"Tidak tau malu! Kau masuk dalam kamar mandi wanita? Malaikat Maut mesum!" sinis Aliyah menyipitkan sebelah matanya.
Devan terkekeh..
"Ini mansionku. Aku bebas keluar masuk di manapun yang aku mau." ucapnya santai dengan memasukkan tangannya kedalam saku celananya.
Huuuuuuhhh Aliyah membuang nafasnya kesal.
"Aku akan beri tau peraturannya selama tinggal disini!"
"apa? peraturan?" Aliyah sedikit terkejut.
"Satu." Devan mengangkat telunjuknya," jangan berkeliaran!"
"dua." ditambah jari tengah ."jangan mencari tau!"
"Tiga." menambah jari manisnya."ikuti apapun yang kuperintahkan dan jangan melawan."
Mata Aliyah mebelalak.
"Apa? peraturan macam apa itu?" reflek berdiri karena protes dan saking kesalnya.
Devan terkejut melihat wanita didepannya tiba-tiba berdiri tanpa mengenakan sehelai benangpun itu.
"Apa kau sedang membuat pertunjukan?"
Aliyah tersadar.
"Hiiiisssssshhh..." Desisnya jengkel.
Dengan segera menenggelamkan diri dibak.
Malu! Malu! Malu! Apa-apaan aku!
Aliyah menahan nafas dan berlama-lama di dalam bak air. Berharap Devan segera pergi.
"Hei! Mau sampai kapan kamu didalam?"
Sampai kau pergi brengsek! -batin Aliyah
Devan tersenyum miring. Dia mendudukkan bokongnya di pinggiran bak dan bersedakep dengan mata yang terus melihat kearah dimana Aliyah bersembunyi.
Sialan dia malah duduk disitu! Sengaja ya?- Aliyah
Devan melirik arlojinya. dan kembali melihat kearah bak air.
"Hei! Ini terlalu lama! Apa paru-parumu terbuat dari insang?" Ucapnya
Sialan! dasar tidak peka? Dia pikir untuk apa aku berlama-lama disini? Cepatlah pergi malaikat maut! - Aliyah
"Aku tidak akan pergi jadi keluarlah!" ucap Devan tegas. "Atau....."
Devan sengaja menjeda ucapannya.
"Aku menarikmu keluar."
Sialan brengsek! - Aliyah.
Aliyah yang memang sudah tidak tahan akhirnya keluar dari dalam air. Dia mengambil nafas banyak-banyak untuk mengganti udara di paru-parunya yang sudah kosong. kurasa!
Aliyah melirik sengit Devan.
"Dasar tidak peka!" gumamnya Mengusap wajahnya dengan tangan. Gelang elektrik yang Dokter Ana berikan terlihat masih terpasang ditangannya.
Devan tersenyum misterius. Dia berdiri dan berjalan meninggalkan Aliyah dengan senyum mengejek.
Aliyah kesal dan memukul air hingga memercik kemana-mana.
Aliyah mengganti baju yang sudah disiapkan untuknya. Dia menatap pantulan diri dikaca. Dia menghela nafas berat nya.
"Hidupku memang berat." ratapnya pasrah pada nasib.
"Nona waktunya makan Malam." ucap seorang pelayan yang baru saja masuj kedalam kamarnya
"Baiklah!"
"Mari ikut dengan saya." pelayan wanita itu mengangkat tangannya mempersilahkan. Mereka berjalan keluar kamar. menuju ruang makan.
"Siapa namamu?" tanya Aliyah melihat kearah pelayan wanita.
"Hana Nona."
"Namamu bagus. Aku Aliyah."
"Saya tau nona, saya melayani anda."
"Berapa umurmu?"
"20 tahun."
"Aaaaa...." Aliyah tidak bertanya lagi.
Dia lebih tua dariku. - batin Aliyah.
"Apa kamu sudah lama bekerja disini?"
"Baru satu tahun Nona."
"Oh begitu."
Akhirnya mereka sampai diruang makan. Devan sudah menunggu disana. Dia sedang berbincang dengan seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya. Saat Aliyah sudah disana mereka agak menjaga jarak.
"Duduklah."
Aliyah menarik kursi yang agak jauh hendak duduk.
"Bukan disana!"
Aliyah yang sudah membungkuk hendak duduk itu mendadak berhenti mendengar ucapan Devan. Dia meliriknya.
