Kami kemudian melangkahkan kaki bersama menuju belakang istana. Tidak terlalu jauh dari kediamannya ini. Sepanjang perjalanan kami pun berpegangan tangan dengan mesra. Saat itu juga rasa sedih kembali menyelimuti hatiku. Sungguh aku tidak ingin ditinggalkan olehnya. Aku ingin selalu bersamanya dalam suka maupun duka.
Sesampainya di belakang istana, Rain segera bersiul. Tak lama kemudian Black pun datang dengan cepat ke arah kami. Kuda hitamnya itu sudah sangat terlatih dan dekat sekali dengannya. Rain pun memintaku untuk duduk di depannya. Kami menaiki kuda hitamnya menuju kebun binatang, tempat di mana burung Garuda dilatih mengirim pesan. Aku pun menikmati perjalanan ini bersamanya.
Di perjalanan...
Sepanjang perjalanan aku meminta Rain agar memelukku dari belakang. Kurasakan hangat tubuhnya membalut tubuhku ini. Kunikmati belaian lembutnya yang menyentuh rambutku. Aku merasa amat disayang olehnya. Kuhirup dalam-dalam aroma parfumnya yang memabukkan. Aku merasa akan merindukan saat-saat seperti ini bersamanya. Aku tak sanggup jika harus berpisah lama dengannya.
"Ara ...." Dia menyebut namaku sambil melajukan kudanya.
"Ya?" Aku pun menoleh ke arahnya.
"Aku mencintaimu," katanya lalu mencium pipiku ini.
Saat itu juga air mataku serasa ingin tumpah dari lumbungnya. Tapi aku berusaha tegar menghadapi kenyataan. Rainku bukanlah seorang pekerja kantoran yang bisa pulang di setiap harinya. Dia adalah seorang tentara yang bertanggung jawab terhadap negerinya. Jika sudah pergi bertugas, hanya doa yang bisa kupanjatkan agar dia bisa kembali dengan selamat. Karena medan perang tidak akan ada yang tahu bagaimana akhirnya. Dan aku juga tidak bisa menyesali pekerjaannya. Aku hanya bisa pasrah sambil terus berdoa kepada Tuhan. Semoga Rainku selalu selamat di setiap kesempatan.
"Aku juga mencintaimu, Rain. Cepatlah pulang agar kita bisa segera bercocok tanam." Aku mencandainya.
Rain kemudian menggigit telingaku. Gigitan kecil yang terasa sampai ke hati ini. Dia begitu sayang dan juga gemas padaku. Dan mungkin hanya akulah satu-satunya gadis yang tahu persis bagaimana sifat aslinya. Rain itu mesum sekali.
"Ara, kita sedang di atas kuda. Nanti Black risih jika ada tegangan tinggi di sini," katanya yang membuatku tertawa seketika.
"Hahahaha. Kau bisa saja." Aku pun mengusap wajahnya dari depan.
Kuakui jika Rain memang yang terbaik. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Cloud yang telah banyak berjasa untukku. Mungkin memang sudah suratan jika aku harus memiliki dua orang suami. Jadi ya sudah. Jalani saja yang ada.
Satu jam kemudian...
Beberapa menit setelah sampai di kebun binatang, aku melihat Green segera menyambut kedatanganku. Kuda hijau itu berlari ke arahku begitu kami tiba di padang rumput ini. Tempat di mana kuda-kuda istana dibiarkan bebas mencari rumput dan berkoloni. Aku pun mengusap kepala Green sambil membisikkan sesuatu kepadanya. Green juga meringkik, seolah mengerti akan perkataanku. Kuda hijauku akhirnya bermain bersama kuda hitam milik Rain. Mereka berjalan bersama menuju kelompok kuda yang ada di tengah padang rumput. Sedang kami...
"Sayang."
"Hm?"
"Kau masih ingat apa yang kita lakukan di gubuk ini?" tanyanya padaku.
Kini kami sedang duduk di gubuk tempat mengawasi kuda-kuda yang dibiarkan bebas. Di sini juga kami pernah menuai cerita bersama. Di mana aku berteduh bersamanya saat dia baru pulang ke istana, selepas melihat perbatasan waktu itu. Tentunya aku tidak akan pernah melupakan hal apapun yang pernah terjadi di antara kami. Sekecil apapun kenangan yang tercipta, bagiku amatlah berharga.
"Kau menginginkannya, Sayang?" tanyaku manja.
