Malam itu Aliyah berjalan keluar dari gerbang Mansion Devan. Walau tadi dia sempat tertahan oleh beberapa penjaga Devan, namun mereka langsung mundur teratur begitu sekertaris kim mengintruksikan melalui sambungan yang terpasang di telinga masing-masing penjaga. untuk membiarkan Aliyah lewat.
"Benarkah tidak apa-apa tuan?" Sekertaris Kim kembali kuatir melihat gadis itu berjalan keluar mansion sendirian.
"Membiarkannya keluar tanpa penjagaan dalam situasi sekarang, sangat berbahaya. Nyawa Nona Aliyah terancam."
Devan hanya diam menatap datar gadis yang semakin menjauh dari mansionnya itu. Dengan menyimpan tangannya disaku celananya.
_____
"Baiklah akan kemana aku?" Aliyah berjalan cukup jauh dari mansion Devan yang memang jauh dari pusat keramaian.
"Sialan! kenapa malaikat maut itu tinggal ditempat terpencil seperti ini. Membuat aku susah saja." Aliyah duduk ditrotoar pinggir jalan, dia memukul-mukul betisnya.
Dia melihat ke dua sisi jalan. Tak ada mobil lewat. Dia mendesaahh. Aliyah merogoh kantong bajunya, melihat uang yang Devan berikan tadi. Aliyah menghitungnya.
"Lumayan. Dia cukup perhatian." gumamnya memasukkan lagi kekantong.
Aliyah melihat ada mobil akan melintas. Dengan segera Aliyah mencegatnya. Mobil itu berhenti. kaca mobil turun. Aliyah mendekat
"Bolehkah saya menumpang sampai kota?"
Pengemudi pria itu mengangguk. dengan kepalanya dia mengintruksikan Aliyah untuk masuk.
Angga membuka pintu depan dan langsung Aliyah di jog penumpang. Mobil berjalan dengan santai. Suara musik didalam mobil berirama beat hingga membuat si pengemudi menggerakkan kepala mengikuti irama.
Aliyah tersenyum lucu melihatnya.
"Terima kasih sudah mengijinkanku menumpang." ucapnya
"Okey."
"Kamu akan kemana?"
"Demaga."
"Dermaga disebelah kota?"
"Heemm..."
Aliyah terdiam.
"Apa yang dilakukan wanita cantik ditempat sepi seperti itu?"
"aku mau pulang."
"Pulang?"
"Heemm.. seseorang membawaku pergi dari rumah. Aku tidak suka ditempat baru jadi aku memilih pulang."
"Tempat ini jarang dilalui. Sangat berbahaya berjalan seorang diri. Kenapa yang membawamu tidak mengantarmu pulang?"
Ahahahaa... mana mungkin malaikat maut itu mau mengantarku, huuuuhh dia bahkan dengan entengnya menyuruhku pulang sendiri.
"Hei! Kamu melamun?" pria itu membuyarkan lamunan Aliyah.
"Aaahh, tidak."ucap Aliyah pelan."Siapa namamu tuan baik hati?"
"Aku bukan orang baik, nona."ucap pria itu, membuat Aliyah sedikit berubah wajahnya,"Namaku Han Yo Il."
"Han Yo Il?"ulang Aliyah," Kenapa namamu seperti orang asing?"
Han Yo il mengulas senyum, begitu manis hingga membuat jantung Aliyah berdetak lebih cepat.
"Aku memang orang asing."
Mobil sudah memasuki kota, jalanan pun masih sangat ramai. banyak lampu bergemerlapan dan orang yang berlalu lalang dengan kesibukannya yang entah apa.
"Kita sudah sampai kota. Aku turunkan kamu disini." ucap Han Yo il menghentikan mobilnya.
"Aahh iya. terimakasih." Aliyah melepas sabuk pengamannya, lalu membuka pintu disampingnya.
"Terima kasih Han Yo il. sapa aku jika kita bertemu lagi nanti."ucap Aliyah berbasa basi.
Han Yo il hanya membalas dengan senyuman. Lalu membawa mobilnya melesat membelah jalanan. Aliyah menatap mobil yang semakin menjauh dan hilang dari pandangannya.
"Baiklah, sekarang kita cari tempat untuk tidur dulu."gumam Aliyah melihat sekeliling.
Mata Aliyah terhenti pada penjual pinggir jalan.
"Sepertinya mampir jajan dulu tak apa. Aku sudah lapar karena tadi cuma makan dikit."gumamnya lagi mendekati gerobak penjual.
Aliyah memilih camilan dan memakannya disana. Ada beberapa pria yang juga makan disana. beberapa pria itu menatapnya, lalu mereka saling berpandangan. Aliyah cuek saja tak perduli. Setelah membayar Aliyah mulai berjalan menyusuri trotoar tanpa menyadari dia di ikuti oleh pria-pria yang tadi juga makan digerobak penjual pinggir jalan.
Setelah menemukan losmen yang sesuai Aliyah memesan satu kamar untuk tidur. Aliyah tidur beberapa saat,dan dia terbangun begitu mendengar suara gaduh diluar kamarnya. Aliyah bangun dan mengintip lewat celah pintu. Matanya membulat melihat pria berbaju hitam berkeliaran dan salah satu dari mereka adalah pria yang bersama dengan pria berkepala prontos yang dulu dia tembak.
"Sial! Apa mereka mencariku kemari?" gumam Aliyah dengan dada bergemuruh. Dadanya naik turun membayangkan apa yang Devan katakan adalah benar. Dia buronan para gangster.
