Renata menghentikan laju motornya saat matanya menangkap punggung seseorang yang ada di pinggir danau. Ia terus mengamati orang itu yang sibuk melempar kerikil tepat di tengah genangan air tenang.
Siapa dia? Hati Renata bertanya-tanya. Semakin lama, Renata semakin panik saat melihat pria itu terus melangkah maju hingga berada tepat di bibir danau.
"Hai, jangan nyemplung!" teriak Renata sembari membuka helm yang membalut kepalanya, meletakkan barang yang dibelinya lalu berlari sekuat tenaga menghampiri pria itu.
Tanpa aba-aba Renata berdiri di depan pria itu dan mendorong tubuh kekarnya hingga tersentak dan jatuh ke belakang.
Pak Bagas
Mata Renata membulat sempurna. Wajah yang tadinya percaya diri itu kini menciut setelah melihat wajah pria yang ia dorong. Tak disangka, ternyata pria itu adalah bos yang digadang-gadangkan semua orang di kantor.
"Ma….maaf, Pak. Saya tidak sengaja." Renata menangkupkan kedua tangannya dan membungkuk ramah.
Bagas mengelus punggungnya yang terasa nyeri akibat terhempas kerikil.
Siapa dia? Berani-beraninya mendorongku.
"Siapa kamu?" tanya bagas ketus, berbeda dengan malam itu yang nampak lembut dan berwibawa, wajah Bagas nampak pias dan penuh dengan amarah.
Ternyata pak Bagas tidak mengenaliku.
Renata bernapas lega, karena identitasnya tidak terbongkar oleh Bagas.
"Bantu aku berdiri!" Bagas mengulurkan tangannya di depan Renata.
Hening, Renata masih menautkan kedua tangannya, ia takut Bagas akan memarahinya karena ulahnya.
Renata menerima uluran tangan Bagas yang masih duduk lalu menariknya hingga dirinya terhuyung, dengan cepat Bagas menangkap tubuh gadis itu.
Keduanya saling tatap dengan jarak yang begitu dekat. Ini kali pertama Renata berdekatan dengan seorang laki-laki, jantungnya berdegup dengan cepat seakan mau loncat.
Ternyata pak Bagas lebih tampan daripada fotonya.
Suara tepuk tangan membuyarkan keduanya, Renata menoleh ke arah kiri, ternyata banyak orang yang melihat mereka.
"Lepas!" Renata mencengkal tangan Bagas yang masih merengkuh punggungnya.
Seketika Bagas melepaskan tubuh Renata dan mengusap-usap jaketnya.
"Siapa juga yang mau nyentuh kamu?"
Bagas mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Tapi tadi sudah nyentuh," bantah Renata tak mau kalah.
"Nggak sengaja, siapa nama kamu?" tanya Bagas untuk yang kedua kali, sedikit pun ia tak menatap wajah Renata.
"Namaku Renata," jawab Renata singkat.
Namanya cantik, tapi kenapa orangnya jelek, ejek Bagas dalam hati. Ia menahan tawa dan membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangan. Takut Renata tersinggung.
"Kenapa tadi kamu mendorongku?" lanjut ke pertanyaan.
"Aku cuma mau nolongin, Bapak. Ngapain Bapak mau bunuh diri?"
"Apa? Bunuh diri," sergah Bagas.
Renata mengangguk cepat.
"Iya, tadi aku lihat Bapak mau nyebur di sini." Renata menunjuk air yang sangat jernih di belakangnya.
"Sok tahu." Bagas meninggalkan Renata dan berjalan menuju kearah mobilnya, sedangkan Renata mengikutinya dari belakang.
"Memang itu faktanya."
Bagas memejamkan matanya sejenak, menghentikan tangannya yang hampir saja membuka pintu mobil, lalu membalikkan tubuhnya menatap wajah Renata dengan lekat.
Aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana? Mungkin hanya pikiranku saja.
Bagas menepis pikirannya kembali, baginya tak penting meladeni gadis culun di depannya itu.
"Kamu tidak usah ikut campur urusanku, sekarang lebih baik kamu pergi." Bagas membuka pintu mobil lalu masuk. Ia tak menghiraukan Renata yang berkacak pinggang.
"Dasar, nggak tahu terima kasih, ditolongin malah nyolot." Tanpa sengaja kaki Renata menendang batu dan tepat mengenai mobil Bagas bagian samping hingga membuat sang empu keluar dan menghampiri Renata yang masih mematung ditempat.
