Ratu berjalan melewatiku yang berdiri di sisi koridor lantai tiga ini. Aku pun terus menebarkan senyuman untuknya. Tetapi entah mengapa, ratu hanya melirik sesaat ke arahku dengan tatapan sinisnya. Dia terus berjalan melewatiku tanpa bertegur sapa sama sekali. Membuatku harus menelan kenyataan pahit ini.
Err ... sepertinya ada sesuatu yang tak beres.
Aku pikir sebagai calon ibu mertua akan membalas salam dan senyumku. Tetapi nyatanya, ratu berjalan begitu saja saat melewatiku. Padahal aku sudah tersenyum semringah kepadanya. Entah kesalahan apa yang telah kuperbuat padanya.
Sejak kemarin, baru kali ini aku melihat ratu. Entah di mana gerangan dirinya berada saat kami panik dengan keadaan raja. Ingin menanyakannya secara langsung juga tidak mungkin, karena hanya akan memicu persoalan. Toh, aku juga belum resmi menjadi menantunya, tidak punya landasan yang kuat untuk menanyakan hal itu. Jika sudah resmi pun apa urusanku?
Hah ... ya sudahlah.
Lantas karena tidak ingin ambil pusing, aku ikut saja dengan rombongannya. Aku berjalan di belakang ratu sambil melirik ke arah kanan dan kiri. Ya, anggap saja menghilangkan rasa sedihku.
Ara, bersemangatlah. Jangan terlalu ambil pusing.
Kuteruskan langkah kaki ini menuju lantai dua istana. Pagi ini aku berniat menemui Menteri Luar Negeri Angkasa. Semoga saja ada sesuatu yang bisa kutemukan di sana. Aku harap bisa membantu Rain dalam menemukan siapa pelaku yang meracuni raja.
Tiga puluh menit kemudian...
Aku berpisah jalan dengan ratu dan rombongan pelayannya. Dan kini sudah sampai di depan pintu ruang kerja Tuan Shane, Menteri Luar Negeri Angkasa. Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya, perihal negeri di barat Angkasa. Semoga saja dia bisa memberiku klue atas hal yang terjadi di istana.
"Tuan." Aku mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!" Dia pun mempersilakanku masuk.
Aku segera membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangannya. Saat itu juga dia terkejut melihatku. "Nona Ara?" Sepertinya dia juga baru sampai di istana ini.
"Tuan, maaf. Pagi-pagi telah mengganggumu." Aku berbasa-basi sebentar kepadanya.
"Oh, tak apa Nona. Silakan."
Dia berdiri menyambut kedatanganku lalu mempersilakanku duduk. Ruang kerjanya tampak bersih dan juga wangi sekali. Sepertinya baru saja selesai dibersihkan oleh pelayan istana.
"Em, begini. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan berkenaan dengan luar negeri Angkasa." Aku mulai memasuki pembicaraan seraya duduk.
"Silakan, Nona. Kebetulan sekali hari ini tidak terlalu banyak surat yang masuk dari luar negeri. Saya jadi mempunyai lebih banyak waktu." Dia tidak keberatan dengan maksud kedatanganku.
Aku mengambil napas dalam lalu mulai memperhatikan peta yang ada di belakangnya. "Tuan, kulihat ada negeri di barat Angkasa. Apakah di antara negeri-negeri itu ada yang memiliki permasalahan dengan negeri ini?" tanyaku ingin tahu.
Sontak saat itu juga kulihat Tuan Shane terkejut dengan pertanyaanku, entah mengapa. "Em, Nona. Apakah ada hal yang ingin Nona ketahui?" Dia tampak ragu untuk langsung memberi tahuku.
Aku mengangguk. "Aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan paduka raja. Tapi aku merasa ada keterkaitannya dengan salah satu negeri di barat Angkasa. Ini hanya sebatas dugaanku. Aku ingin mengetahuinya lebih lanjut sebelum melangkah terlalu jauh dengan dugaanku." Aku menjelaskan padanya.
Tuan Shane menggabungkan kedua tangannya. Dia menghela napas berat. Sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi dengan salah satu negeri itu.
"Saya rasa Nona benar-benar memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap keadaan sekitar. Saya tidak menyangka Nona dapat menduganya." Dia berkata seperti itu padaku.