"Sialan! Aku harus kabur!" gumamnya lagi. Aliyah membuka jendela melompatinya lalu kabur. waktu itu pukul 5 subuh. Dalam keremangan Aliyah berlari cepat sesekali menoleh meyakinkan tak ada yang mengikuti.
Hari semakin terang, Aliyah sedikit lega, tak ada lagi pria-pria berbaju hitam mengikutinya. Aliyah sedikit menurunkan kewaspadaannya. Perutnya pagi itu terasa melilit, sehingga dia memilih masuk kedalam sebuah cafe untuk sarapan.
"Baiklah, mengisi tenaga itu penting, sambil memikirkan rencana selanjutnya." gumamnya pelan, sembari menatap hidangan yang dia pesan tadi.
Dia makan dengan lahap. Begitu selesai dan membayar, Aliyah keluar dari kafe, berjalan menyusuri kota. Dia harus mencari tau kemana arah rumah bibi Marry. Hingga dia bertanya pada salah satu pedagang yang menjajakan makanan ringan disamping penjual aksesoris itu.
"Permisi pak."
"Iya Nona."
"Saya mau ke wilayah S. Dari sini saya harus kemana ya?"
"ooohh, kamu harus menyebrang pulau nona."
"Benarkah?"sedikit kecewa, tapi Aliyah juga sadar, saat dia dibawa Devan kemarin, dia juga naik speedboat. Jadi sepertinya dia memang harus naik kapal.
"Apa kau akan ke wilayah s?" tanya seorang pria tiba-tiba
Aliyah menoleh kearah stand penjual aksesoris. Seorang pria berkumis tipis, dengan topi koboi, kaus kren dibalik jaket kulitnya dan celana jeans gelap melengkapi penampilannya. Aliyah mengangguk sedikit ragu.
"Ikutlah denganku. aku juga akan kesana."
Aliyah terlihat berfikir sejenak. Lalu dia menyetujuinya tanpa curiga.
"Baiklah."
Pria itu menyeringai tanpa Aliyah sadari.
####
Sore itu, dibalik cahaya keremangan mentari yang menyusup melewati rimbunan pohon, Aliyah dan pria berkumis itu berjalan menyusuri jalan setapak.
"Benarkah ini jalannya?"Aliyah yang mengikuti pria berkumis itu sedikit sangsi, pasalnya arah yang mereka tuju justru mengarah ke hutan yang bertolak belakang dengan dermaga.
"Benar! Ini memang jalan pintas kesana." ucap pria itu sedikit menoleh kebelakang. Lalu melanjutkan jalannya.
Aliyah tolah toleh, dia sedikit begidig, ada rasa tak nyaman yang merasuki pikirannya. Pria itu masih berjalan memasuki hutan. Hingga mereka sampai disebuah pemukiman yang gelap, hanya ada sedikit cahaya disana.
Ada sedikit kelegaan dihati Aliyah, setidaknya ia tidak dibawa kedalam hutan yang gelap. Pria itu berjalan semakin cepat,
"Tunggulah, aku mau menyapa teman dulu." ucap pria itu berlari kecil.
Ditengah keremangan Aliyah melihat disalah satu bangunan yang terlihat seperti gudang itu sosok yang lebih besar dari pria berkumis, berbincang sebentar dengannya. Pria berkumis itu menunjuk kearah Aliyah. Membuat Aliyah sedikit bergidig.
"Semoga dia tidak berniat buruk." gumam Aliyah gelisah.
Tak berapa lama pria berkumis itu menghampirinya.
"Ayo!"
"Kita akan kemana?" mengikuti pria berkumis itu dengan ragu. karena pria itu berbelok kearah gudang tempat sosok yang tadi dia ajak bicara.
Pria itu tak menjawab.
Melihat gelagat aneh pria itu Aliyah jadi gelisah, jantungnya terus berpacu seiring langkahnya yang semakin dekat. Keringat dingin mengucur disela pori-pori kulitnya. Aliyah menggigit bibirnya, langkahnya terhenti sebelum mereka mencapai gudang.
Perasaanku tak enak. sebaiknya aku kabur saja. batinya mengambil langkah menuju pemukiman. Pria berkumis itu menoleh,
"Hei! Kau mau kemana?"
Aliyah mempercepat langkahnya berubah menjadi berlari, secepat yang dia bisa kearah pemukiman. Pria itu mengejar.
Ya Tuhan. Selamatkan aku! jerit batin Aliyah panik dan gelisah.
Rasa takut menjalar disekujur tubuhnya, membuat langkah kakinya semakin cepat berlari. Aliyah mencapai pemukiman. Namun itu justru membuatnya semakin tegang ketakutan. Pasalnya itu bukanlah permukiman namun gudang yang terbengkalai yang dijadikan markas sebuah perkumpulan. Pencahayaan disana pun remang, disana ada beberapa orang dengan senjata laras panjang dan senapan riffel membuat langkah Aliyah terhenti seketika.
Ya Tuhan! Aku salah mengambil langkah.
Dibelakang terdengar suara tawa pria berkumis itu. Rasa takut semakin menjalari tubuh Aliyah. Tangan dan kakinya bergetar hebat. Akan kemana Aliyah melangkah?
______€€€€_______
Readers kasih dukungan buat Othor biar semangat up ya..
Like
Vote
komen
fav
dan Gift
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Lula Jamilah
angga siapa disni
2023-02-04
0
Lula Jamilah
mau aja di ajk orang gk d kenal,, bkn nya hrs lbh waspada,,,
2023-02-04
0
Lula Jamilah
angga?
2023-02-04
0