Devan menunjuk kursi disebelahnya dengan kepalanya.
Aliyah melihat pria yang berdiri disamping Devan. lalu melirik beberapa pelayan yang terlihat berdiri saja tak jauh dari meja.
Aliyah tertawa jengkel. Namun dia menurut saja. Dia duduk disamping Devan. Aliyah mengambil piring mengisinya dengan roti sanwicht dan burger. Aliyah memegang burher dengan kedua tangannya mendekatkannya kemulutnya hendak menggigit.
"Ambilkan makan malamku."
Aliyah berhenti. Dia menoleh kearah Devan. Melihat pria itu sembentar lalu hendak menggigit lagi yang tadi terjeda.
"Ambilkan makan malamku." ucap Devan lagi.
"Apa kamu menyuruhku Malaikat Maut?"
Devan melirik dingin padanya.
DEEGG!!
Ada apa ini? Kenapa aku jadi takut?
"Ambilkan makan malamku!" dengan senyum tipis.
Apa? Dia punya banyak pelayan kenapa mesti menyuruhku?
Aliyah melihat ke sekeliling, orang-orang itu tampak tak bergeming.
Ada apa ini? Jadi aku benar-benar harus mengambilkannya?
Aliyah membuang nafasnya kesal. Lalu mengambil beberapa sanwicht dan meletakkannya ke piring Devan.
"Silahkan tuan muda." dengan nada pelan namun terselip hinaan.
Aliyah kembali hendak makan burgernya,
"Air."
Sialan! Dia sengaja? - Aliyah
Aliyah mengambilkan air dan meletakkannya di samping Devan dengan sedikit kasar karena marah.
"Kenapa menyuruhku? Apa kau pikir aku istrimu?"
Devan menatap Aliyah dengan senyuman licik.
"Benar! Sebentar lagi kamu jadi istriku jadi bersiaplah."
"Apaa??" Langsung terduduk lemas.
Hingga makan malam usai, dan kembali kekamarnya, Aliyah masih merasa kosong. Dalam otaknya ucapan Devan terus terputar bagai rekaman
"Sebentar lagi kamu jadi istriku jadi bersiaplah."
"Sebentar lagi kamu jadi istriku jadi bersiaplah."
"Sebentar lagi kamu jadi istriku jadi bersiaplah."
"Sebentar lagi kamu jadi istriku jadi bersiaplah."
"Haaaaiiiissshhh! Sialan!"umpat Aliyah memukul dan menendang udara.
"Aku harus meminta penjelasan darinya."
Aliyah berjalan menuju pintu belum sempat hendel dia sentuh, pintu sudah dibuka dari luar. Aliyah terlonjak kaget hingga mundur kebelakang dan duduk terjerembab.
Aliyah menatap arah pintu yang terbuka. Devan berdiri diambang pintu dengan seorang pria yang tadi bersamanya di meja makan.
"Apa yang kamu lakukan disitu?" ucap Devan melihat aneh pada Aliyah yang terduduk dilantai.
"A-aku...."
"Berdiri!" Devan melangkah menuju sofa kamar Aliyah di ikuti oleh pria disampingnya.
Aliyah berdiri dan mengikutinya. Devan duduk disofa, pria yang mengikutinya berdiri dibelakang sofa tak jauh dari Devan. Dan Aliyah berdiri didepan Devan.
"Duduk!" Devan menarik tangan Aliyah hingga terduduk dipangkuan Devan.
"Aku menyuruhmu duduk! Kenapa malah duduk dipangkuanku?"ucap Devan tajam.
"Astaga! Ini karena kau menarikku malaikat maut!" Aliyah mengangkat tubuhnya hendak berpindah dari pangkuan Devan. Tapi tangan lelaki itu justru menekan tubuhnya hingga Aliyah tak bisa beranjak.
Aliyah tertawa ngeri
"Ahahahah... Tuaaannnn..." dengan nada memelas.
"Kim! Jelaskan!"
Aliyah pasrah terduduk lesu diatas pangkuan Devan.
"saya Kim. Panggil saja sekertaris Kim."
Sekertaris kim menyerahkan selembar kertas pada Angga yang lalu menerimanya.
"Apa ini?"
"itu adalah perjanjian pra nikah."
"Ahahaha... Apa?" Angga tergelak, "Apa? Kenapa aku harus menikah?"
