Ungkapan Sena

"Bagas…" teriak Melinda menghentikan langkah Bagas. 

Seketika pria itu menoleh, begitu juga dengan Renata yang berjalan di depannya. 

Melinda mendekati Bagas yang sudah berada di belakang pintu, mereka berada di tempat yang sedikit jauh dari pesta. 

"Kamu mau ke mana?" Melinda mengangkat gaunnya, ia bersusah payah untuk bisa berjalan santai. 

"Aku __"

Apa yang harus aku katakan, kalau aku bilang mau pulang, pasti Melinda menganggap aku gak sanggup menyaksikan nya bertunangan.

"Ayolah, acaranya cuma sebentar. Masa kamu tega meninggalkan pestanya." 

Melinda meraih tangan Bagas, wajahnya nampak memelas membuat Bagas luluh. Apalagi nama gadis itu masih bersemayam dalam hati Bagas. Kenangan indah yang terukir beberapa tahun membuat Bagas sulit untuk melupakannya.

"Baiklah, aku panggil Renata dulu."

Bagas menghampiri Renata yang masih berdiri di ambang pintu, gadis itu sudah mendengar percakapan Bagas dan Melinda, dan terpaksa ia menyetujui permintaan Bagas.

Bagas dan Renata kembali ke tempat pesta. Acara demi acara yang tersusun mulai berjalan dengan lancar, disaat semua sibuk bertepuk tangan, tiba-tiba ada yang menarik rambut Renata dari belakang hingga membuat sang empu meringis.

Bagas yang sadar akan hal itu pun menoleh menatap Renata, ia bisa menyaksikan dengan jelas mata Renata yang digenangi cairan bening. 

"Sena, kamu ngapain?" Bagas mencoba melepaskan tangan Sena yang mencengkeram erat rambut Renata.

Sena langsung mendorong tubuh Renata hingga jatuh tersungkur. 

"Aaawwww… " pekik Renata untuk yang kedua kalinya, ia menjadi pusat perhatian semua tamu undangan. 

Bagas berjongkok dan membangunkan Renata, ia semakin tak mengerti dengan Sena yang terus ingin mempermalukan Renata. 

"Sekarang cerita, sebenarnya ada apa?" tanya Bagas dengan tegas.

Renata terus menggeleng, rasa takutnya kembali mengendap. Untuk saat ini, ia tak bisa menghindar lagi. 

"Kamu mau tahu, siapa Renata?" ulang Sena seperti yang ia ucapkan tadi.

Dada Renata terasa bergemuruh hebat. Ia terbelenggu di antara sebuah rahasia yang mungkin akan membuat Bagas malu. 

"Siapa dia? Cepat katakan!" ucap Bagas sedikit meninggikan suaranya. 

Derya hadir, tak seperti tadi yang dengan kilat mencegah aksi brutal Sena, kali ini pria itu diam seribu bahasa.

"Dia adalah cleaning service di perusahaan kamu." 

Duaaarrrr

Bak petir menyambar, dada Bagas meletup-letup, darahnya mendidih, matanya menatap Renata dengan tatapan tajam.

"Maafkan aku, Pak," ucap Renata dengan bibir gemetar.

Bagas melihat ada gurat ketakutan di wajah Renata hingga nampak pucat pasi.

Aku tidak  boleh marah padanya. Aku harus bisa mengontrol emosiku. Kasihan dia kalau sampai malu di depan semua tamu di sini.

Bagas berusaha memadamkan bara api yang hampir saja berkobar, ia membenarkan dasinya dan menatap semua sekelilingnya yang menatapnya dengan tatapan aneh.

Melinda yang ada di barisan paling belakang tersenyum puas bisa mempermalukan Renata yang kini bak anak ayam. 

"Kalau dia cleaning service kenapa?" Bagas merangkul pundak Renata dengan mesra, ia menunjukkan pada semua orang jika tuduhan Sena sedikitpun tak berpengaruh padanya.

Renata membulatkan matanya, ia tak percaya dengan itu semua, bahkan Renata rasa itu adalah mimpi. 

Ini beneran, Pak Bagas tidak marah padaku, bahkan dia membelaku di depan semua orang. Apa ini cuma triknya saja yang ingin menjatuhkanku?

Sena tersenyum sinis. Ia mengepalkan kedua tangannya lalu maju satu langkah mendekati Bagas.

