"Aku hanya ke danau angsa putih tadi. Tidak ke tempat yang lain." Aku menceritakan padanya.
"Lama sekali. Sampai dua jam lamanya." Dia memberi tahu spesifik waktu aku pergi.
"Dua jam?!" Aku melepas pelukannya.
Dia mengangguk. "Aku tidak bisa jauh darimu, Ara." Raut wajahnya menyiratkan keinginan besar untuk selalu bersamaku.
Rain ....
Saat itu juga kusadari jika diri ini lebih sayang kepadanya dibanding dengan Cloud. Tapi, keputusan telah ditetapkan. Aku juga tidak bisa menarik ucapan. Keduanya akan menjadi suamiku kelak. Saat ini aku hanya bisa berdoa semoga kehidupan kami bahagia selamanya.
Jika di hadapanku, Rain bukanlah seperti panglima tinggi istana. Dia seperti pria pada umumnya yang ingin disayang oleh kekasihnya. Dia juga terkadang manja tanpa malu-malu lagi padaku. Maklum, satu putaran matahari telah kami lalui bersama di sini. Kami sudah dekat, dan bahkan mungkin sudah sangat dekat. Sepertinya memang tidak perlu ada lagi yang ditutup-tutupi. Kami juga sudah sama-sama dewasa dalam mengolah masalah.
"Maaf. Aku tidak ingat waktu saat berada di danau." Aku memasang wajah menyesal di hadapannya.
Dia tersenyum lalu mengusap pipiku ini. "Dasar Chubby! Kau membuatku khawatir, tahu! Bagaimana? Black menjagamu dengan baik, bukan?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk. "Eh, iya! Aku mau tanya tentang sistem keamanan Angkasa terhadap wisatawan asing di negeri ini. Apakah mereka melalui pemeriksaan khusus?" Aku teringat hal yang mengganjal pikiranku.
"Kau ingin tahu?" tanyanya.
"He-em." Aku mengangguk.
Sungguh aku khawatir dengan pria yang kutemui di danau. Aku khawatir dia ada sangkut-pautnya dengan jatuh sakitnya raja. Karena kulihat dia bukanlah orang biasa. Dia seperti prajurit tinggi yang mempunyai keahlian. Bisa saja dia juga mempunyai kekuatan supernatural yang tidak diketahui orang lain. Seperti kataku tadi, tampak luar belum tentu sama dengan tampak dalam. Jadi harus tetap berhati-hati.
"Memangnya kenapa Ara?" Dia balik bertanya padaku, seperti mulai curiga.
Aku tersenyum padanya, mencoba menutupi hal yang kutemui di danau tadi. Karena tidak mungkin terang-terangan bilang padanya jika aku menemui orang asing. Toh, pria bernama Xi itu belum dapat dipastikan jika dia berniat jahat pada Angkasa. Dia bilang hanya sekedar mengunjungi destinasi wisata yang ada di sini. Dan karena aku tahu benar bagaimana sifat Rain, jadinya harus hati-hati berbicara padanya. Jangan sampai dia mengira aku menemui seseorang yang dicurigai. Karena bisa saja dia langsung bertindak tanpa permisi.
"Em, tidak. Aku hanya ingin tahu saja. Bukankah Angkasa sudah membuka pintu wisatawannya?" Aku mencoba mengalihkan keingintahuannya.
"Em, ya. Benar." Dia mengangguk. "Tapi sebelum sampai ke pusat kota, mereka harus melalui beberapa tahap pemeriksaan." Rain menuturkannya.
"Oh ... begitu ...." Aku pun mengangguk-angguk.
"Tapi tidak tahu jika mereka bisa menghipnotis para penjaga pos keamanan. Itu lain lagi ceritanya," kata Rain yang membuatku terkejut seketika.
Astaga! Kenapa tidak terpikirkan olehku?!
Benar apa yang Rain katakan. Jika orang biasa, pastinya akan sulit melewati banyak pos penjaga untuk sampai bisa ke ibu kota. Tapi jika wisatawan itu mempunyai sihir, mereka bisa dengan mudah melewati penjaga yang ada di negeri ini. Tinggal membaca mantra, para penjaga pun mengangguk dan mengiyakan semua perkataan mereka. Ini bisa jadi boomerang bagi Angkasa jika hal itu sampai terjadi. Tapi, semoga saja tidak.
