Esok harinya...
Entah sudah berapa jam aku tertidur, sepertinya hari sudah berganti. Cahaya mentari menyorot wajahku dari balik ventilasi jendela ruang tamu. Aku pun terbangun untuk melihat waktu.
Astaga! Aku kesiangan!
Aku tertidur di sofa. Tanpa sadar terlelap sendiri karena kelelahan memikirkan hari yang dilewati. Aku kesiangan hari ini. Dan sepertinya tidak sempat lagi untuk mengantarkan keberangkatan Cloud ke Asia.
Mungkin saja dia belum pergi.
Lekas-lekas ke luar ruangan untuk menanyakan keberadaan Cloud pagi ini. Kali-kali saja dia belum berangkat ke Asia. Sebagai calon istri tentunya hal ini adalah buruk untukku karena tidak ikut mengantarkan keberangkatannya. Entah ejekan apa yang akan kuterima karena kesiangan ini.
"Prajurit!"
Tak lama kutemukan seorang prajurit yang baru saja naik ke lantai tiga istana. Dia sepertinya akan berjaga di depan kediaman raja. Lekas saja aku menanyakan perihal Cloud padanya, tanpa sempat membasuh wajahku lagi.
"Salam bahagia untuk Nona Ara." Dia memberi salam padaku.
Aku mengangguk. "Prajurit, apakah pangeran sudah berangkat ke Asia?" tanyaku padanya.
"Pangeran Cloud, Nona?" Dia bertanya padaku.
Aku mengangguk.
"Sepertiga malam terakhir pangeran ke luar istana bersama satu tim pasukan khusus. Tapi, saya tidak tahu mereka akan ke mana. Hanya saja pangeran Rain ikut mengantarkannya." Prajurit menceritakan padaku.
Sepertiga malam terakhir? Itu berarti ...?
Jelas sudah jika aku tidak sempat lagi untuk mengantarkan keberangkatan Cloud ke Asia. Semalam dia memang bilang akan berangkat ke sana, tapi aku tidak tahu jika pagi-pagi sekali. Dan kini aku hanya bisa menyesalinya.
Maafkan aku, Cloud ....
Aku merasa bersalah. Jelas saja merasa bersalah karena tidak ikut mengantarkan keberangkatannya. Mungkin saja dia sekarang sudah berada di pertengahan jalan. Sepertiga malam sudah pergi dari istana, itu berarti sekitar pukul tiga pagi. Cepat sekali. Sepertinya dia memang bersungguh-sungguh untuk lekas menyembuhkan ayahnya.
"Baik. Terima kasih." Aku pun bergegas kembali ke ruanganku, meninggalkan prajurit yang kutanya itu.
Entah mengapa aku merasa sedih karena tidak sempat mengantarkan keberangkatan Cloud ke Asia. Rasanya ingin menangis saja karena tidak sempat berpesan sepatah dua patah kepadanya. Sebagai calon istri dan juga ratu negeri ini harusnya aku ikut mengantarkannya. Tapi apalah daya, ternyata aku kesiangan dan tidak sempat mengantarkannya.
Ya, sudahlah.
Mau disesali tak mungkin, mau ditangisi juga tak ada gunanya. Jadinya aku kembali ke ruanganku saja dengan lemas dan menanggung penyesalan. Aku harap Cloud selamat sampai tujuan dan tidak nakal di sana. Aku masih khawatir jika dia bertemu dengan Jasmine lalu bunga asmara saat remaja itu merekah lagi padanya. Tapi aku harap itu tidak terjadi. Aku percaya jika dia benar-benar mencintaiku dan akan menjaga hatinya hanya untukku.
Tiga puluh menit kemudian...
Segarnya mandi pagi dengan air yang menyejukkan. Kini aku telah terbiasa dengan air negeri ini. Yang mana awalnya terasa dingin bagiku. Namun, lambat laun aku mulai merasa nyaman dengan airnya. Apalagi dengan sikap kedua pangeranku, membuatku betah tinggal di istana.
Kini kukenakan gaun kerajaan berwarna cokelat sampai menutupi mata kaki. Tak lupa high heels setinggi lima senti akan menyertai langkah kakiku di istana ini. Aku juga menggunakan make up dengan kesan yang dalam. Eye shadow cokelat dan blash on berwarna oranye tua menyertainya. Lipglos berwarna peach juga menambah kesan dalam wajahku.