"Jadi ini selera kamu, perempuan kampungan. Aku nggak percaya, seorang Bagas, CEO perusahan Ankara, berpacaran dengan cleaning service," ucap Sena dengan lantang, seolah-olah ia ingin mempermalukan Bagas di depan umum.

Suasana pesta yang tadinya meriah kini sedikit mencekam. Melinda sebagai tuan rumah tak bisa apa-apa, karena ia sangat mendukung apa yang dilakukan Sena saat ini. Sebab, dalam hatinya masih merasa cemburu pada Renata. 

Bagas mengangkat tangannya, ia menunjuk wajah Sena dengan jari telunjuknya.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kamu omongin. Ini bukan urusan kamu, jadi lebih baik kamu urus diri kamu sendiri daripada ngurus orang lain."

Sena menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia langsung pergi begitu saja tanpa pamit. 

Bagas membalikkan badannya menatap Renata yang terus menundukkan kepalanya. 

Ia melepas jas nya dan memakaikan di tubuh Renata.

"Kita pulang, sepertinya tempat ini tidak cocok untuk kamu." 

Bagas dan Renata langsung keluar dari ballroom itu. Setelah tiba di mobil, Renata menatap Bagas yang hampir saja menyalakan mesinnya.

"Aku minta maaf, Pak. Gara-gara aku semua jadi kacau," ucap Renata pelan, ia merasa bersalah dengan apa yang terjadi tadi. 

Bagas mengendurkan dasinya dan memejamkan mata. Ia menghela napas panjang lalu menghembuskan pelan, mengusir apa rasa kesal yang menjanggal dalam hatinya. 

"Bukan salah kamu, aku yang sudah memaksamu ikut denganku."

Bagas menghentikan mobilnya di depan sebuah mini market.

"Kamu tunggu sebentar!" Bagas keluar dan masuk ke supermarket yang ada di depan, beberapa menit kemudian ia kembali membawa dua cup es krim di taangannya.

"Apa kamu suka es krim?" tanya Bagas.

Renata mengangguk pelan. Wajahnya masih nampak kusut dan tak bersemangat. Bagas duduk di depan setir dan memberikan satu cup es krim nya untuk Renata. 

"Aku selalu makan es krim kalau lagi suntuk," ucap Bagas membuka tutup es krimnya.

Renata melirik Bagas dari samping, "Maafkan aku, Pak. Ini semua salahku, karena tidak bilang yang sebenarnya."

"Sekarang katakan! Bagaimana Sena bisa tahu kalau kamu itu bekerja di perusahaanku, dan sepertinya dia juga mengenalmu."

Renata menceritakan semua yang dialaminya, baik di rumah bibi maupun di kantor. Pembullyan beberapa waktu lalu, hingga membuatnya pergi dari rumah dan bertemu Derya.

"Jadi kamu pernah tinggal di rumah Derya?" tanya Bagas memastikan.

Jadi pak Bagas benar-benar tidak mengingat ku? 

"Iya, sampai akhirnya aku keluar dari rumah mas Derya dan bertemu dengan Bu Nurmala."

"Itu berarti kamu sekarang tidak bekerja di kantor lagi?" tanya Bagas antusias.

Renata menggeleng. 

Berarti Renata tidak tahu kalau kantor sempat bangkrut.

"Sejak mereka menuduhku menyimpan foto bapak, aku tidak masuk lagi," jawab Renata ragu-ragu. 

Bagas tersenyum nakal, ia punya kesempatan untuk menghibur hatinya dengan menjahili Renata yang nampak polos. 

"Apa kamu mengajukan surat pengunduran diri padaku?" tanya Bagas. 

Renata menggeleng tanpa suara.

"Kalau begitu kamu tahu kan, hukuman bagi orang yang sudah melanggar peraturan kantor?"

Renata mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya.

"Aku minta maaf, tapi untuk saat ini aku tidak punya uang untuk membayar denda."

Bagas mencondongkan kepalanya tepat di telinga Renata yang membuat gadis itu bergidik ngeri dan melepaskan stiknya yang ada di bibir.

"Kamu bisa membayarnya dengan yang lain," bisik Bagas menyeringai. 

Eh, apa maksudnya yang lain, apa pak Bagas akan mempekerjakan aku sebagai cleaning service lagi.

