Derya mengetuk pintu kamar Renata hingga membuat sang empu yang tertidur itu bangun.
Renata menggeliat lalu turun dari ranjangnya dan membuka pintu, dilihatnya Derya berdiri di depan kamarnya dengan membawa gaun mewah yang berwarna putih di tangannya.
"Ada apa, Mas?" tanya Renata antusias.
Derya menyodorkan gaun itu, "Nanti malam kamu pakai ini, akan ada pesta di salah satu hotel berbintang."
Renata menerima gaun itu berserta sebuah topeng manis yang berwarna hitam. Dalam hatinya banyak tanda tanya yang tak bisa terurai karena ada rasa takut yang menghalanginya.
"Baik, Mas," ucap Renata setuju.
Setelah Derya pergi, Renata kembali menutup pintu kamarnya dan meletakkan gaun itu di ranjang lalu berjalan dan mematung di depan cermin. Ia terus mengelus pipinya lalu mendengus.
"Seandainya aku cantik, pasti aku akan menolak untuk memakai topeng itu," dengus Renata seraya menatap topeng nya dari pantulan cermin.
Ia terbayang wajah Sena yang putih dan mulus, berbeda dengan dirinya yang dipenuhi dengan jerawat dan kusam.
Di luar
Sena nampak merengut saat menyaksikan Derya memberikan baju tadi pada Renata.
"Apa kakak jatuh cinta pada wanita jelek itu?" tuduh Sena pada Derya yang menghampirinya.
Derya tertawa lepas
"Hanya laki-laki buta yang jatuh cinta pada wanita seperti Renata," ucap Derya dengan jelas.
Renata yang baru saja membuka pintu kamarnya bisa mendengar ucapan Derya dengan jelas. Seketika matanya berkaca, meskipun ucapan itu benar adanya, hatinya terasa nyeri bagaikan terimpit batu yang sangat besar.
Terpaksa Renata masuk dan mengurungkan niatnya untuk keluar.
Aku tidak tahu apa posisiku di sini, tapi ucapanmu membuatku terluka, Mas.
Sena menyunggingkan bibirnya. Ia merasa puas melihat Renata yang nampak malu dengan ucapan kakaknya
Akhirnya Renata mendengar sendiri.
"Tapi kenapa Kakak tidak mengusirnya, aku sangat membencinya?"
Derya menggiring Sena menuju kamarnya.
"Kita bisa memanfaatkan Renata untuk membalas Bagas. Bukankah ini yang kamu mau?"
Sena mengangguk, jika teringat nama Bagas, pasti dadanya meletup-letup dan ingin mengacaukan semuanya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, seperti permintaan Derya, Renata memakai gaun yang diberikan padanya, gaun yang sangat anggun dan mahal hingga membuat Renata menciut.
Renata memakai topeng dan hampir keseluruhan wajahnya tak tampak.
Ucapan Derya tadi siang masih terngiang-ngiang di telinganya yang membuat Renata semakin putus asa, tak ada harapan untuk memiliki pacar. Ia harus membuang jauh impian itu, yang penting saat ini adalah bisa hidup meskipun belum ada arah yang jelas.
Renata keluar dari kamarnya, ia menemui Derya yang sudah menunggunya di ruang tamu, pria itu juga sudah rapi dengan jas yang berwarna hitam serta topeng yang senada, sedangkan Sena memakai gaun warna pastel dengan topeng yang juga sama.
"Kita berangkat sekarang," ucap Derya seraya berjalan menuju pintu. Sedikit pun tak ingin melirik penampilan Renata yang berbeda.
Renata membisu, ia tak ingin bicara apapun dan mengikuti langkah Derya menuju mobil.
Hampir tiga puluh menit, akhirnya Derya memarkirkan mobilnya di depan hotel tempat acara.
"Kak, aku nggak mau bertemu Bagas."
Mendengar nama itu, mata Renata membulat sempurna.
"Iya, kakak tahu."
Bagas, apa yang dimaksud adalah pak Bagas.
"Re, cepat keluar!" titah Derya yang baru saja turun.
Renata turun, ia mengikuti Derya dan Sena dari belakang.
"Apa kabar, Der?" Seorang pria tampan menyambut kedatangan Derya. Dia adalah Mico, sahabat sekaligus penyelenggara acara malam ini.
"Aku baik, Sena juga baik."