Aku tersenyum padanya. "Ini hanya kebetulan, Tuan Shane. Aku hanya sekedar ingin membantu. Kali-kali saja bisa membantu menemukan inti permasalahan dari jatuh sakitnya raja." Aku menjelaskan padanya.
Menteri Luar Negeri Angkasa itu mengangguk-angguk seperti mengerti dengan maksudku. "Nona benar. Ada salah satu negeri di barat Angkasa yang memang memiliki hubungan kurang baik dengan negeri ini." Dia membenarkan perkataanku.
"Ap-apa?!" Saat itu juga aku terkejut.
"Arthemis. Negeri itu bernama Arthemis yang mana merupakan negeri besar. Dia memiliki kekayaan alam di bidang pertambangannya. Dia adalah negara penghasil emas terbesar ke dua di dunia. Namun, dia kurang menyukai jika posisinya digeser oleh negeri lain." Tuan Shane menuturkan padaku.
Pria yang hampir seumuran dengan raja itu menuturkan sesuatu yang membenarkan dugaanku. Kemungkinan besar ada keterkaitannya dengan gagak hitam itu, yang seolah memberi tanda padaku agar segera mencari tahu ada apa di barat Angkasa. Dan ternyata aku mendapatkan jawabannya.
"Arthemis ingin menjadi negeri penghasil emas terbesar dengan mempekerjakan lebih banyak penduduknya. Tanpa peduli risiko dari pertambangan tersebut. Mereka sangat berambisi untuk menjadi negara terkaya di dunia yang mana keputusan itu tidak disukai oleh putra mahkotanya sendiri." Tuan Shane menuturkan lagi.
Negeri penghasil emas terbesar?! "Itu berarti putra mahkota negeri tersebut menolak titah sang raja?" tanyaku memastikan.
Tuan Shane mengangguk. "Benar. Di dalam kerajaan mereka terjadi pergolakan antara ayah dan anak. Sehingga putra mahkota sering kali tidak berada di istana," jelasnya.
Oh, jadi begitu ....
Aku pun mencoba mengaitkan hal ini dengan Angkasa. Tapi Angkasa bukanlah negeri yang hidup dari sektor pertambangan. Melainkan dari pertanian dan juga peternakannya. Bagaimana bisa Arthemis tidak menyukai Angkasa? Angkasa sama sekali tidak berniat untuk menyaingi Arthemis dari sektor pertambangan.
"Lalu apa sebelumnya kita pernah berselisih pendapat dengan mereka?" tanyaku lagi.
Tuan Shane mengambil peta dunia kecil. Dia menghamparkannya di atas meja. Aku pun melihat jika negeri itu tidak terlalu jauh dari Angkasa. Mungkin jika di duniaku jaraknya sekitar Sumatera dan Malaysia. Tapi Arthemis memiliki luas wilayah seperti Filipina. Dia banyak sekali mempunyai pulau-pulau kecil di sekitarnya.
"Mungkin tidak dengan raja Sky, Nona. Mungkin dengan mendiang raja. Saya sempat pernah mendengar terjadi perseteruan antara mendiang raja dan raja sebelumnya." Tuan Shane kembali mengungkapkan.
Perseteruan??? "Itu berarti raja terdahulu Arthemis masih hidup?" tanyaku lagi.
"Ya. Itu benar. Pemerintahan Arthemis masih ikut ditangani oleh raja terdahulu walaupun tidak langsung. Hal itulah yang membuat putra mahkotanya sering berkelana karena tidak suka berada di istana." Dia mengungkapkan lagi.
Aku termenung, mencoba mengaitkan masalah ini dengan burung gagak yang kulihat pergi ke arah barat Angkasa. Apakah benar ada hubungannya dengan negeri itu atau tidak. Jika benar, berarti perseteruan yang pernah terjadi pada raja terdahulu penyebab utama raja jatuh sakit. Tapi, apakah burung gagak itu yang meracuni raja? Rasanya tidak mungkin. Pastinya ada orang dari negeri itu yang masuk ke istana ini. Tapi siapa? Dan bagaimana bisa?
"Permisi Tuan Shane!" Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu ruangan dari luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elder FR
maknya rain parah😬😬😬
2022-07-25
0
Rain4ever
bau bau cinta baru
2022-07-17
0