Chap 13

Devan berjalan menaiki tangga, menyusuri lorong lorong dan berhenti pada sebuah ruangan kontrol pengintaian.

Devan menyalakan pemantik dan menyulut rokok.

"Sampai dimana pencarian kalian?"tanya nya dingin dan datar, menyembulkan asap rokok.

"Sudah kami temukan Tuan."jawab salah satu dari tim pengintainya.

Devan menyeringai,

"Lokasi nya ada di XXX "

"Bagus, kirim orang kesana, dan jangan sampai orang itu kabur lagi."titahnya mutlak tanpa bantahan.

"Baik"

Devan keluar dari ruang pengintaian. Berjalan menyusuri lorong mansionnya, sampailah dia didepan pintu kamarnya, Dia lalu berbalik berjalan kembali. Devan berhenti didepan pintu kamar Aliyah. Devan terdiam sejenak. Lalu menggenggam handlenya,

Apa? Di kunci? Devan menyeringai jahat.

Devan merogoh kantong celananya, mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar Aliyah. Devan berjalan dalam ruangan gelam itu, dan berhenti dipinggiran ranjang. Terlihat samar gundukan bertutupkan selimut tebal.

Sudah tidur pulas rupanya, baru sebentar ditinggal. batin Devan menatap tubuh Aliyah yang tertutup selimut sepenuhnya itu.

Sekali lagi Devan menyeringai. Pria itu naik keatas ranjang dan menelusup dibawah selimut, mendekat pada tubuh Aliyah yang tertutup selimut.

Tangan nakalnya mulai bergerilya dibawah selimut menyentuh tubuh Aliyah. Devan terdiam. Merasakan ada sesuatu yang aneh, dengan segera dia menyibak selimut.

Ck! Sialan! Kemana dia?

Gundukan itu bukanlah tubuh Aliyah melainkan tumpukan guling dan bantal yang disusun agar menyerupai tubuh manusia.

Dengan perasaan kesal, Devan keluar dari dalam kamar Aliyah. Mengambil hp nya dan menghidupan saluran cctv. Angga terlihat dilayar ponselnya, mengendap-ngendap ke kamarnya.

Disisi lain,

Hihihi, pria mesum itu bilang nggak akan tidur dikamarnya sampai bau minyak tawon ini hilang kan? Hihihi, tentu saja aku akan tidur disini. Batin Aliyah mengendap-ngendap kedalam kamar Devan. Lalu dengan santai tidur dikamar itu.

###

Di wilayah bagian Lain, Seorang pria berwajah oriental,

Berjalan memasuki sebuah gudang yang dijaga ketat, pria itu mendekat pada beberapa pria yang meringkuk gemetaran dilantai, dengan wajah yanh sudah babak belur.

Pria itu berhenti, dibelakangnya seseorang meletakkan sebuah kursi. Lalu duduklah dia disana. Menyilangkan kaki menatap dingin pada orang-orang yang meringkuk ketakutan itu.

"Am-ampuni kami tuan..." rintih salah satu dari mereka memohon.

Pria itu tak bergeming, dia menyalakan pemantiknya dan menyulut rokok di mulutnya. Pria itu mengeluarkan asap dari moncongnya. Dia mencondongkan tubuhnya kedepan dan menumpukan kedua lengannya pada lututnya.

"Siapa yang memberi kalian ijin untuk memberi berita omong kosong ini?" suara berat dan ngebas milik pria itu terdengar begitu mendominasi dan dingin.

"Ti-tidak tuan.... Kami...."

"Kau cukup bernyali rupanya? Berani mengeluarkan suara jelekmu didepanku!?" tukas pria itu.

"Ma-maaf tuan, be-beri kami kesempatan. U-untuk menangkap gadis itu. Dia kabur dengan bantuan seseorang."

"Bantuan seseorang?" pria itu memelengkan kepalanya seolah tertarik.

"Di-dia bukan orang sembarangan. Di-dia bahkan sanggup melumpuhkan kami sebanyak ini sendirian." dengan suara yang bergetar hebat, "Di-dia juga sangat cepat dan teliti. Tak ada satupun gerakannya yang sia-sia."

Pria itu menegakkan punggungnya, lalu dia menjentikkan jari, salah satu anak buahnya mengulurkan sebuah foto. Lalu pria itu menunjukkan foto itu pada orang yang berbicara dengannya itu.

"Apakah dia?"

orang yang bersimbah darah itu, menegakkan kepalanya. dan mengangguk yakin.

"Be-benar tuan!"

Terdiam sesaat, pria itu kemudian terkekeh. Lamat lamat, tergelak..

HAHAHAHHAHAHAA..... pria itu berdiri dari duduknya dan menendang kursi yang tadi dia duduki hingga kursi terpental jauh menimbulkan bunyi yang bising.

"BRRREEEENNNGGGGGSSSSEKKK!!" umpat pria itu penuh amarah,

"Beraninya dia ikut campur!!" menggeretkan gigi. Saking kesal dan marahnya, seluruh otot dan urat diwajahnya timbul.

