Aliyah berjalan perlahan meninggalkan ruang makan. Tentu dengan gundah gulana,bila mengingat kejadian semalam membuatnya merasa kesal skaligus merasa bersalah.
Haaaaaaaeeeeeehhhh.. Aliyah menghela nafas panjangnya.
Melihat wajah Devan yang lebam itu membuatnya merasa sangat bersalah. Karena saking takutnya dengan hantu, yang menyerupai Devan semalam sampai dia beberapa kali menamparnya bahkan sampai melemparinya dengan segala macam benda.
Tentu Aliyah sudah meminta maaf, tapi wajah kesal Devan hingga saat ini masih sangat kentara. Membuat Aliyah menatapnya pun tak berani. Tentu saja dia merasa bersalah.
Haaaaaaaaeeeeeehhh... Lagi lagi Aliyah menghela nafasnya
"Nona Aliyah kenapa? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Hana yang sedari tadi mengikutinya.
"Tubuhku baik baik saja, hanya...." lirih Aliyah berucap diselingi helaan nafas panjang.
"Apa kamu merasa bersalah nona?"
"Tentu saja..." ucap Aliyah yakin."Apa yang harus kulakukan agar auranya tidak begitu lagi?"
"Mudah saja Nona." ucap Hana.
"Oh ya?"Aliyah bersemangat menunggu ide dari Hana.
"Tentu saja laki-laki akan senang dan langsung luluh jika Nona melakukannya."yakin Hana.
"Benarkah?" Aliyah makin bersemangat. "Ayo teruskan!"
"Tentu saja dengan itu..." Hana sedikit berbisik, dengan tangan sedikit dicorongkan menutup mulutnya.
"Itu?" Aliyah bingung apa maksud Hana, Dia mendekatkan telinganya ke mulut Hana, karena gadis itu berbisik sangat pelan.
"Itu apa?" Aliyah bertanya kembali ikut-ikutan berbisik.
"Itu Nona, membuat anak." bisik Hana di telinga Aliyah, membuat Aliyah membulatkan matanya.
Aliyah menepuk lengan Hana begitu menjauhkan diri dari bisikan Hana.
"Kamu!"geramnya.
Hana nyengir kuda.
"Aah, aku masak saja. Itu keahlianku." tekat Aliyah menjentikkan jarinya."Aku bisa membujuknya dengan makanan."
Aliyah melirik Hana kesal."Dari pada aku mengikuti idenya yang tidak masuk akal itu." gumamnya kemudian.
"Nona, Jadi kamu belum melakukannya dengan Tuan Devan?"Hana menyusul langkah Aliyah.
"Tentu saja." gemas Angga kesal.
"Tapi kalian sering tidur bersama setiap malam."
"Itu karena dia yang menyusup ke kamarku."Aliyah makin kesal.
"Benarkah tidak terjadi apa-apa nona?" Hana masih penasaran.
"Iiiihh,, kenapa kau berisik sekali?" ungkap Aliyah makin kesal.
Aliyah mengunjungi dapur. Ada beberapa koki yang standby disana.
"Eheemm.." dehem Aliyah.
Semua orang disana menoleh kearah Aliyah.
"Saya mau pinjam dapurnya."ucap Aliyah
"Kenapa Nona, apa yang anda mau, kami siap melayani."
"Tidak! Tidak perlu! Aku hanya mau pinjam dapur dan menginginkan beberapa bahan."tolak Aliyah mendekat.
"Maaf Nona, kami tidak bisa."ucap wanita yang sepertinya kepala koki itu.
"Kenapa?"
"Tuan Devan akan sangat marah jika kami melakukannnya."
"Aaaahhh, apa kau takut, aku akan mengambil alih dapurmu?"
"Tentu tidak Nona. Bagaimana mungkin? Saya adalah Chef profesional. Untuk apa saya takut anda akan menggeser saya."chef itu terlihat sudah sangat kesal.
"Kalau begitu minggirlah, Chef profesional! Biarkan gadis lugu ini mencoba sedikit kemampuannya." ucap Aliyah melipat tangannya di dada.
"Tidak akan kubiarkan kau menghancurkan dapurku."
"Dapurmu? kau pemiliknya disini? Kupikir ini mansion Devan, suamiku."
"Anda hanya istri sementara. Tuan tidak mencintai anda,"
"Hei, kau terlalu berani, apa kau mau mendapat hukuman?"bisik co-koki dibelakang koki utama yang begitu lantang berbicara.
"Tuan menikahimu karena......"ucap koki utama dengan yakin, namun terpotong oleh suara Kim.
"Ada ribut-ribut apa ini?" suara bariton Kim membuat semua orang disana terpaku kaku.
Termasuk Aliyah, dia tentu saja masih ingat bagaimana pria itu mencekiknya. Reflek Aliyah memegangi lehernya mengingat kejadian waktu itu.
"Nona ini tidak tau batasannya, dia ingin menghancurkan dapur."
Aliyah mendengus."Kau belum lihat bagaimana aku melakukannya, kenapa kau bisa seyakin itu dapurmu akan hancur?"
"Nona, sebaiknya anda bersolek mempersiapkan diri untuk melayani tuan di kamar."
