Huuuuhhh.. menyentak nafas kesal tidak percaya.
Aliyah keluar dari ruang dokter Obgyn dengan perasaan kesal, marah, sedih, dan entah apa lagi. Bagaimana dia bisa hamil? Kenapa dia bisa hamil sementara dia tak merasa melakukannya? Apa mungkin tiba-tiba benih itu muncul dirahimnya? Ataukah ada mahluk tak kasat mata yang memperkosanya?
HAHAHAHAHA..... Aliyah tertawa memikirkan kemungkinan terakhir.
Pasti alat USG dokter itu rusak! Iya pasti begitu! Lihat saja! Aku pasti akan mendatangi dokter obgyn yang lain! Sialan! Dokter Gadungan! - Batin Aliyah menatap kesal pada rumah sakit yang baru saja dia tinggalkan itu.
Akhirnya Aliyah mendatangi dua dokter obgyn di klinik yang berbeda, yang ada di kota itu dan semuanya menyatakan dia hamil.
Tiga foto USG ada ditangannya dia menatap nanar padanya disebuah pinggiran danau yang cukup sepi.
Aliyah menatap marah, kesal dan tidak percaya.
HAHAHHAHAH....
HAHAHHAHAAH....
Sialan!
"Mana mungkin ke tiga dokter ini alatnya rusak semua! Siapa yang berusaha kau tipu haaahh?" pekik Aliyah mengumpat pada danau didepannya.
"Tapi kenapa suara mereka terdengar sama? Sialan!" Aliyah terus mengumpat.
"Alat apa ini? kenapa dokter itu memberiku alat tidak jelas ini?"
Dia terduduk lemas dipinggiran Danau.
"BRENGSEEEKKK!!" teriak Aliyah kuat-kuat.
Aku harus mencari orang brengsek yang membuatku begini!
Srraakkk!
Aliyah menoleh kearah suara. Disebelah sisi kirinya, tak ada apa pun hanya pohon dan rerumputan dan tanaman setinggi lutut. Dan daun yang terlihat gugur dari atas pohon. Aliyah mengangkat kepalanya.
Wooouuuuuhh.....
Aliyah terkejut, Seseorang terlihat terjun dari atas sana dan mendarat dengan sempurna.
Dia tampan sekali! Apa dia malaikat yang turun dari langit? Apa dia mendengar aku memaki tadi? Hahahahha.... Hayalan apa ini?
Pria itu melihat kearah Aliyah juga, hanya tatapan matanya tidak suka seolah terganggu.
"Aku ingin tidur dengan tenang! Kenapa malah teriak-teriak dan mengumpat? Mengganggu tidurku!"
"Maafkan aku malaikat! Aku tidak bermaksud mengumpat padamu."
Pria itu tertawa lucu.
"Malaikat?" dia terlihat menutup wajahnya dengan sebelah tangannya, bahunya berguncang karena tawa.
"Kamu mimpi ya? Aku yang tidur kenapa kamu yang bermimpi?" ledeknya melirik Aliyah.
"Apa?" wajah Aliyah sudah memerah karena malu, bercampur marah.
Sabar Aliyah jangan terpancing Emosi.
"Hei! Kau pi...."
Pria itu tiba-tiba menarik Aliyah dalam pelukannya dan sedikit bergeser kesamping. Sesuatu melesat disamping mereka menembus udara dan berakhir menancap dipohon yang pria tadi turuni.
Baik Aliyah juga pria itu menaruh perhatian pada benda yang baru saja melesat dan menacap itu. Sebuah pisau.
Aliyah tersentak kaget.
Apaaaa??
Kenapa ada pisau melayang sendiri?
Pria itu melepas tubuh Aliyah lalu menghilang dibalik rimbunan ilalang dan pohon ke arah pisau itu datang.
"CIIIIHHH , sialan apa itu tadi?" Gumam Aliyah sedikit kesal dan tentu saja tak menyangka dengan apa yang baru saja dia alami.
"Apa ini syuting film?" bergumam lagi.
"Ini kan berbahaya?" bergumam-gumam, "Ya Ampuuunn. Melempar-lempar pisau!"
Huuuuhhh...
Aliyah akhirnya meninggalkan tempat itu. Aliyah memilih kembali dan memikirkan nasibnya dirumah.
Aliyah tinggal bersama bibi dan pamannya. Sebenarnya mereka paman dan bibi jauh. Dia juga tak tau persis bagaimana mereka bisa tinggal dengannya. Dia juga tak tau persis apa pekerjaan keduanya. Yaahh, hanya seperti itu saja. Aliyah bahkan tak tau kemana ayah dan ibunya. Entah hidup atau mati. Aliyah tak mau ambil pusing.
"Aku pulang."
"Selamat datang." sambut Bibi Merry, "kenapa baru pulang Al?"
Aliyah menyalami dan mencium punggung tangan bibinya.
"Katamu hanya ambil ijazah. Kenapa lama?"
"Aaah... Tadi Aliyah sekalian mampir bi,"
"Oohh,, ya sudah! ganti baju, lalu kita makan siang bersama."
Aliyah masuk kedalam kamarnya yang berada dilantai 2 rumah itu. Aliyah merebahkan diri sebentar di kasur kamarnya, menatap langit kamarnya. Aliyah menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Aku masih semuda ini kenapa bisa hamil tanpa tau siapa ayah dari anak yang aku kandung. kenapa nasipku sesial ini?
