Aliyah mengendap-ngendap, keluar dari kamarnya, pagi menjelang siang itu Aliyah merasa lapar padahal waktu makan siang masih lama. Aliyah berjalan, mencari dimana dapur, dia masih belum menemukannya. Para pelayan yang biasanya bersliweran entah kenapa hari itu terasa lengang. Jadi dia tak bisa bertanya.
"Ya ampuunn mau makan saja susahh.."gumamnya kesal."Uuuggghhh, laparnya.." memegangi perutnya "apa karena ada sikecil disini?"
"Apa yang kamu lakukan disitu?" suara mengagetkannya, Aliyah menoleh
Devan sudah berjalan mendekat, "Apa kau berniat kabur?"
"Kabur? untuk apa aku kabur? diluar sana banyak orang yang memburuku. bila aku kabur sama saja menyerahkan nyawa."
Devan tersenyum miring.
"Bagus kalau kau sadar. Lalu kenapa mengendap-ngendap?"berdiri didepan Aliyah bersedakep.
"Aaaahh, itu! Aku lapar. aku mencari dimana dapur,tapi aku belum menemukannya."
"Kau lapar? Kita baru dua jam yang lalu sarapan, dan sekarang kau lapar?"
Aliyah menghentak nafasnya kesal.
"Ada sikecil disini." ucapnya menunjuk perutnya.
Devan memelengkan kepalanya menatap perut Aliyah.
"Kecil?"
"Aku sedang hamil. Apa kamu lupa?" dengan wajah kesal.
Devan tertawa geli. "Benar. kamu sedang hamil. Jadi kamu kelaparan sekarang?"
Apa ini? Apa dia tidak percaya? kenapa dia tertawa seolah meledekku.
"Aku antar kamu kedapur."berjalan mendahului.
Aliyah berlari kecil menyusulnya,
"Apa kamu tidak percaya?" tanyanya pada Devan
"Aku benaran sedang hamil." Aliyah mencoba meyakinkan.
"Aku percaya."
"Tapi pandangan matamu dan nada bicaramu itu...."
Devan menghentikan langkahnya, lalu menoleh kearah Aliyah.
"seperti, meragukanku." menatap netra Devan.
"Aku percaya." ucap Devan, "Karena aku yang membuatnya." Lalu kembali melangkah dengan senyuman.
Aliyah terbengong.
"Appaaa?"menyusul Devan
"Apa kau bilang malaikat maut?"
Devan berdehem.
"Apa maksud ucapanmu Tuan?"
Devan kembali berdehem.
"Kenapa kau yang membuatnya suamiku?" menarik lengan Devan agar berhenti dan melihatnya.
Netra Aliyah terus menatap mata Devan, seolah meminta penjelasan dan kebenaran disana.
"Kamu lapar bukan? Ini dapurnya." menunjuk ruangan luas didepannya.
"Kenapa kau yang membuatnya Tuan suami?" Aliyah masih menuntut penjelasan.
"Kau mau makan atau tidak?"
"Aku mau penjelasanmu..." Aliyah msih terus menatap netra Devan.
"Kalau begitu. Tidak usah makan." berbalik kembali,
Aliyah mencengkramnya.
"Apa maksudmu kau yang membuatnya, Apa kau pelakunya? Orang yang menanamkan benih dirahimku? Kenapa? kenapa aku? Kapan kau melakukannya? Apa salahku, sampai kau melakukannya?" matanya mulai berkaca.
"Astaga! Kau menangis?"
Bulir bening itu jatuh.
"Ya Ampun!" Devan tak habis pikir, "Apa yang kau tangisi? Apa karena ucapanku? Begitu saja menangis! Aku hanya bercanda! Kenapa kau malah menangis.. Astaga! Cengeng sekali kamu ini."
Sialan! Ini pasti karena hormon kehamilan. makanya aku jadi gampang menangis, susah sekali, sudah gampang lapar, gampang menangis. Aku benci!!
Devan menghela nafasnya, lalu membawa tubuh Aliyah kedadanya. menepuk nepuk bahu dan punggungnya.
"Kamu lapar bukan? Ayo makan. kita cari ada apa didapur."
Devan menuntun Aliyah duduk dikursi dapur. Disana sudah ada koki yang selalu standby.
"Apa yang kalian punya?"
Aliyah menarik lengan baju Devan. mengusap airmatanya dengan itu juga ingusnya.
"Haaaaaiiiiisshhhh... menjijikkan! Apa-apaan kau ini? Buang ingus jangan disana. Astagaaa!!!" Devan mengibaskan lengannya hingga terlepas dari tangan dan wajah Aliyah. Melihat lengan bajunya yang basah oleh airmata dan ingus Aliyah.
"Aaaiiissshhh... Menjijikkan sekali!"Dengus Devan.
Aliyah menahan bibirnya agar tak tertawa, sebisa mungkin dia memasang wajah sendu.
Hahahha, Rasain!! Siapa suruh asal bicara. bikin orang kesal saja. Shhiiifff.... menghisap ingus.
Devan mengernyit geli.
"Kau mau makan apa?"
Shhiiiifff(menghisap ingus)"nasi goreng."
Devan berbalik menatap para kokinya. "Buatkan dia nasi goreng!" perintahnya.
"Tunggu!" Muncul ide gila diotak Aliyah."Sikecil tidak ingin masakan mereka."
"Apa?"
"Dia ingin nasi goreng buatanmu." ragu, menggigit bibirnya. namun menatap penuh harap pada Devan.
"Apaaaa?????"
Dia pasti mau mengerjaiku. Devan
"Ayoolaaahh... Dia sangat ingin nasi goreng buatanmu." dengan wajah memelas.
Devan tersenyum kikuk.
####
Akhirnya Devan membuat nasi goreng dengan petunjuk dari sang koki. Dia melirik Aliyah yang duduk dikursi dapur, yang menatapnya dengan wajah sangat puas dan senang. didepannya juga sudah ada banyak makanan yang entah apa, gadis itu terlalu banyak permintaan.
Aku pasti sudah gila menurutinya seperti ini batin Devan.
Tunggu! Aku tidak suka wajah itu. Batin Devan lalu tersenyum licik. Devan menambahkan banyak garam di nasi gorengnya.
Semoga kamu tidak darah tinggi istriku... tersenyum tipis setelah berhasil memasukkan banyak garam tanpa ketahuan.
Setelah berosreng-osreng dengan wajan, akhirnya nasi goreng buatan Devan siap dihidangkan.
"Makan! kamu yang minta kan?" dengan wajah datar.
Aliyah menatap nasi goreng itu. Dia mengambil sendok lalu menyendoknya, Devan tersenyum miring menunggu Aliyah memakannya. Bagaimana reaksinya nanti?
Visual wajah Aliyah **N***afisa* lagi
Visual wajah Devan Govinda lagi
Readers sayang kasih like dan komen ya, biar othor ini semangat up nya😉😊
Like
Vote
komen
fav
dan Gift
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dhyol Triswati
lanjut Thor... biar semangat ku kirimi kopi ☕
2023-03-16
0
Tyaz Wahyu
vis Aliyah ok aq suka but vis si devan aq lbh suka si Michelle morroneo or lee song hyuk pst serem itu
2023-02-15
0
Agustina Kusuma Dewi
wis ora popi podo visualnya ama nr othor D, yg atunya..
ttp q sukakkkk..
2023-02-08
0