Aku sengaja bertingkah lucu di hadapannya agar dia tidak merasakan kesedihan yang sedang melanda hatiku. Kulihat dia juga tersenyum sambil menundukkan wajahnya. Lalu kemudian...
"Rain!"
Dia menarikku agar lebih dekat dengannya. Dia pun memperhatikan setiap apa yang ada di wajahku ini. Dan entah mengapa wajahnya semakin dekat saja dengan wajahku.
"Kau ini menggemaskan, Ara." Dia ternyata menggigit pipiku.
"Rain, kau ini nakal sekali!" Kupukul dan kucubit lengannya.
"Hahaha. Biar saja. Aku ini akan menjadi suamimu. Dan kau..." Dia mencolek hidungku. "...akan menjadi istri dan ibu dari anak-anakku." Dengan mudahnya dia berkata seperti itu.
Rain ... bagaimana jika kutunjukkan rasa sedihku. Apa kau akan seperti semalam?
Sebisa mungkin aku menutupi kesedihan karena akan ditinggalkannya. Aku pun tersenyum lalu mencium pipinya. Sungguh aku tidak sanggup jika harus lama-lama berpisah dengannya. Bagaimanapun kenanganku bersama Rain jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan Cloud. Rain begitu berarti dalam hidupku.
"Ara, kita ke tengah padang rumput saja." Dia mengajak ku saat rasa sedih ini mulai melanda hatiku.
"Mau ngapain?" Aku mengikutinya beranjak dari gubuk.
"Kita bersenang-senang," jawabnya seraya tersenyum padaku.
Rain mengulurkan tangannya padaku. Aku pun menyambutnya seraya tersenyum. Kami kemudian berlari bersama menuju padang rumput yang luas ini. Entah mengapa aku merasa bahagia sekali. Dan aku tidak ingin kebahagiaan ini cepat berakhir. Bersamanya telah kulewati satu putaran matahari, waktu dunia ini. Dan tidak mudah bagiku untuk melupakan semua kenangan indah itu. Aku ingin selalu bersama Rainku.
Rain, terima kasih. Terima kasih atas segala hal yang telah kau berikan untukku. Aku tidak bisa membalasnya. Hanya doa yang mampu kupanjatkan untukmu. Cepatlah kembali nanti. Aku mencintaimu.
Hari ini aku hanya bisa menuruti semua keinginannya. Dia mengajakku bermain di tengah padang rumput bersama kuda-kuda milik istana. Aku pun memenuhinya. Mungkin dia juga tidak ingin merasa sedih karena keberangkatannya tinggal menghitung hari. Ya, sudah. Akhirnya kami pun menghabiskan waktu bersama di kebun binatang ini. Menyingkirkan rasa sedih dan menikmati indahnya kebersamaan yang belum tentu bisa terulang kembali.
Beberapa jam kemudian...
Canda tawa menghiasi hari ini. Rain benar-benar membuatku lupa dengan rasa sedihku. Dia memelukku dari belakang lalu memutar tubuhku di tengah padang rumput yang luas. Sampai-sampai aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Dia begitu kuat untuk kulawan. Tenaganya memang tidak ada duanya.
Kini dia mengajak ku pergi ke bukit pohon surga selepas makan siang bersama di pelataran kebun binatang istana. Dan kini aku baru saja sampai di bukit penuh cerita. Tempat di mana satu pohon tin besar berada dan tumbuh dengan rimbunnya.
Masih teringat jelas bagaimana pertama kali menginjakkan kaki ke bukit ini. Di mana saat itu aku terjatuh di atas tubuh Cloud. Aku masih bisa merasakan getaran aneh pada tubuhku saat pertama kali bersentuhan dengan seorang pria. Dan Cloud lah pria itu. Seiring berjalannya waktu, aku pun bisa mengenal Rain walaupun awalnya pertemuan kami sangat menjengkelkan sekali. Sampai sekarang aku masih tidak percaya jika kami bisa sedekat ini. Seperti mimpi saja.
Sekarang aku tengah bergandengan tangan bersama Rain menuju ke pohon surga. Sesampainya kami pun segera merebahkan diri di atas rerumputan sambil menikmati langit yang cerah. Dan karena pohonnya rindang, kami tidak merasa kepanasan ataupun silau saat melihat matahari. Pohon ini seperti melindungi kami dengan dedaunannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Rain4ever
aku lebih setuju rain sama ara kak otor
2022-02-25
0
Elder FR
bener2 lanjutan🤣🤣🤣
2022-02-24
0
Elder FR
lanjuttttt,,
2022-02-24
0