Sore harinya...
Kami akhirnya memutuskan pulang setelah matahari semakin condong ke arah barat. Kami juga membawa beberapa buah surga sebagai buah tangan ke istana. Rasa buah surga ini memang tidak pernah berubah sejak awal aku mencicipinya. Manis sekali dan juga begitu lezat. Sampai-sampai aku dan Rain habis lima buah saat makan bersama. Perut kami pun kenyang karenanya.
Kini aku sedang dalam perjalanan pulang ke istana. Menuruni bukit pohon surga, melewati hutan yang ada di sekelilingnya, hingga sampai di sepertiga jalan menuju istana. Rasanya waktu begitu cepat berlalu jika bersama Rain. Kami pun membuat kenangan indah dengan menciptakan canda dan tawa. Sampai aku lupa jika sebentar lagi kami akan berpisah.
Sungguh berat rasanya berpisah dengan orang yang disayangi. Begitu juga dengan hal yang kurasakan saat ini. Tapi, aku tidak bisa mengungkapkan karena hanya akan memberatkan keberangkatannya. Andai aku boleh ikut, pastinya aku akan ikut bersamanya. Tapi masalahnya, bagaimana jika penduduk negeri membutuhkanku sedang aku berada nan jauh di sana? Mungkin penantian ini harus kunikmati dalam hati. Cukup Tuhan dan aku saja yang tahu bagaimana perasaan ini.
"Rain."
"Hm?"
"Kira-kira satu negeri berapa lama kau latih?" tanyaku seraya menyandarkan punggung di tubuhnya.
"Paling cepat tiga bulan, Ara. Aku juga membawa banyak prajurit ke sana." Rain menerangkan sambil menoleh ke arahku. Dia terus melajukan kudanya.
Aku tahu waktu panjang akan kulalui tanpanya. Jika satu negeri saja membutuhkan waktu paling cepat tiga bulan, itu berarti sepuluh negeri memakan waktu tiga puluh bulan tanpa jeda istirahat. Sama saja dengan dua setengah tahun aku ditinggalkannya.
Ya Tuhan, adakah cara lain agar aku bisa tetap bersamanya?
Aku termenung sendiri memikirkan hal ini. Rasanya tidak sanggup untuk menjalaninya. Tapi mau bagaimana, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Belum menikah dengan Cloud saja, Cloud sudah menunjukkan kepemilikannya atasku. Apalagi jika kami sudah menikah, aku jadi ragu dia akan mengizinkanku untuk dekat-dekat dengan Rain. Cloud begitu perasa dibandingkan si hujan ini.
"Ara."
"Ya?"
"Bantu aku melindungi negeri ini. Bisa, kan?" Sebuah pesan penuh makna kuterima darinya.
"He-em." Aku mengangguk. Aku tahu tugas apa yang akan kuemban setelah ini.
Rain lalu memberatkan kepalanya ke kepalaku. Aku pun menikmati hangat napasnya yang menerpa permukaan pipi ini. Aku juga mengusap wajahnya dari sisi. Dan kulihat betapa gagah dan perkasanya hujanku ini. Dia memang pantas menjadi panglima tinggi Kerajaan Angkasa. Wibawa dan kharisma yang dimilikinya memang tidak ada duanya. Dan aku rasa tubuhku ini akan merindukan kehangatannya.
Eh? Apa itu?
Tanpa sengaja aku melihat sekelebat bayangan hitam bergerak cepat di atas bukit yang kami lewati. Aku pun menoleh ke belakang untuk melihat apa yang kulihat tadi. Namun, laju kuda membuatku tidak bisa melihat dengan jelas. Rain pun seperti menyadarinya.
"Kenapa Sayang?" tanyanya padaku.
Aku masih menengok ke belakang untuk memastikan jika penglihatanku benar. Tak tahu mengapa, perasaanku sedikit gusar setelah melihat bayangan hitam itu. Perasaanku mengatakan sedang terjadi sesuatu di istana. Entah benar atau tidak, aku rasa harus segera pulang.
"Rain, tadi aku melihat sekelebat bayangan hitam bergerak cepat di atas bukit itu. Apakah ada penyusup?" tanyaku padanya.
Rain kemudian memberhentikan laju kudanya. Black pun dengan segera mengerem langkah kakinya. Black meringkuk lalu kami pun berhenti. Bersamaan dengan itu kutatap sekeliling yang dipenuhi pohon lebat nan tinggi. Aku merasa hal yang kulihat tadi bukanlah halusinasi.
"Aku tidak melihat apa-apa, Ara." Rain memutar kudanya, menatap ke sekeliling jalan pulang ke istana.
"Apakah terjadi sesuatu, ya?" tanyaku sendiri.
