7

Berita memanas tentang TPL. Kejadian perampokan membuat nama TPL makin melonjak, bukan karena dia berhasil merampok bank melainkan mereka berhasil menghentikan perampokan bank yang sedang terjadi. Masyarakat memberi label bahwa TPL adalah pihak abu-abu karena mereka menyelamatkan masyarakat, tetapi tetap melakukan penyerangan.

Berita tentang TPL bukan hanya tentang posisi penjahat, melainkan tentang betapa kuatnya anggota TPL, dan bahkan mereka tahu-tahu sudah mengalahkan banyak pahlawan. Mereka mengalahkan pahlawan rookie yang sedang naik daun karena berhasil mengalahkan banyak penjahat, tetapi TPL berhasil menjatuhkan mereka.

Ketika berita panas tentang TPL sedang panas. Mereka para TPL terlihat sangat tenang menikmati hari kerja mereka yang sangat tenang dan nyama. Para Kroco menggunakan kostum mereka untuk melakukan pekerjaan kuli dengan wajah gembira dan menyenangkan.

Mereka memisahkan kerikil  yang terdapat pada pasir menggunakan ala kuli yang sering dilihat, sekop cangkul yang terbuat dari bahan yang sangat mahal karena bahan untuk cangkul sama dengan bahan untuk membuat armor tempur mereka. 

Selain memisahkan batu mereka juga menghadapi debu dari bahan banguna yang merekatkan batu bata dengan batu bata lain. Pengadukan yang sangat indah membuat semua orang ingin melakukan yang sama, mereka yang seharusnya berat, menjadi sangat ringan karena menggunakan armor tempur.

‘Lalala.”

“Yeahh.”

Mereka terlihat sangat senang menikmati kegiatan kecil ini. Bukan hanya para kroco yang sibuk mengaduk dan memisahkan tanah. Leader juga sangat antusias dengan kegiatan menempelkan semen yang pada lantai atas. Dia tidak memerlukan tangga atau semacam alat untuk naik, dia hanya perlu kekuatan kaca pelindungnya dan membuat dirinya terbang ke lantai dua.

‘Bersabarlah Leader Camp, kami akan membuatmu indah kembali.” ucapan antusias Leader ketika menempelkan adonan semen pada tembok markas TPL.

“Leader, kerja yang benar. Jika sudah ditempelkan buat rata dengan kekuatanmu.” Ucap Wakil Leader dengan nada serius

Ember-ember berisi adonan semen melayang sekitar Wakil Leader. Ember tersebut langsung terbang paa Leader ketika Leader mengangkat tangan dan berkata.

“Adonan lagi.”

“Baik.”

Pemandangan yang sangat indah untuk kelompok penjahat yang melakukan pekerjaan kuli dengan armor tempur mereka masing. 

Mereka semua benar-benar kegiatan kuli tidak lupa dengan Candra dan Ilmuwan. Candra yang menggunakan kostum fokus pada mengaduk Adonan dan membawa adonan, kemudian untuk Ilmuwan dia orang yang menempelkan adonan pada dinding, dia mendapatkan bagian itu karena dia bisa menggunakan hoverboard untuk menjangkau yang lebih tinggi.

Waktu berlalu sangat cepat dan sekarang mentari sudah mulai tenggelam, dan jarum pendek pada jam sudah mengarah pada angka 4.  Semua orang juga sudah mulai duduk melihat mentari yang sudah menjadi orange segar. Udara yang terhirup mulai menusuk hidung membawa angin malam.

“Terkadang menikmati pekerjaan kuli nikmat juga.”

“Iya. bisa bebas dari misi yang bisa membuat kita terbunuh.”

“Akhirnya selesai juga. Mau minum?”

Ucap para pasukan Kroco yang duduk menghadap sungai dengan pantulan mentari yang sangat indah. Terkadang mereka bisa melihat ikan yang melompat dari sungai menunjukan tanda kehidupan mereka. 

“Sisa gaji sepertinya akan ku belikan pancingan.”

“Ahh. benar sekali, menikmati sore dengan memancing pasti menyenangkan.”

“Nanti ikannya kita bisa masak.”

Mereka terus melanjutkan pembicaraan hangat mereka. Para pasukan TPL seperti Ilmuwan sudah pulang menuju rumahnya, dan Candra juga sudah pulang karena tidak ada kegiatan. Tersisa hanya 3 Kroco penikmat senja depan sungai, Leader dan wakil Leader.

“Kalian bertiga, yang tinggal asrama TPL kan?” Wakil Leader datang pada mereka.

Wakil leader yang terlihat sangat berantakan. Dia kerja menggunakan kostume penjahnya, tetapi melihat kostum penjahat dengan noda adukan semen, dan tanah membuat kesan jahatnya berkurang dan malah terlihat seperti orang cosplay saja.

“Kami banyak sisa makanan. Apa mau ikut?”

Mereka semua langsung menentukan jawaban dengan bulat.

“Mau.” Teriakan mereka sangat keras dan bahkan bisa sampai melewati jembatan.

“Baik, kalau mau pergi saja ke ruangan rapat.”