Sena bersalaman dengan Mico, mereka masih nampak akrab meskipun persahabatannya dengan Bagas sedikit retak.
Setelah puas bercakap, Mico menatap Renata yang mematung di belakang Derya. Lampu gemebyar ala klub membuat pandangan semua orang tak jelas, termasuk Mico yang penasaran dengan wajah Renata.
"Siapa dia?" tanya Mico menyelidik.
"Dia teman aku, aku sengaja mengajaknya karena di rumah sendirian," jawab Sena.
Mico manggut-manggut mengerti.
Baru saja beberapa langkah masuk, Derya mengalihkan pandangannya saat berpapasan dengan Bagas dan Melinda.
Mereka memamerkan kemesraan, khususnya Melinda yang bergelayut manja di lengan Bagas.
Ia melintas begitu saja tanpa ingin menyapa, sangat menyakitkan bagi Sena jika bertemu pria itu, namun ia bisa apa selain pura-pura tidak melihatnya.
"Kak, kita ke sana yuk!" ajak Sena menarik lengan Derya menuju ke arah panggung.
Itu seperti pak Bagas.
Meskipun Bagas nemakai topeng, Renata masih mengingat dengan jelas jam tangan yang melingkar di tangan pria itu.
Suasana ballroom sangat ramai, para tamu undangan sudah memadati tempat itu, berbagai lukisan pun sudah dipajang di depan, termasuk milik Derya dan Bagas yang selalu menjadi paling unggul diantara semuanya.
Itu kan lukisan aku kemarin, kenapa bisa ada disini?
Renata membaca banner yang yang ada di panggung.
"Pameran lukisan, dan yang menjadi juara akan mendapatkan __"
Renata membuka mulutnya lebar-lebar, ia tercengang melihat nominal hadiah yang tertera hingga membuat jantungnya berdegup kencang.
Seandainya milikku yang menang, aku bisa membeli apapun, termasuk mempercantik wajahku, gumam Renata.
Renata pun menatap lukisan yang ada di sampingnya yang tak kalah cantik, bahkan lukisan itu nampak lebih indah dari miliknya.
"Itu punya siapa ya?"
Renata menghampiri salah seorang yang asyik memotret lukisan yang berjejer rapi.
"Maaf Mbak, apa saya boleh bertanya?" ucap Renata lantang, mengusir suara musik yang menggema.
"Silakan!" jawab wanita yang ada di depannya.
"Lukisan yang ada di depan itu milik siapa ya, Mbak?" tanya Renata seraya menunjuk tiga lukisan yang berada di garda terdepan.
"O, itu milik pak Derya, Pak Bagas, dan juga pak Mico, mereka pecinta lukisan dan selalu mendapatkan juara."
Kenapa mas Derya tidak menggunakan namaku, itu kan aku yang buat, protes Renata dalam hati.
Renata melangkah mundur, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang membawa minuman.
Awww… ringis seorang wanita yang ada di belakangnya, Renata membalikkan tubuhnya dan menatap wanita yang nampak mengibas-ngibaskan gaunnya yang basah.
"Maaf, aku tidak sengaja,“ ucap Renata menangkupkan kedua tangannya.
Bagas yang ada di sampingnya ikut membungkuk, ia membantu Melinda membersihkan gaunnya.
"Lain kali hati-hati dong, kalau kayak gini bajuku basah," bentak Melinda.
"Sudah lah Mel, kan dia sudah minta maaf juga," timpal Bagas, ia paling tidak suka jika ada seseorang yang marah-marah dengan hal yang sepele.
Apa dia pacarnya pak Bagas, beruntung sekali punya pacar yang sangat baik, andaikan aku berada di posisi dia, pasti aku sangat bahagia.
Renata menghentikan angan-angannya dan berlari ke arah meja. Ia mengambil tisu lalu kembali dan membantu Melinda mengeringkan bajunya, meskipun tak seperti semula, setidaknya lumayan dibandingkan yang tadi.
Siapa dia, kenapa aku merasa dia tidak asing.
Meskipun hanya menatap bibir Renata di bawah lampu remang-remang, Bagas sedikit mengenal gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sumardani Yati Ori
no komen dah.....gregetan ma rena
2022-10-14
0
Anita_Kim
Akak.. Aku di sini..
2022-04-30
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
licik kali si Bagas
btw knp Sena benci sm Renata ya apa sblmnya antara mereka pernah kenal sblmnya
2022-04-11
0