Chap 17

Devan memicingkan matanya.

"Kim! Kenapa jadi dia yang menyetir?"protes Devan tidak puas.

"maaf tuan."

Devan menghela nafasnya, melihat sopirnya memegang kemudi dengan tangan bergemetar.

"buka atapnya." Devan merogoh bawah jog.

satu tangan memegang pistol dan satu lagi senapan rifle. Devan melemparkan pistolnya pada Aliyah. Dengan gugup Aliyah menangkapnya.

"Kenapa melemparkannya padaku?"protes Aliyah dengan tangan gemetar.

"Kau bisa menembak kan?" Devan mengarahkan senapan rifle ke belakang, membidik ban mobil lawannya.

"Mana mungkin!"

DOOOORRRR...

CIiiitt......

Mobil dibelakang kehilangan kendali, percikan api terlihat diban mobil yang sudah lepas itu. Mobil itu membelok kesana kemari tak tentu arah. Mobil dibelakang menabraknya dan berguling kesamping.

Satu tembakan untuk dua mobil. Dia monster.

Aliyah ternganga, tangannya makin gemetar.

"Apa yang kau pikirkan. gunakan pistolmu jika tak ingin mati"

"A-aku tak bisa."

"Haaaahh... kau membual? Kau sudah menembak kepala ketua gangter."

Aliyah menatap pistol ditangannya,

"Benar! aku bisa menembaknya, tapi kupikir itu hanya kebetulan. Apa mungkin aku bisa melakukannya lagi?

"Kamu bisa."tegas Devan seolah bisa mendengar apa yang Aliyah pikirkan. Aliyah menoleh padanya.

DOOOORRR...

DOOORRR...

suara tembakan saling bersautan. Sesungguhnya Aliyah sangat takut. Tapi bagaimana pun dia harus melewati ini. Bukankah dia sudah pernah melalui rintangan sebelumnya? Bukankah dia berhasil lolos, walau disaat terakhirnya Devanlah yang memjadi penolong?

"A-apa yang harus aku lakukan?"

"Buat dirimu berguna!"Devan kembali membidik juga dengan Kim mereka sama-sama mengincar dua pemotor yang juga mengarahkan pistolnya.

"A-apa?"

DOOOOORRRRR..

DOOORRRR.

CCCIIIIITTT... BRUUUUAAAAKKKK!

Dua motor itu oleng dan saling jatuh menabrak aspal yang keras, menimbulkan beberapa percikan disana sini.

Aliyah bergidig.

"Ada. berapa banyak mereka?"tanya Aliyah mencoba menguasai diri. Sedari tadi mereka menembak tapi tiada habisnya.

"kenapa dari tadi tidak berkurang?"

Devan menyeringai. "Berapa banyak menurutmu?" ucapnya mengedipkan sebelah matanya. membuat Aliyah terpaku

Devan kembali membidik dan menembak.

Buat dirimu berguna Aliyah, Buat dirimu berguna. Batin Aliyah memejamkan matanya lalu membuka kembali.

Aliyah mengangkat pistolnya. Lalu menarik pelatuknya.

DOOOOORRR..

Grruuuubbbrrraaaaakkkk....

Aku menembak!? Aku. benar-benar menembak?

Baik Devan maupun Kim terkejud menatap Aliyah. Gadis itu terlihat sangat syok dan akhirnya lemas. Devan segera menangkapnya. Aliyah pingsan.

"Tutup Atapnya."titah Devan.

"Kau! selalu mengambil bagian yang bagus! Dan berkat itu kau menjadi buronan." ucap Devan dengan senyum geli."Dan kau melakukannya lagi sekarang!"

______

Aliyah membuka matanya. Dia mengerjap. melihat sekeliling,

Aku dimana? tempat ini sangat asing. Batin Aliyah menatap berkeliling suit room itu. tak ada siapapun disana. Aliyah turun dari ranjang king size itu. Berjalan mendekati tirai yang melambai-lambai dimainkan angin.

"Kau sudah bangun?"

Aliyah memalingkan wajahnya kearah suara. Devan sedanh duduk dilantai balkon, dengan pistol ditangannya. Pria itu sedang mengotak atik pistol itu.

"Aa-ada dimana kita?"

"Diatas laut." jawab Devan Enteng sembari memasang peluru dipistolnya.

"Kenapa kita ada diatas laut?"tanya Aliyah duduk disamping Devan.

"Kenapa? tentu saja untuk kembali ke markas."

