12

Uang sudah didapatkan, Mansion sudah roboh dan mereka semua selamat tanpa ada korban jiwa. Satu orang saja yang mengalami luka serius yaitu Candra Patian seorang anggota baru. Selain dia mereka semua selamat dengan luka kecil untuk para Kroco dan untuk Leader dia dalam keadaan sehat tanpa luka.

Candra yang mengalami luka serius karena melawan Driverman dengan serius. Dia merupakan kunci penting dalam misi. Jika saja dia gagal menahan, maka para Kroco dan Transaksi batal. Dia harus melawan Driverman yang merupak superhero terkenal dan menjadi 10 besar pahlawan negara, dia pasti sangat kuat.

Sekarang dia dirawat di ruang kesehatan TPL, lengan kanan Candra adalah luka paling serius yang dialami Candra. Tulang hampir patah, tangan terasa mati rasa karena dipaksakan beradu tinju dengan Driverman. Kedua kaki menjadi luka parah kedua karena harus menopang tangan yang beradu tinju, kemudian kepala yang merupakan daerah fatal untung saja hanya memar biasa.

“Dia sudah membaik. Tinggal menunggu saja.” Ilmuwan yang mengecek keadaan Candra merasa yakin dengan ilmu dokternya.

“Apa kau yakin?” Sekretaris yang merasa perawatan ilmuwan tidak pantas disebut dokter.

“Soal itu. Sebenarnya tidak tahu juga. Diriku ini ilmuwan bukan dokter.”

“Apa kita harus mencari dokter untuk TPL? Oke kita bahas di rapat nanti.”

Candra yang tidak sadarkan diri ditidurkan di ranjang yang sama di rumah sakit. Kasur biru yang terbilang cukup empuk, tapi agak keras agar menjaga posisi tubuh Candra yang dibaringkan terasa begitu nyaman, tetapi luka pada tubuhnya membuat dia tidak bisa bangun sampai luka mulai menghilang.

“Apa kita membahas hasil rampasan sekarang juga?” Ilmuwan yang merasa harus menunggu Candra bangun untuk membahas hal tersebut.

“Niatnya ingin segera karena ingin mencari tahu Si putih, dan siapa Misterius tersebut.”

Sekretaris yang mengecek papan berisi berkas yang dibawa para 3 kroco yang berhasil membawa beberapa berkas tentang penelitian. Dia juga merasa bahwa Pria misterius dengan jubah hitam adalah salah satu ancaman bagi organisasi TPL.

“Mari tunggu saja. Kita juga harus membahas tentang Kekuatan armor tempur Candra.”

***

Misi yang selesai di sore hari dan mereka sudah berniat untuk pulang. Tetapi untuk beberapa orang tinggal di kantor. Mereka 3 Kroco, Leader, Sekretaris, Ilmuwan dan Candra yang tidak sadarkan diri.

Sinar mentari yang sudah berganti menjadi lemburan bulan yang indah dengan bintang-bintang yang menemani cahaya bulan yang lembut. Angin malam sudah menyentuh kulit setiap orang, dan rasa mengantuk juga sudah menjadi teman mereka. Jarum jam yang menunjuk angka 11 sudah memberi kabar bahwa sekarang mau merubah hari.

Candra yang terbaring di kasur mulai membuka mata dan melihat langit yang asing dimatanya. Cahaya lampu putih menusuk mata dan membuat dia berusaha melihat sekitar. Dia sadar bahwa ini bukan kamar, atau sebuah dunia setelah kematian. Ini adalah ruang kesehatan milik markas TPL.

“Kau akhirnya bangun juga. Anggota Baru,” Ilmuwan yang berdiri di depan kasur Candra.

“Ilmuwan? Kenapa kau disini.”

“Tentu saja penelitian.”

Ilmuwan terlihat masih menggunakan Jas lab andalan, rambut dia juga sangat berantakan dan kacamata cukup tebal terpasang miring.

“Ilmuwan kau kurang tidur?”

“Begitulah.”

Candra yang sadar melihat kantung mata milik Ilmuwan karena Kacamata Ilmuwan miring. Melihat dari kantung mata yang mulai menghitam dia berarti selalu begadang. Tetapi kemarin-kemarin Candra melihat ilmuwan dia tidak memiliki Kantung mata.

“Apa kau selalu memiliki kantung mata?”

“Sebenarnya begitu. Semacam alat make up buatan ku, benda ini bisa menghilang Kantung mata dengan sempurna. Pada dasarnya aku ini anggota penting disini harus menjaga image.”

“Kau memikirkan image juga kah.”

“Tidak, cuma menjijikan saja melihat kantung mata sendiri.”