"Hahahha, Apa kau iri? Kau tak bisa melakukannya?"
"Nona Aliyah sebaiknya kita kembali saja." ajak Hana menarik tangan Aliyah. Melihat kepala koki itu sudah terlihat sangat marah. Aliyah sepertinya berhasil memprovokasinya.
Sialan bocah jalllaaangg itu. Beraninya diaa.... batin Kepala koki, dia memang sudah sejak lama menaruh hati pada majikannya itu, hanya Devan terlalu tidak perduli.
Tatapan matanya itu sungguh sangat menjijikkan. dia meremehkanku. batin wanita itu lagi.
Kim menghela nafasnya, "Marsha, biarkan dia didapur selama dia mau. Dia nyonya rumah ini."
"Tapi tuan...."
"Lakukan kalau kau masih ingin disini!"ujar Kim dingin menusuk. Pria itu lalu berbalik dan meninggalkan dapur.
"Baiklah, kali ini kubiarkan kau menang." ucap Marsha sang Koki dapur melangkah pergi.
Aliyah tersenyum puas.
"Jangan senang dulu, aku masih ingin memgejutkanmu." sambungnya melewati Aliyah.
"Aku sangat menantikannya, Chef Marsha." sinis Aliyah balik.
Aliyah mulai menyiapkan bahan dan memasak, tentu hana dengan setia disisinya membantu.
"Nona anda hebat, Nona Marsha itu chef kesayangan Tuan Devan."
"Oh ya?"
"Heemm.. semoga dia tidak mengadu yang tidak tidak dan menuduh Nona."
"Kenapa?"
"Dulu pernah ada yang diusir karena orang itu mengganggu Nona Marsha. Sebenarnya nona Marsha yang membuat masalah dengannya."
"Oohh yaa?" tanya Aliyah enteng, "Aku justru ingin lihat bagaimana dia akan mengusirku." senyum licik Aliyah mengembang.
"Nona....! Jangan berkata begitu."
Aliyah cekikikan.
Setelah perjuangan membuat puding dan masakan udang asam manis, juga oseng sayur brokoli jagung. Aliyah menyajikannya di piring. Lalu membawanya keruang kerja Devan.
Aliyah mengetuk pintu
TOKTOKTOK
Pintu dibuka oleh Kim.
"Ada apa Nona?"
"Apa Tuan suami ada didalam?"
Tampak raut wajah Kim yang kebingungan dengan yang Angga ucapkan.
"Tuan suami?"
"Ada apa mencariku?"tanya Devan tiba-tiba muncul dari belakang Kim membuka lebar pintu ruang kerjanya. Auranya masih terlihat kesal.
Aaaahhh.. kelihatannya dia masih kesal. pikir Aliyah
"Apa itu?" Devan melirik nampan yang dibawa Aliyah. Ada beberapa makanan.
"Ini..... Aku memasaknya untukmu. Aku tak tau apa yang kamu suka. jadi...." ucap Aliyah dengan mata yang melihat kesamping, rasanya canggung menatap Devan dalam situasi seperti itu. Apalagi ada Kim disana.
Devan menaikkan alisnya.
"Masuklah."
Aliyah memasuki ruangan itu, mengikuti kemana Devan melangkah. Pria itu duduk di kursi kerjanya, Sementara Kim berdiri didepan meja.
"Lanjutkan yang tadi." ucap Devan pada Kim, yang mulai menunjukan kembali laporannya di layar projektor.
Aliyah meletakkan baki berisi makanan di meja.
"Boleh ku letakkan disini?"tanya Aliyah sedikit ragu.
"Tentu saja."jawab Devan
Sepertinya mereka sangat sibuk. Sebaiknya aku segera keluar. pikir Aliyah, bergegas melangkah untuk keluar.
"kemarilah." menarik Aliyah hingga terduduk dipangkuannya. Aliyah menatap protes berontak hendak berdiri lagi. Dengan licik Devan menunjukkan bekas luka lebam diwajahnya, membuat gadis itu semakin merasa bersalah. Aliyah menghela nafas beratnya.
"Suapi aku." titah Devan.
"kupikir yang lebam itu wajahmu bukan tanganmu." ujar Aliyah sedikit kesal.
"Ini...
Ini...
Ini.."
Jari Devan sebuk menunjuk luka diwajahnya. Membuat Aliyah kesal karena dialah yang membuatnya.
"Baiklah. Baik."Aliyah mengambil sesendok puding dan menyuapkannya pada Devan. Wajah pria itu sangat puas.
Menjengkelkan.
"Lanjutkan Kim."
"Baik."
____€€€____
Reader kuuh , kasih semangat donk, biar aku up terus setiap hari.
like dan komen ya
Terima kasih.
Salam___
😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
tata 💕
sebenarnya aku msh tanda tanya sm jln cerita'a, apa msh ada sangkut paut'a sm hamil..... atau tdk y, soal'a nama2'a sama semua kecuali aliya
2022-07-17
3
Nurwana
saya masih penasaran anak spa yg dikandung Aliya....
2022-07-13
0
adi kurniadi
muncul saingan nih Aliyah
2022-03-27
1