“Terima kasih.|

*******

Seorang gadis dengan rambut berantakan yang pengembanganya ditahan karena baru saja dirapihkan oleh sisir. Dia gadis terlihat culun karena menggunakan kacamata cukup tebal, tetapi tidak begitu besar hanya menutupi mata saja tidak sampai memenuhi wajah. Ciri khas dari dia adalah jas Lab putih yang pada sakunya berisi banyak pulpen, dan pada saku satunya terdapat HP.

Melangkah pada sebuah rumah makan padang dengan maksud memberi jatah makan untuk malam ini. Senyuman puas ketika pesanan datang, aroma dari rendang membuat hidung bergetar tidak tahan untuk mencoba rendang tersebut, Cairan dari mulut mulai menetes karena rasa lapar yang sudah tidak bisa ditahan

“Yosh. malam ini makan enak.”

Dia masuk pada gang sempit yang seharusnya tidak dilalui oleh gadis. Bukan hanya kotor dari sampah non organik, sampah organik yang berbicarapun ada dan dia malah mencoba menggoda gadis tersebut.

Sampah organik tersebut terus memaksa sang gadis untuk melakukan tidak benar. Mereka bahkan mulai menggunakan otot mereka, tanpa menyadari siapa gadis yang mereka hadapi.

“Ayolah, cuma sebentar.”

“Heii. Cuma sebentar.”

Gadis tersebut mulai mengeluarkan senyuman gila yang biasa dia gunakan untuk menjadi penjahat. Tangan dia juga mulai masuk pada saku yang menyimpan pulpen dan bersiap tindakan yang berbahaya. 

“Sehabis kekalahan, malah melihat seperti ini. Hari yang sial.” Suara yang tidak asing bagi si gadis.

Gadis tersebut sangat mengenal suara tersebut, dan bahkan ketika melihat wajah dia sangat kenal. Wajah yang cukup disebut muda tapi memiliki kesan seorang orang tua karena memiliki kebijaksanaan, mata yang tajam bisa membuat orang panik, dan memiliki kumis dan jenggot yang pendek sehabis dicukur.

Dalam ucapan gadis tersebut berkata.

“Aksaralima.”

“Om jangan ganggu kami.”

“Kau tahu, gadis itu tidak suka.”

“Dia hampir setuju loh.”

“Kau berusaha menipunya. Aku bisa melihat itu.” pada tangan Aksaralima tanpa kostum pahlawan langsung mengeluarkan pola sihir.

Para sampah Organik langsung mengarahkan tinju pada Aksralima. Mereka memang sampah yang tidak tahu siapa yang mereka lawan, mereka juga hanya akan berakhir dalam hitungan detik.

Tepat mereka sebelum mereka menerjang pukulan, tangan mereka langung ditahan oleh sebuah rantai sihir dengan warna hijau yang menempel pada tanah.

“Sihir. Jangan bilang kau ini penyihir.”

“Benar.” Jawaban singkat dari Aksaralima,”Perlawanan kalian percuma.”

“Benar begitu?” 

Rontaan yang sangat keras dari mereka membuat Aksralima menggunakan metode yang cukup ekstrim. Dia langsung menggunakan sihir untuk menutup kepala mereka dan membuat mereka tidak sadarkan diri.

“Kau yang disana tidak apa-apa.”

“Terima kasih, tidak masalah kok.”

“Ketua, pergi kemana?” teriakan seorang gadis yang tidak asing juga.

“Gadis Jetpack, jangan berteriak. Nanti saya segera kembali,” jawaban singkat dari Aksaralima,”Saya harus pergi, sebaiknya seorang gadis jangan melewati gang ini, apalagi sendiri.”

“Terima kasih atas sarannya.”

Aksralima langsung pergi tanpa menggunakan sihir, dan membiarkan para korban untuk tidak sadarkan diri dan kepalanya yang dikurung oleh sebuah sihir milik Aksaralima.

“Apa salahnya lewat sini. Aku ini kuat dan melawan preman rendahan seperti mereka sangat mudah.” gadis tersebut langsung mengeluarkan kalimat kesalnya dengan lepas.

Walaupun sudah diperintahkan oleh Aksralima, gadis tersebut tetap melewati gang tersebut. Ketika mulai jauh dari jalan tersbuka, dia langsung mengeluarkan senyuman menjijikkan dan berkata.

“Aksaralima, aku penasaran dengan sihirmu.” 

***

Di pojok lain Candra yang baru saja memasang papan tandan tangan milik Aksralima pada sebuah dinding koleksi tanda tangan, langsung berlutuk menghadap pada kumpulan tanda tangan.

“Akhirnya. Seri Pahlawan sihir Top ku sudah lengkap.”

Tidak dalam hitungan detik, dia langsung berteriak sekencang-kencangnya dan membuat seluruh ruangan bergetar akan teriakan dia, untung saja kamar milik Candra kedap suara.

“Sekarang tinggal, membeli action Figure Aksaralima.”

Tatapan Candra langsung melihat lemari kaca yang penuh dengan Action figure, Nendoroid, dan bahkan mainan Superhero terkumpul indah, dan disusun dengan sangat rapi. 

“Waktunya makan.”

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!