 

Terpopuler

Comments

Sumardani Yati Ori

Sumardani Yati Ori

susah kalo dah dari orok obeg.....otak...otak ya enaknya digoreng cocol saus....maaf thor gemes ma rena baru nemu model cewek begini

2022-10-15

0

neng ade

neng ade

lama2 Bagas akan tertarik sm Renata dan jadi bucin akut 😂

2022-07-23

0

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

si Bagas mau minta apa kira²

2022-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Dipermalukan
2 Siksaan yang bertubi-tubi
3 Pergi dari rumah
4 Tinggal di rumah Derya
5 Pujian
6 Pertemuan Derya dan Bagas
7 Pesta topeng
8 Bangkrut
9 Putus
10 Ketahuan
11 Dikurung
12 Melepaskan diri
13 Pertolongan
14 Bangkit
15 Pertemuan
16 Rencana
17 Hampir saja
18 Ungkapan Sena
19 Keberanian Renata
20 Semakin perhatian
21 Menolak hadiah
22 Pujian Bagas
23 Modus
24 Rapat
25 Menolak
26 Kembalinya Andara
27 Pendapat Bagas
28 Panggilan Mas
29 Makan malam
30 Kejutan
31 Pertemuan antara Derya dan Bagas
32 Minta maaf
33 Rencana menikah
34 Kakek Liam
35 27 tahun yang lalu
36 Janji
37 Bertanding
38 Kemenangan Renata
39 Makan malam
40 Membalas
41 Putus
42 Kejamnya kakek Liam
43 Terbuka nya rahasia
44 Jujur
45 Tidak mengakui
46 Pulang
47 Bertemu
48 Bersatu
49 Jahil
50 Resmi dibuka
51 Keputusan Bagas
52 Musibah yang bersamaan
53 Ke makam
54 Terungkap
55 Menemui
56 Memaafkan
57 Mengakui
58 Kantor polisi
59 Menerima warisan
60 Kenapa harus mantan?
61 Fakta yang mencengangkan
62 Mengungkap fakta
63 Pesta
64 Kedekatan Derya dan Gina
65 Gagal
66 Berhasil
67 Makan di warteg
68 Kelakuan pengantin baru
69 Berdamai
70 Setuju
71 Hamil
72 Jahilnya ibu hamil
73 Melamar Gina
74 Membongkar rahasia
75 Luluh
76 Sadar
77 Bahagia semua
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Dipermalukan
2
Siksaan yang bertubi-tubi
3
Pergi dari rumah
4
Tinggal di rumah Derya
5
Pujian
6
Pertemuan Derya dan Bagas
7
Pesta topeng
8
Bangkrut
9
Putus
10
Ketahuan
11
Dikurung
12
Melepaskan diri
13
Pertolongan
14
Bangkit
15
Pertemuan
16
Rencana
17
Hampir saja
18
Ungkapan Sena
19
Keberanian Renata
20
Semakin perhatian
21
Menolak hadiah
22
Pujian Bagas
23
Modus
24
Rapat
25
Menolak
26
Kembalinya Andara
27
Pendapat Bagas
28
Panggilan Mas
29
Makan malam
30
Kejutan
31
Pertemuan antara Derya dan Bagas
32
Minta maaf
33
Rencana menikah
34
Kakek Liam
35
27 tahun yang lalu
36
Janji
37
Bertanding
38
Kemenangan Renata
39
Makan malam
40
Membalas
41
Putus
42
Kejamnya kakek Liam
43
Terbuka nya rahasia
44
Jujur
45
Tidak mengakui
46
Pulang
47
Bertemu
48
Bersatu
49
Jahil
50
Resmi dibuka
51
Keputusan Bagas
52
Musibah yang bersamaan
53
Ke makam
54
Terungkap
55
Menemui
56
Memaafkan
57
Mengakui
58
Kantor polisi
59
Menerima warisan
60
Kenapa harus mantan?
61
Fakta yang mencengangkan
62
Mengungkap fakta
63
Pesta
64
Kedekatan Derya dan Gina
65
Gagal
66
Berhasil
67
Makan di warteg
68
Kelakuan pengantin baru
69
Berdamai
70
Setuju
71
Hamil
72
Jahilnya ibu hamil
73
Melamar Gina
74
Membongkar rahasia
75
Luluh
76
Sadar
77
Bahagia semua
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!