Sementara para orang yang tersungkur di lantai gudang itu semakin menggigil ketakutan melihat kemarahan pria didepannya. Mungkin saja mereka akan menjadi sasaran amukan berikutnya.

"Tuan Han." suara salah satu anak buahnya mendekat, Pria itu menoleh sedikit lalu anak buah itu berbisik ditelinganya.

Kilatan amarah muncul dimata tajamnya. Tangannya mengepal dengan kuat hingga urat tangannya timbul.

Jangan panggil aku Han Yo Il jika tidak dapat menangkap kalian! Orang yang sudah membunuh ayahku!! Pria itu melangkah pasti keluar dari gudang.

"Bereskan mereka!"titahnya.

"Baik tuan."

Tak lama terdengar suara jeritan melingking tinggi, mengiringi mobil sport hitam pekat itu menjauh dari gudang. Han Yo Il masih dengan tatapan tajamnya. Entah apa yang berada dalam pikirannya itu, namun bisa dipastikan itu bukan hal yang baik.

###

Bulan berpedar dibalik awan putih yang terselubung pekatnya malam. Di sebuah mansion dengan arsitektur indah itu, Aliyah membuka matanya, rasanya kandung kemihnya sudah penuh, memaksanya untuk segera bangun.

sialan, lagi mimpi enak-enak malah minta pipis. gerutu Aliyah dalam hati. Gadis itu bersungut ke kamar mandi. Setelah menuntaskan hajatnya, Aliyah keluar dari kamar mandi. langkahnya terhenti. Matanya tertuju pada ranjangnya yang terlihat berbeda. Aliyah berjalan mendekat. hingga terhenti di tepian kasur itu.

"Ooohhh my God!" Aliyah memegangi kepalanya frustasi. "apa yang orang ini lakukan disini? Bukankah dia bilang nggak mau tidur disini karena bau?? Sialan! Orang ini benar-benar tak bisa dipercaya!"

Aliyah bersungut menjauh. "Aku harus segera pergi dari sini sebelum dia melecehkanku lagi."

Aliyah berlari kepintu keluar kamar, lalu menyentuh handelnya. Aliyah mencoba menariknya, sayangnya pintu itu tak bergeming. Dia memutar kunci.

Ini nggak di kunci! kenapa nggak bisa dibuka? pikirnya panik. Tatapan matanya menangkap sepasang tangan yang menahan daun pintu diatas kepalanya.

Wajah Aliyah berubah tegang, bulu kuduknya serasa meremang, hembusan hangat menerpa tengkuknya, membuat seluruh bulu-bulu ditubuhnya berdiri. Perlahan Aliyah menoleh.

Wajah seringai Devan menyambutnya dengan seram. Reflek Aliyah berteriak histeris.

WUUUUAAAAAAA.......

PLAAAKK! PLAAAKKK!

Esok pagi nya diruang makan.

Suasana pagi itu sangat hening, bahkan sendok pun enggan bersuara. Wajah Devan terlihat begitu kesal dan bermood jelek, membuat tak seorangpun berani menyuarakan nafasnya.

Kim yang baru datang untuk laporannya, tertegun melihat suasana meja makan yang sangat suram dan mencekam itu.

Ada apa ini? pikirnya.

Kim melangkah dan mendekati tuannya. Aura menyeramkan itu justru sangat kuat datang dari nya.

Apakah Tuan sedang marah? Siapa yang membuatnya marah kali ini? pikir Kim lagi.

Kim melirik Aliyah yang duduk diam dan makan dengan perlahan.

Mungkinkah dia?

Lalu Aliyah berdiri dengan masih menyisakan sedikit makanan disana.

"A-aku sudah selesai." gadis itu lalu bergegas pergi dengan langkah cepat.

Sepertinya memang begitu.

Devan berdiri dan berbalik, membuat Kim kembali tertegun.

"Astaga naga, Kenapa dengan wajahmu tuan?"reflek Kim bertanya, melihat wajah Devan yang babak belur.

Apakah anda sedang mencoba memperkosa nona Aliyah? kekeh Kim dalam hati. "xixixi.."

Devan meliriknya dengan dingin.

"Kau mau potong gaji?"

"Tidak tuan."

___€€€___

Visual Han Yo Il

Readers, mohon dukungannya ya,biar othor semangat up terus.

Like dan komen.

Terima kasih

Salam____

😊,

Terpopuler

Comments

" sarmila"

" sarmila"

klu urusan gaji jgn d potong tuan.tpi d tambah🤣🤣🤣🤣🤣

2023-10-29

0

Tyaz Wahyu

Tyaz Wahyu

top si bigbang keren benget , aq sukaaa

2023-02-18

0

랟 팰퍁

랟 팰퍁

thor kenapa semua pemeran pendukung auranya lebih sangar dri pda aktor utamanya...

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!