Bagas memeriksa mobilnya dan menemukan bekas tamparan batu tepat di bawah pintu.
"Kamu mau cari masalah denganku? Lihat, gara-gara kaki dekil mu, mobilku lecet."
Renata tercengang, ia berjalan pelan mendekati mobil Bagas lalu menatap goresan yang nampak lebar.
Aduh, kakiku hebat juga ya.
"Maaf," ucap Renata sembari menunduk.
Bagas kembali masuk dan melajukan mobilnya, ia menatap Renata yang masih berada di tempat.
Siapa gadis itu, sepertinya aku pernah melihatnya, lucu sekali, penampilannya unik.
Sesampainya di jalan raya, Bagas membanting setir dan kembali ke tempat yang tadi. Ia merasa bersalah membentak-bentak wanita seenak jidatnya, dan itu adalah perilaku yang paling ia benci. Namun, ia sudah tak menemukan sosok Renata di sana.
"Kemana gadis itu, apa dia sudah pulang?"
Bagas memukul stir dan berdecak. Gara-gara masalahnya dengan Melinda, emosinya jadi tak terkontrol dan memarahi sembarang orang.
Setibanya di depan rumah Derya, Renata langsung masuk ke dalam.
Sepi, tidak ada satu orang pun di lantai bawah, akhirnya Renata menyusuri anak tangga menuju kamar Derya yang ada di lantai dua untuk memberikan pesanannya.
Samar-samar Renata mendengarkan suara dari balik pintu kamar yang ada di ujung. Ia melepas sepatunya dan berjalan mendekati pintu itu.
"Aku akan menjatuhkan Bagas sampai dia tidak bisa berkutik lagi."
Deg
Jantung Renata seakan berhenti berdetak, ia tak menyangka, orang yang dianggap baik ternyata memiliki sifat pendendam.
Renata menyandarkan punggungnya di dinding dan mengatur napasnya.
" Sekarang dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa, Kak. Perusahaannya bangkrut, Melinda juga minta putus, pasti dia sangat kacau."
Jadi pak Bagas putus dengan pacarnya, pantas saja dia ketus banget. Kasihan juga, pasti dia sangat kecewa.
"Itu belum seberapa, aku akan membuatnya hancur berkeping-keping dan tidak bisa bangkit lagi, sebagaimana dia menyakiti hati kamu."
Hati Sena, apa maksudnya, sebenarnya apa hubungan mereka? Jangan-jangan Sena mantannya pak Bagas juga.
Renata semakin penasaran, ia menempelkan telinganya tepat di depan pintu yang sedikit terbuka.
"Terima kasih, Kak. Aku sayang kakak."
Mendengar kata itu, Renata segera kembali, ia memungut sepatunya dan turun lalu masuk ke kamarnya.
Renata mengunci pintu dan duduk di tepi ranjang.
Ternyata pak Bagas dan mas Derya adalah musuh, perusahaan pak Bagas bangkrut karena mas Derya, kasihan sekali. Apa yang bisa aku lakukan untuk menolong pak Bagas, meskipun aku bukan siapa-siapa, dia pernah menjadi bosku dan memberikan gaji padaku.
Renata beranjak lalu mengabsen lantai, otaknya terus traveling mencari jalan keluar dari masalah itu.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Renata terkejut. Ia gelagapan meraih kantong kresek yang baru saja diletakkannya.
Semoga saja mas Derya tidak tahu kalau tadi aku ngintip.
Renata menepuk dadanya yang bergemuruh, memasang wajah tenang dan membuka pintu, ia segera menyerahkan kantong kresek yang menggantung di tangannya.
"Maaf, aku telat. Tadi pulang dari minimarket perutku sakit, jadi aku ke toilet dulu."
Derya menatap Renata dengan penuh kecurigaan, lalu meraih kantong kresek itu tanpa bicara.
Renata masuk kembali dan mengelus dadanya.
"Bi, kapan Renata datang?" tanya Derya pada pembantunya yang sedang memotong sayur.
"Sudah dari tadi, Den. Non Renata juga sempat ke atas lalu ke kamarnya."
Seketika Derya tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
neng ade
thor jngn biarkan Derya menyakiti
Renata ya.. semoga Renata bisa membantu Bagas
2022-07-23
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
jiahhhh Renata ketauan
2022-04-11
0
Mariana
semangat renata bantu bagas dan bongkat kejahatan Derya
2022-03-15
2