*) Sudut Pandang Pertama
.........
Aku tersesat dan sendirian, mencoba untuk terbiasa.
Membuat jalanku menyusuri jalan panjang berliku itu.
Tidak punya alasan, tidak ada rima, seperti sebuah lagu yang kehabisan waktu.
Dan kau dulu ada di sana, berdiri di depan mataku.
Bagaimana bisa aku menjadi orang yang begitu bodoh?
Untuk melepaskan cinta dan melanggar semua peraturan.
Gadis ketika kau berjalan keluar dari pintu itu,
Meninggalkan sebuah lubang di hatiku.
Dan sekarang aku tahu dengan pasti...
Kau adalah udara yang aku hirup.
Gadis kau adalah segala yang aku butuhkan.
Dan aku ingin berterima kasih padamu, Nona.
Kau adalah kata-kata yang aku baca.
Kau adalah cahaya yang aku lihat.
Dan cintamu adalah segala yang aku butuhkan.
Aku sia-sia mencari.
Memainkan sebuah permainan.
Tidak punya orang lain selain diriku yang tersisa untuk disalahkan.
Kau datang ke dalam duniaku.
Bukan permata atau mutiara.
Yang pernah bisa mengganti apa yang kau telah berikan padaku, Gadis.
Sama seperti istana pasir.
Gadis, aku hampir saja membiarkan cinta jatuh dari tanganku.
Dan sama seperti bunga yang membutuhkan hujan.
Aku akan berdiri di sisimu melewati kegembiraan dan rasa sakit.
Kau adalah udara yang aku hirup.
Gadis kau adalah segala yang aku butuhkan
Dan aku ingin berterima kasih padamu, Nona.
Kau adalah kata-kata yang aku baca.
Kau adalah cahaya yang aku lihat.
Dan cintamu adalah segala yang aku butuhkan.
Kau adalah lagu yang aku nyanyikan.
Gadis, kau segalanya bagiku.
Dan aku ingin berterima kasih padamu, Nona...
.........
Pagi hari yang cerah telah datang. Secerah hatiku karena bisa melanjutkan kisah ini. Awan-awan putih berarak di angkasa. Begitu indah, seindah kebersamaan kita selama ini. Aku pun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang masih setia menunggu kelanjutan kisahku. Tanpa kalian tidak akan ada semangat untuk melanjutkannya. Dan aku berharap kita bisa selalu bersama sampai cerita ini benar-benar ditamatkan.
Kini aku baru saja mandi dan berdandan minimalis dengan handuk yang masih membalut tubuhku. Kulihat tubuhku mulai sedikit berisi setelah mengalami pasang-surut kehidupan yang menerpa. Dan hari ini aku akan mengenakan gaun berlengan pendek agar tidak gerah saat menghadapi sinar mentari. Sepertinya musim panas itu akan segera tiba tidak berapa lama lagi. Dan aku amat menantikannya. Kira-kira akan ada cerita apa di awal musim panas ini?
Aku mengenakan gaun berwarna krim yang berlengan pendek, namun tetap panjang hampir menutupi mata kaki. Seperti biasa aku juga mengenakan kemben dan leging pendek sebagai pelapis pakaian dalam. Karena di sini belum ada pakaian dalam seperti di duniaku. Jadinya harus membiasakan diri dengan apa yang ada di sini.
Suhu tubuhku berangsur normal setelah mendapatkan tato gratis di bagian belakang tubuh. Ternyata aku masuk angin dan mengalami kembung yang entah sudah berapa hari. Namun karena tidak kurasakan, akhirnya tubuhku bereaksi otomatis saat sakitku semakin meluas. Dan kini aku merasa lebih baikan lagi.
Di rumah kecantikan istana, aku diperlakukan bak seorang putri. Apa saja dilayani dan mereka begitu ramah padaku. Jika ingin apa-apa, tinggal minta saja. Dan karena hal itu jugalah aku tidak terlalu membutuhkan uang di sini. Kerajaan Angkasa begitu memanjakanku. Begitu juga dengan kedua putra mahkotanya, Cloud dan Rain. Mereka amat menyayangiku.
"Baiklah, sudah selesai."
Setelah berdandan minimalis, tak lupa semprotkan parfum ke sekujur tubuh agar lebih segar dan percaya diri. Aku juga memoleskan lip balm berwarna merah muda agar penampilanku terlihat lebih cantik. Siapa sih wanita yang tidak ingin tampil cantik? Aku juga begitu. Apalagi di hadapan kedua pangeranku. Sebisa mungkin harus tampil sempurna.