Pembahasan hangat membuat Candra lebih tenang, dan Ilmuwan terasa tidak berat mengganggu soal hal pribadi. Mereka mulai membahas seperti kehidupan dibalik pekerjaan TPL. Candra yang dari dulu selalu berkerja untuk memenuhi kehidupan dirinya dan adik perempuannya yang masih bersekolah. Ilmuwan yang lebih fokus membuat peralatan untuk TPL dan membayar semua penelitian dengan uangnya sendiri dan satu-satunya uang berasal dari pekerjaan TPL.

“Entah kenapa ingin bertemu dengan Adik perempuan itu. Dia pasti sangat cantik kan.”

“Tentu. Dia adikku, dia merupakan perwujudan keimutan itu sendiri.”

“Dia bersekolah dimana?”

‘Sekolah Superpower Parigi.”

“Aku baru tahu soal sekolah Superpower, loh.”

“Sebenarnya baru tahu kalau dia di undang masuk.”

Mereka sama-sama baru mendengar tentang sekolah Superpower, tetapi Candra yang menyekolahkan adiknya disana sudah cukup mengenal dan tahu alamat sekolah.

“Candra, kau sudah bangun.” Sekretaris langsung masuk dan membawakan sekantong makanan bungkus.

“Akhirnya sampai juga.” Ilmuwan langsung mendatangi Sekretaris karena tidak sabar untuk makan.

Candra yang baru bangun berpikir tidak akan diberi makanan karena tidak memesan. Tetapi Sekretaris membawakan nasi yang dibungkus oleh kertas nasi yang coklat dan dibawa menggunakan katong putih yang transparan.

Ilmuwan yang membawa kedua kantong, pertama untuk dirinya dan kedua untuk Candra dibawa oleh dia dan tanpa ragu lemparan indah meluncurkan kantong berisi nasi santapan Candra.

“Woy.”

“Maaf-maaf.”

Candra langsung mencoba mengangkat tangan kanannya untuk menangkap nasi bungkus tersebut. Tetapi sebuah nyeri muncul, rasanya seperti otot dia putus ditarik sampai putus. Pada akhirnya dia tidak menangkap nasi dengan benar, sial nya malah menyentuh batang hidung Candra.

“Aaa.” Rasa sakit yang menusuk tangannya langsung muncul membuat tangan dia jatuh pada kasur.

“Hahaha.maaf sebaiknya kau hati-hati tangan belum sembuh.” Tawa kecil Ilmuwan.

“Sial. sebaiknya kau beri tahu lebih awal.”

“Padahal tanganmu, seharusnya kau lebih tahu dariku.” Sindir Ilmuwan.

“Kau, ini tidak memiliki kemanusian kah?”

“Tentu saja tidak, makanya diriku masuk organisasi jahat.”

Mereka mulai panas hanya karena nasi menyentuh kening.

“Ahhh kalian sangat berisik.”

Sekretaris tidak begitu membenci berisik karena Leader seorang yang berisik. Tetapi melihat pembicaraan panas mereka berdua membuat ingin menghentikan. Tentu karena ingin TPL ini tetap baik-baik tanpa ada kerenggangan sosial.

Meskipun Sekretaris berbicara dengan keras, mereka tidak pernah berhenti untuk saling sindir. Pada akhirnya Sekretaris menggunakan metode paksa. Menggunakan kekuatan telekinesis membuat makanan mereka masuk dalam mulut sampai keduanya tidak bicara lagi.

“Bisa diam tidak. Ilmuwan kau tahu bahwa Candra sedang terluka. Kalian ini rekan kerja loh.”

“Maaf.”

‘Kau juga Candra, kau sedang sakit. Jangan memaksakan diri.”

“Baiklah.”

Sebenarnya jawaban mereka tidak jelas karena mulut mereka berisi nasi bungkus yang dipaksa masuk pada mulut. Anggap saja jawaban tadi adalah jawaban dari hati mereka.

“Dari pada kalian bertengkar terus. Kenapa Ilmuwan tidak suapi saja Candra.”

“Ehhh. Enggak mau.”

“Terima kasih, atas sarannya tapi bisa sendiri kok.”

“Begitukah. Setidaknya lebih buka kan nasi Bungkusnya.”

Sekretaris tanpa pikir panjang langsung pergi membiarkan mereka berdua untuk saling meminta maaf.

Pada dasarnya Ilmuwan penurut pada Sekretaris karena selalu dibantu olehnya. Selama permintaan Sekretaris dia akan menurutinya. Maka dari dia membantu membuka kan nasi milik Candra pada piring dan menyimpan piring pada meja dengan kasur.

“Terima kasih.”

“Soal itu gampang. Tetapi besok kita perlu bicara.” Tatapan serius Ilmuwan terhadap Candra bukan main.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!