"Markas? Bukankah kita tidak pergi terlalu jauh kemarin?" Tanya Aliyah bingung.

"Kita memeliki beberapa markas Aliyah." Devan berdiri dari duduknya menyelipkan satu pistolnya di balik punggungnya.

Aliyah ikut berdiri."Kenapa kita berpindah lagi?"

"Tempat kemarin sudah diserang."

"Apa?" Aliyah terkejut."Kenapa mereka berani menyerang?" tanya nya heran.

Devan tersenyum tipis.

"Karena kau sudah menembak orang kesayangan musuh bebuyutanku." terang Aliyah.

"Apaa???" Aliyah terkejut."Aku hanya asal menembak. Bagaimana bisa?"Aliyah mengacak rambutnya frustasi.

"Jadi aku di incar lagi sekarang?"

Devan tersenyum lucu.

"Kau senang?"

"Senang kepalamu?! Ini masalah hidup dan matiku!"sentak Aliyah kesal, namun Devan justru tertawa geli.

"Bagaimana aku bisa sesial ini sih."Aliyah kembali mengacak rambutnya fruatasi

Devan menyodorkan pistolnya.

"Apa ini?"tanya Aliyah bingung.

"Pistol."

"Kenapa memberikannya padaku?"

"Kau akan membutuhkannya "

"Sudah kubilang aku tak bisa menembak?! Kau ini kenapa sih?"

"Yang katanya tak bisa menembak ini sudah melumpuhkan 2 ketua gangster dengan sekali tembak."

Aliyah menyentak nafasknya tak percaya.

Dia bahkan menyerangku sekarang!? Sulit dipercaya.

"Sebenarnya kamu sudah bisa menembak. bidikanmu bagus, hanya, kamu tidak tau dan belum terbiasa." Ucap Devan dengan senyuman.

Pria itu bergerak kebelakang punggung Aliyah, Menggenggamkan pistol itu dengan tangannya. Devan menempelkan kepalanya pada kepala Aliyah, dan memicingkan matanya.

"Fokuslah pada ujung pistol, lalu bidik sasaranmu. Jika sudah dapat, tarik pelatuknya."

Ya aampuunn. ini terlalu dekat, Membuatku sesak nafas.

"Dimana fokusmu?"

"I-iya.."

DOOOORR...

Priiiaaangg...!

Vas di meja yang mereka bidik tadi pecah dan berserakan dilantai.

Beberapa orang Devan terlihat menerobos masuk.

"Tidak apa-apa." ucap Devan menunjukkan pistolnya.

"Kami hanya berlatih. Tinggalkan tepat ini."titahnya lagi masih berdiri dibelakang Aliyah, dengan sebelah tangan memeluk pinggang gadis itu.

"Baik" para orang Devan yang menerobos masuk itu keluar kembali.

Tunggu, kenapa pose ini rasanya tidak benar? Batin Aliyah merasa Devan hanya modus mengajarinya menembak padahal hingga kini pria itu masih melingkarkan tangan di perutnya.

"Tu-tuan suami..." Aliyah mencoba meloloskan diri.

"Diamlah! Jangan menggesekkan tubuh padaku."

"A-aku tidak... " ucap Aliyah dengan muka memerah, masih mencoba melepaskan diri.

kenapa rasanya aku jadi yang terkesan menggoda disini? Jelas jelas dia yang memelukku? batin Aliyah.

Aaaarrrrgggghhh.. Wajah Aliyah berubah pias. Merasakan benda keras dibawah.

"Sudah kubilang jangan menggesekkan tubuhmu padaku!" ucap Devan menahan kepala Aliyah kesamping.

"Sekarang kau harus bertanggung jawab." Devan melummaatt bibir Aliyah, memyusuri rongga mulutnya.

Aaaaaarrrggghhh.... Lagi lagi... Apa maksudnya aku harus bertanggung jawab? Dia yang menempel padaku, jika hasrat biologisnya muncul itu bukan salahku!!

____€€€____

Reader kuuh , kasih semangat donk, biar aku up terus setiap hari.

like dan komen ya

Terima kasih.

Salam___

😊

Terpopuler

Comments

dara manisku

dara manisku

depan nih alesan aja bilang jangan gesek2 😝😝😝😝

2022-04-03

2

adi kurniadi

adi kurniadi

versi menye2 dah sampai tahap mc cowo dan cwe bersodara.
yang versi mafia gimana thor?

2022-04-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!