Cantik, anggun, elegan, pasti harus ada pada diriku. Apalagi aku adalah calon ratu negeri ini. Calon istri dari kedua pangeran yang kucintai. Tapi terlepas dari itu semua ada tanggung jawab besar yang harus kupikul nanti. Karena aku tidak hanya memikirkan diriku sendiri. Aku harus memikirkan rakyatku dan juga kesejahteraan mereka. Aku tidak boleh senang-senang di istana sedang rakyatku menderita. Aku harus menjadi ratu yang adil dan bijaksana. Demi terciptanya kehidupan negeri yang sejahtera.
Parfumku sepertinya sudah mau habis.
Di sini segala keperluan pribadi tinggal meminta saja kepada rumah kecantikan istana. Dan mungkin karena aku akan menjadi ratu, Mbok Asri tidak lagi menyertaiku ke mana aku pergi. Di sini aku bisa sesuka hati ke sana dan kemari tanpa perlu otoritas lagi. Hanya ratu yang perlu kusegani, selain itu tidak ada. Aku bisa bergerak leluasa di istana ini.
Senang rasanya mendapat kepercayaan yang besar seperti ini. Dapat keluar-masuk istana dan berbagai tempat di dalamnya sesuka hati. Tetapi tetap saja jika tidak ada kedua pangeran hal itu akan terasa sepi. Aku membutuhkan mereka, membutuhkan pria yang kucintai untuk melewati hari. Dan aku harap mereka akan senantiasa setia padaku demi masa depan kami. Ya, aku berharap begitu.
"Baiklah. Sudah siap."
Kusemprotkan parfum beraroma cokelat pekat pada tubuhku. Beberapa titik di tubuhku sepertinya sudah cukup untuk menambah kepercayaan diri ini. Lantas saja kuikat sebagian rambutku agar tidak acak-acakan saat terkena angin nanti. Walaupun tergerai harus tetap terlihat rapi. Aku pun membuat simpul lalu digabungkan ke tengahnya. Sehingga tidak akan acak-acakan jika terkena angin.
"Selesai."
Kini aku sudah siap untuk menjalani hari di istana ini. Walaupun terlambat untuk mengantarkan keberangkatan Cloud ke Asia, aku masih memiliki Rain di sini. Dia juga akan menjadi suamiku nanti. Tapi untuk saat ini ada hal terpenting untuk segera diselesaikan. Yaitu kesembuhan raja dari keracunannya. Dan aku akan berusaha mencari tahu siapa pelakunya.
Beberapa menit kemudian...
Semilir angin pagi mengantarkanku keluar dari apartemen mini yang diberikan raja padaku. Semenjak raja mengeluarkan titahnya, aku tinggal di lantai tiga istana ini. Yang mana hanya raja dan ratu sajalah yang boleh menempatinya. Tapi kini aku diperbolehkan untuk tinggal di sini. Rasanya senang sekali karena dihargai dengan penghargaan tinggi.
Kisahku dengan kedua pangeran benar-benar tak terduga sebelumnya. Aku akan menikah dengan keduanya yang berarti akan memiliki dua suami. Andai ini di duniaku, pastinya sudah dilempari batu. Kehidupan di duniaku tidak bisa menerima hal seperti ini. Wanita bersuami dua masih menjadi tabu.
Cloud, semoga berhasil di sana.
Aku tersenyum semringah saat melangkahkan kaki keluar dari ruangan. Hari ini ada dua orang yang ingin kutemui. Yaitu Menteri Luar Negeri Angkasa dan tabib paling senior di istana ini. Aku ingin menanyakan hal yang mengganggu pikiranku semalam. Kali-kali saja kutemukan jawabannya.
Ada ratu?!
Tiba-tiba saja saat berjalan beberapa langkah dari pintu, kulihat ratu bersama pelayan-pelayannya juga keluar dari ruangan. Mau tak mau aku berhenti sejenak untuk membiarkan ratu lewat. Kami pun akhirnya berpapasan.
"Salam bahagia untuk Yang Mulia." Aku tersenyum padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elder FR
sibuk babang cloud😃
2022-07-25
0
Rain4ever
biar saja cloud pergi
2022-07-17
0
Rain4ever
aku datang
2022-07-07
0