"Kenapa, Ara? Kau terlihat serius sekali." Rain menarik wajahku dengan jari telunjuknya. Kami pun akhirnya berdiri berhadapan dekat sekali.
Rain ....
Saat itu juga kulihat jelas paras tampannya. Pria bertubuh atletis ini tampak memukau pandanganku. Rasanya tidak perlu mencari yang lain lagi. Dia sudah mencukupi.
"Ehem!" Aku pun berdehem untuk mengalihkan situasi yang terlalu dekat ini. "Tabib senior sudah datang, kan? Aku ingin menemuinya." Kuajukan pertanyaan untuk mengalihkan situasi.
"Oh, iya." Rain pun tersadar. "Dia sudah datang. Baru saja. Apa kita segera menemuinya?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk. "Ada hal yang ingin kutanyakan padanya. Ayo, Pangeran!"
Aku pun menggandeng tangannya agar melangkah bersamaku. Saat itu juga dia terperanjat dengan kata panggilanku. Sambil berjalan dia mengusap kepalaku dengan rasa sayangnya. Aku pun merebahkan kepala ini di lengan kekarnya. Rain begitu berarti untukku.
Baiklah. Setelah menemui tabib senior, sepertinya aku tahu hal apa yang harus kulakukan. Semoga saja bisa cepat sebelum waktunya habis. Ya Tuhan, bantulah kami.
Lantas aku pun berdoa kepada Sang Pencipta agar memberiku jalan untuk menolong sang raja. Semoga saja langkah yang kuambil ini tidak salah untuk ke depannya. Jika memang harus pergi ke Arthemis untuk mengambil bunganya, aku rela. Tentunya dengan keamanan dan penjagaan ketat dari Angkasa.
Di ruang tamu kerajaan, lantai tiga istana...
Sore ini aku duduk di ruang tamu kerajaan yang berada di lantai tiga istana. Sebuah ruangan yang dipenuhi dengan perabotan mahal dan juga mewah. Beberapa di antaranya ada yang terlapisi emas asli. Seperti piala, piagam dan lain sebagainya. Dan kini aku sedang membuka percakapan mengenai kondisi terakhir dari Raja Angkasa. Siapa lagi kalau bukan ayah kandung dari kedua pangeranku, Raja Sky.
"Kami sudah mencoba untuk mengeluarkan semua racun dari tubuh baginda, Nona. Seluruh tenaga juga telah dikerahkan agar Yang Mulia segera tersadarkan. Tapi sepertinya racun itu cepat bekerja dan menyebar ke seluruh tubuh."
Tabib paling senior di istana ini menuturkan. Usianya bisa dibilang paling tua di antara tabib lainnya. Mungkin sekitar lima sampai enam puluh tahun. Dia juga sudah beruban. Namun, bisa dibilang tubuhnya masih bugar.
"Apakah hanya bunga malaikat saja yang bisa menyelamatkan Yang Mulia?" tanyaku segera.
Aku duduk di sisi kiri Rain sambil mencoba menanyakan perihal yang diderita raja saat ini. Dan ternyata diagnosa penyakitnya masih sama. Raja keracunan setelah meminum teh yang diberikan oleh pelayan. Namun sayangnya, tidak ada satupun pelayan yang mengaku memberi teh itu kepada raja. Sehingga hal ini terasa aneh sekali.
"Benar, Nona. Biji dari bunga itu nanti akan kami tumbuk lalu dipaksakan masuk ke perut baginda. Setelahnya kita akan menunggu reaksi dari tubuh baginda sendiri. Mungkin dibutuhkan satu harian penuh untuk mendapatkan jawabannya. Dan kami akan berjaga sepenuhnya sampai baginda raja tersadarkan." Tabib itu menuturkan kembali.
Tiba-tiba aku teringat dengan bekam yang pernah kulakukan dulu pada Raja Asia. Mungkin saja bisa membantu untuk mengeluarkan sebagian racunnya. Ya, paling tidak bisa memperpanjang usia pencarian obat, tidak tujuh hari seperti sekarang. Tapi masalahnya, apakah ratu akan setuju dengan hal yang kulakukan ini? Aku khawatir dia malah mengira aku ingin membahayakan raja. Tahu sendiri jika orang sudah benci, apa saja jadi salah di matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elder FR
nmanya beda2 yak tor🤔
2022-07-25
0
Rain4ever
coba ara, siapa tau bisa
2022-07-17
0