Seusai meratap Aliyah turun untuk makan siang bersama. Dimeja makan ada Bibi dan pamannya. Apa aku harus katakan pada mereka? Atau kusimpan saja sendiri?
Seusai makan siang yang tenang itu Aliyah kembali kekamarnya, Dia memejamkan matanya berusaha untuk tidur.
Mata Aliyah terbuka lebar, rasanya baru sebentar dia sudah mendengar kegaduhan.
"Sialan suara gaduh apa itu? Aku bahkan belum sempat tidur."mengumpat bergumam.
Aliyah menuruni tangga,
Oooouuuuwwwwhhh... Apa ini?
Dilantai bawah tampak beberapa orang berpakaian seba hitam bergelimpungan. Aliyah menutup mulutnya dia melihat berkeliling. tangannya bergetar karena takut.
Apa ini? Aku yakin tadi aku sedang tidur. Ahaaa! Iya tidur! Aku pasti bermimpi. Dan aku masuk dalam film action. Baiklah!
Aliyah sudah tampak bersemangat dan mata berbinar. Dia berfikir sedang berada dalam dunia mimpi.
Aliyah mengendap kearah suara diarah dapur.
BUUG! BUUG! BUUG!
UGGGGHH!!
Aliyah mengendap dengan jantung berdebar mendengar suara seperti pukulan dan erangan orang. Aliyah tersenyum kecil membayangkan yang mungkin terjadi, dia benar-benar berfikir berada dalam dunia mimpi.
Aliyah mencapai ambang dapur, dia melihat beberapa pria sudah tergeletak dilantai dapur, dan bibinya yang memegang pistol dan berlumur darah. Aliyah sedikit kaget tapi ada senyum diwajahnya, Aliyah sangat bersemangat.
Seorang pria juga terlihat sedang bertarung dengan beberapa pria berbaju hitam, pria itu sangat gesit dan lincah, dia memukul dan melayang seperti petarung profesional. Tentu saja mata Aliyah terkagum dan berbinar melihatnya.
Aliyah merasakan ada bayangan dibelakangnya dengan cepat dia mengambil teplon yang tergantung didinding tak jauh dari tempatnya berdiri dan dengan segera mengayunkannya, tepat mengenai kepala orang itu.
BRUUGG!
"Hahahah.... Mampus!"
Bibi Mary terkejud menoleh kearah Aliyah.
"Aliyah!"
Dengan santainya Aliyah mendekat melompati tubuh orang berbaju hitam yang terkapar dilantai.
"Bibi! Ini menegangkan, bagaimana kita bisa berada dalam mimpi action seperti ini?"ucap nya bersemangat dengan wajah riang.
"Mimpi?"bibi Mary terlihat bingung. Aliyah melihat pistol ditangan Bibi Mary, matanya kembali terlihat berbinar.
"Bibi! Bibi bahkan memegang pistol." kagum Aliyah mengambil pistol bibi Marry.
"Bibi Mary mau menembak kemana? biar aku saja!" Aliyah masih bersemangat.
Bibi menatap sayu tubuhnya terlihat lemas. Aliyah mengarahkan pistolnya pada seorang pria di ujung gang menuju dapur. Pria berkepala prontos dengan beberapa orang dibelakangnya.
Pria itu hendak menembak kearah pria yang sedang bertarung dengan para pria berjubah hitam.
Baiklah! Dia saja.
DOOOOORRRR!!!
BRUUUGG!
Hening.
Wajah Aliyah menjadi pias. Dia seolah baru tersadar, jika dia tidak sedang berada dalam alam mimpi. Tangan Aliyah bergetar hebat, dia melihat kearah tangannya yang memegang pistol. Pistol itu pun berlumur darah segar. Dengan tangan yang bergetar dan jantung yang menggedor kuat Aliyah mencium bau anyir darah ditangannya.
Matanya membulat,
Astaga! Teryata ini bukan mimpi!
Tiba-tiba semua nya menjadi gelap. Aliyah ambruk. Namun tangan Bibi Mary sudah mengakapnya.
Pria yang tadi bertarung sengit mendekat setelah pukulan telaknya merobohkan dua orang berbaju hitam sekaligus.
"Marry!"
bibi Mary menatapnya penuh harap.
"Tuan Dev, Aku titipkan dia padamu. Kami yang akan selesaikan masalah disini." bibi Marry melirik suaminya yang baru muncul dari arah halaman belakang dengan pistolnya. "Selamatkan dia! Dia sudah jadi buronan Mafia sekarang!"
Pria itu mengangguk.
"Cepatlah, Tuan! Aku sudah membuka jalan!"seru paman.
Pria itu membopong Aliyah yang sudah tak sadarkan diri itu keluar dari rumah.
______€€€€_______
Readers kasih dukungan buat Othor biar semangat up ya..
Like
Vote
komen
fav
dan Gift
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
3sna
konsep bacanya gimn ini,,,
2024-09-09
0
" sarmila"
walau d awal selalu bingung.tpi author selalu bikin kagum ana cerita da setiap episod2 g ngebosenin.💪💪💪💪💪
2023-10-28
0
Rina
masih bingung jalan ceritanya
2023-04-21
0