"Kau merasa seperti itu?" Rain bertanya padaku.
Aku mengangguk tapi ragu.
"Baiklah. Kalau begitu kita percepat kepulangan ke istana." Rain pun segera melajukan kudanya kembali.
Aku tak tahu apa yang kulihat ini benar atau tidak. Tapi aku berharap semuanya baik-baik saja. Aku hanya manusia biasa yang terkadang bisa salah. Apalagi di saat-saat seperti ini yang sebentar lagi akan ditinggalkannya. Tapi tidak ada salahnya untuk membuktikan kebenaran yang kulihat tadi dengan cepat pulang ke istana. Semoga saja tidak terjadi apa-apa di sana.
Sesampainya di istana...
Kami datang memasuki gerbang belakang istana. Dan kulihat banyak kuda telah dibariskan. Para prajurit pun sudah berkumpul seperti sedang menunggu perintah selanjutnya. Aku tak tahu mengapa dan ada apa. Namun, Rain akhirnya menanyakan langsung kepada salah satu pasukannya.
"Ada apa ini?!" Rain begitu terkejut dengan para prajurit yang berbaris tanpa perintah darinya.
"Maafkan saya, Pangeran Rain. Pangeran Cloud memerintahkan kami untuk siap siaga menjaga istana," kata salah satu pasukan itu.
"Siap siaga?"
Rain terheran. Dia kemudian menyadari sesuatu. Dia lalu bergegas memasuki istana lewat pintu belakang. Aku pun mengikutinya. Saat itu juga baru kusadari jika Cloud telah pulang ke Angkasa. Sedang Rain tidak memberi tahu kepadaku sama sekali. Entah mengapa.
Lantas aku terus mengikuti langkah kaki Rain menuju lantai dua istana ini. Dan kulihat para menteri sedang berbaris di dekat tangga. Raut wajah mereka seperti menyimpan kekhawatiran. Saat itu juga sekelebat bayangan hitam muncul lagi di pikiranku.
"Aduh!"
Aku memegangi kepalaku sendiri karena merasa sakit. Untungnya aku sudah sampai di lantai dua istana ini. Tak tahu mengapa aku merasa pusing sekali. Aku pun tidak mengindahkan Rain yang sedang bertanya kepada para menteri. Untuk berdiri sendiri saja aku mengalami kesulitan.
Sebenarnya ada apa?
Tak lama kemudian kudengar Rain seperti terkejut. Dia amat syok mendengar salah satu penuturan menteri. Aku pun segera mendekatinya.
"Rain, ada apa?"
Dengan susah payah aku melangkahkan kaki mendekatinya. Hingga akhirnya kusadari apa yang sedang terjadi istana.
"Pangeran Rain, harap tenang. Para tabib istana sedang berusaha mencari tahu penyebabnya. Tabib istana meminta kita semua untuk tenang. Karena jika terjadi kepanikan, malah akan mempersulit mendapatkan jawabannya." Menteri Dalam Negeri, Count meminta Rain untuk tidak panik.
Rain menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia lalu segera menaiki anak tangga menuju lantai tiga istana. Membiarkan aku bersama para menteri di sini.
"Menteri Count, sebenarnya ada apa?" tanyaku yang mulai ikut panik.
Pria paruh baya itu seperti enggan menuturkan apa yang sedang terjadi saat ini. Menteri lain pun tampak diam. Namun akhirnya, Menteri Pertahanan mengatakannya padaku.
"Nona, saat ini Raja Sky sedang tidak sadarkan diri. Beliau tengah ditangani oleh para tabib istana. Yang Mulia baru saja pulang dari Asia. Tapi sesampainya di sini Yang Mulia jatuh pingsan. Mohon tenang dan jangan panik." Menteri Pertahanan bernama Dave itu menuturkan.
"Ditangani?" Aku pun heran sejadi-jadinya.
"Benar, Nona. Yang Mulia diduga mengalami keracunan," lanjut Dave.
"Apa?!!" Seketika itu juga aku terkejut mendengarnya.
Aku pun segera melangkahkan kaki menuju lantai tiga istana dengan cepat menaiki anak tangga. Aku tidak peduli lagi dengan rasa pusing yang sedang melanda kepalaku. Aku ingin mengetahui kebenarannya sendiri. Aku rasa hal ini masih ada kaitannya dengan apa yang kulihat di jalan pulang tadi. Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
♨️🌴⚖️احمد ابراهيم☕️
sekelebat bayangan hitam, Dementor-nya Harry Poter keknya😂
2022-02-27
3
Elder FR
kasian si zu🤣🤣🤣
2022-02-26
0
Elder FR
dah mulai gaes konfliknya 😀😀😀
2022-02-26
0