".... Dengan nya?" menunjuk Devan.
"Sebenarnya ini untuk melindungi anda Nona."
Aliyah semakin tergelak.
"Ahahaha... melindungi? Dari apa?"
Devan tersenyum tipis.
"Kau ingat peristiwa dirumah Marry?"
Aliyah menoleh menatap wajah Devan.
DEG! Dia tampan sekali walau ekspresinya menyebalkan!
"bibi Marry?"
Aliyah langsung teringat adegan dimana dia terbangun melihat mayat bergelimpung masuk kedapur, mendapati bibi Mary membawa pistol, Devan yang sedang bertarung dan dia menembak seorang pria berkepala prontos yang mengacungkan senjatanya kearah Devan.
Hhhuuuuhhhh.... wajah Aliyah langsung pias.
Devan tersenyum licik.
"Pria yang kau tembak itu adalah ketua gangster."
"Apa?"
"Dan kau jadi buronan mereka sekarang."
"Apa?"
Wajah Aliyah pias, pikirannya makin tak jlas. percampuran antara tak percaya dan syookk.
Bohong kan? dia pasti bohong kan? Tak mungkin hidupku se drama ini. Aku hamil diusia smuda ini lalu aku jadi buronan karna membunuh seorang ketua gangster. Dan menikah dengan pria tampan yang menyebalkan ini? Ooohh tuhan! hidupku...
Devan tersenyum lagi, senyum puas.
"Jadi kau harus menikah denganku agar aku bisa melindungimu."
Aliyah tersentak.
"Tapi aku menembaknya karena dia akan menembakmu."Aliyah masih mencoba mengumpulkan kesadarannya,
"dan aku mengira itu mimpi."bergumam pelan.
"Benar! karena itu sekarang aku harus membalas budi."
Aliyah tersentak lagi.
"Apa?"Aliyah berdiri dan agak menjauh.
"Membalas budi? dengan menikahiku?"
"Yaa, Siapa yang mau menikahi wanita hamil yang jadi buronan gangster?" tentu saja dengan senyum tipis yang menghina.
ucapannya terselip hinaan. Aku tau dia menghinaku!
"Siapa yang mau percaya dengan omong kosongmu itu?"ketus Aliyah
"Hanya anak kecil yang mau percaya cerita racauanmu itu."lanjutnya lagi masih dengan kekesalan yang meluap.
"Kau pasti sangat tergila-gila padaku sampai mengarang cerita seperti itu. Huuuuuhhh...."
Devan tersenyum lucu.
"Kau boleh kembali kerumah Marry jika mau. Aku tidak akan menahanmu."
"Tuan..." ucapan kim terhenti melihat Devan mengangkat tangannya agar Kim diam.
"Tentu saja! Untuk apa aku disini?"Ketus Aliyah nyolot.
Devan mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Kau pasti membutuhkannya diluar sana." masih dengan senyum tipis yang menghina.
"Aku tidak butuh." ketus Aliyah dengan mata mendelik.
Aliyah melangkah hendak keluar. Lalu berhenti memejamkan mata dan mengatupkan mulutnya menahan kesal dan malu sadar bahwa dia tak memiliki uang sepeserpun. Dia lalu berbalik menatap Devan dengan mata permusuhan dan berjalan mendekati Devan yang masih mengulurkan tangan. Dia menyaut uang ditangan Devan.
"Akan kuambil uangmu! Kuanggap ini sebagai balas budi." kesalnya.
Devan tersenyum misterius. Melihat Aliyah yang menjauh dan keluar dari ruangan itu dengan membanting pintu.
"Tuan! Ini berbahaya. jika kita biarkan dia berkeliaran seorang diri...." wajah Kim terlihat sedikit kuwatir.
"Biarkan saja. Dia harus merasakan ancaman diluar sana agar tidak berfikir untuk kabur lagi.."
_____€€€€_____
Readers kasih dukungan buat Othor biar semangat up ya..
Like
Vote
komen
fav
dan Gift
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Lula Jamilah
hana jadi pelayan di sini,, mominya ceti 😂🙏
2023-02-04
0
Winsulistyowati
Spa y Thor yg Hamilin..
2023-01-08
0
denty_aditya
baru baca,enak dibacanya ringan bagus kok tp knp sepi
2022-08-30
0