Setelah semuanya siap, kukenakan sepatu yang warnanya selaras dengan gaunku. Sepatuku ini tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar tiga senti. Tapi cukup untuk menambah tinggi badanku. Jadinya tidak terlihat terlalu pendek. Maklum, kedua pangeranku tinggi-tinggi semua. Sebisa mungkin aku pun menyesuaikan diri dengan mereka.
Di hadapan kedua pangeran, aku harus berjinjit jika ingin menciumnya. Pangeranku mempunyai tubuh yang mendekati sempurna. Jadi aku harus berusaha keras jika ingin mencium saat tidak memakai sepatu. Terkadang aku bergelayut di leher mereka agar bisa meraih bibir itu. Dan yang menyebalkan, Rain meledekku karena sulit meraih bibirnya. Dia itu memang jahil sekali.
Rain adalah pangeran kesayanganku. Dia mempunyai ciri khas tersendiri dalam kepribadiannya. Awalnya dia adalah musuh besarku di istana ini. Dia selalu membuntutiku ke manapun aku pergi. Sampai tiba hari di mana aku sudah tidak sanggup lagi mendengar kata-kata pedasnya, di saat itu juga aku melakukan balas dendam untuknya. Dan sejak hari itu semuanya jadi berbeda.
"Di mana ya dia? Katanya mau menemuiku?"
Setelah siap beraktivitas, aku pun keluar dari kamar lalu melangkahkan kaki menuju lantai satu kediaman Rain ini. Dan saat baru sampai di lantai satu, kulihat pangeran menyebalkan itu sedang merapikan dokumen di lemari yang berada di samping perapian. Sontak aku pun kaget jika dia sudah ada di rumah. Padahal sebelumnya aku melihatnya masih bersama prajurit-prajuritnya di belakang istana.
"Rain?" Kulihat dia juga sudah segar pagi ini. Sepertinya dia baru mandi.
"Pagi, Sayangku. Aku sudah lama menunggumu," katanya seraya menyilangkan kedua tangan di dada sambil tersenyum kepadaku.
"Benar, kah? Sepertinya tadi kau belum pulang." Aku mendekatinya.
"Aku bisa datang kapan saja. Bukankah semua area istana ini milikku?" Dia juga berjalan mendekatiku.
Iya sajalah daripada panjang cerita.
"Hari ini aku akan mengajakmu berjalan-jalan. Kau mau, kan?" tanyanya.
"Apakah ini jalan-jalan perpisahan?" tanyaku seraya menatap kedua bola mata biru pekatnya.
"Sayang, jangan berkata seperti itu. Tidak ada kata perpisahan. Aku hanya pergi bertugas." Dia memelukku.
Hah, kau ini. Tugasmu juga tak tahu kapan pulangnya.
Aku menggerutu dalam hati saat tubuh ini dipeluknya. Aku sengaja memendam perasaanku agar tidak memberatkan keberangkatannya untuk menjalani tugas kerajaan. Bagaimanapun Rain adalah seorang panglima, dia tentara militer. Aku harus kuat jika dia sedang mendapat tugas kerajaan. Aku tidak boleh cengeng di hadapannya sekalipun harus berpisah lama. Setidaknya dia akan kembali untukku.
"Ya, baiklah. Lalu kita akan ke mana?" tanyaku.
"Em ... kita akan pergi ke dua tempat hari ini. Pertama kita akan ke kebun binantang. Dan ke dua kita akan ke bukit pohon surga." Dia menjelaskan rute perjalanan kami.
Aku melepaskan pelukannya. Kuperhatikan saksama paras rupanya yang begitu menawan. Rasanya aku akan rindu berat setelah ini.
"Em, baiklah. Mari kita berangkat sekarang." Aku menyanggupinya.
Sengaja tidak kutunjukkan kesedihan dan segera mengiyakan ajakannya agar dia tidak merasa aku sedih. Rainku juga manusia, dia mempunyai perasaan dan hati. Jadi jika aku terlihat sedih, nanti dia juga bisa ikut sedih. Dan aku tidak mau hal itu terjadi di hari-hari sebelum keberangkatannya. Kejadian semalam sudah cukup menjadi pelajaran bagiku agar tidak membuatnya kepikiran. Karena aku menyayangi Rainku. Dia segalanya bagiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
꧁☘︎ℝ𝕒𝕚𝕤𝕒☘︎꧂
Aku rindu Rain yg ini😭😭🤧
2022-02-25
0
Elder FR
lanjut,, masih dipantau😀👍
2022-02-23
0
Rain4ever
sayang rain akuuuu
2022-02-23
0