Di kediaman Rain...
Angin sejuk menemaniku yang sedang bermeditasi di teras belakang rumah si pangeran bungsu kerajaan Angkasa. Aku duduk di pelataran terasnya sambil menghirup udara sore hingga masuk ke dalam paru-paruku. Gemercik air kolam pun terasa menenangkan pikiran ini. Aku mulai mencoba memasuki alam bawah sadarku.
Satu, dua, tiga hela napas kutarik dalam-dalam agar pikiran dan hatiku tenang. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi di istana saat kami pergi berjalan-jalan. Namun, beberapa waktu menunggu tidak kudapati apapun di alam bawah sadarku. Sepertinya kekuatanku belum pulih sempurna sehabis kejadian itu. Di mana aku mengerahkan semua kekuatanku untuk melindungi negeri ini dari sihir yang mengancam.
"Hah, hah, hah."
Aku belum berhasil mendapatkan jawaban. Namun, aku tidak boleh menyerah begitu saja. Kucoba lagi menarik napas dalam sambil menyatukan pikiran dengan alam. Tak berapa lama suara gagak hitam mengagetkanku. Aku pun segera terjaga dan mencari keberadaan gagak hitam itu.
"Astaga! Itu!"
Aku keluar dari area teras belakang kediaman Rain untuk melihat gagak hitam itu. Tapi, tak kutemukan keberadaannya. Aku hanya bisa mendengar suaranya saja. Dan karena penasaran, aku segera berlari menuju teras atap rumah ini. Aku melangkah cepat menaiki anak tangga dengan jantung berpacu cepat. Senjata apapun yang kutemukan di sepanjang jalan segera kuambil untuk berjaga-jaga. Hingga akhirnya aku berhasil mendapatkan anak panah beserta busurnya. Aku pun segera melangkah kembali menuju teras atap kediaman Rain. Dan sesampainya di sana...
"Gagak itu ... pergi?!"
Kubuka pintu teras atap rumah dengan cepat namun ternyata tak kutemukan keberadaan gagak hitam itu. Aku yakin benar jika suara yang kudengar tadi adalah suara gagak hitam. Aku pernah mendengar suara itu sebelumnya.
Ini aneh sekali.
Saat itu juga kuputar badanku untuk mencari keberadaan gagak hitam itu. Langit sore pun menjadi saksi atas pencarianku ini. Tak berapa lama aku benar-benar melihat gagak itu pergi dari istana. Tepatnya menuju ke arah barat negeri ini.
Ternyata gagak itu memang ada.
Tak tahu hal apa yang sebenarnya terjadi, aku sudah siap-siap saja untuk memanahnya. Namun sayangnya, gagak itu cepat pergi dan tak terjangkau busur panahku lagi.
Astaga ... aku kehilangan kesempatan.
Bagi kami, gagak hitam bukanlah sembarang pertanda. Gagak hitam melambangkan kematian dan juga kedukaan yang tidak disangka-sangka. Maka dari itu jika bisa membunuhnya akan lebih baik. Secara tidak langsung menyingkirkan kejadian yang tak diinginkan. Dan hal itulah yang ingin aku lakukan. Tapi sepertinya, aku belum berhasil melakukannya.
"Aku jadi curiga. Gagak itu pergi ke arah barat. Sebenarnya ada apa di barat?"
Karena penasaran, aku kembali menuruni anak tangga menuju lantai dasar kediaman Rain. Tak lupa mengunci pintu teras atapnya dari dalam. Sambil memegang anak panah beserta busurnya, aku kembali menuju istana. Aku ingin menemui Menteri Luar Negeri kerajaan Angkasa. Kali-kali saja ada informasi yang kudapatkan darinya. Tidak ada salahnya mencoba.
Lima belas menit kemudian...
Aku sedang berada di dalam ruang kerja Menteri Luar Negeri Angkasa, Shane. Tapi hanya seorang diri di sini karena Tuan Shane sedang berada di luar ruangan. Katanya dia mewakili Cloud untuk menjamu tamu istana yang datang. Kesempatan ini pun kugunakan untuk melihat peta luar negeri yang dipajang di dalam ruangan.
Sungguh peta dunia yang ada di sini tidak terlalu berbeda jauh dengan peta di duniaku. Hanya saja lebih banyak pulau-pulau yang dipisahkan dengan selat antar negerinya. Sehingga selat menjadi penghubung antar negeri yang mana di setiap pintu masuknya terdapat prajurit berjaga.
Di dalam ruang kerja Tuan Shane ini banyak sekali dokumen antar negara yang terpampang di dalam lemari kaca yang besar. Setiap dokumen mewakili satu negara. Mungkin agar lebih mudah untuk membukukannya. Karena di Angkasa belum menggunakan komputer untuk menginput data kerja sama antar negara. Semua masih dilakukan manual dengan tulisan tangan. Dan jika dilihat dari peta dunia yang mengarah ke barat Angkasa, ada beberapa negeri terdekat yang dipisahkan lautan. Entah ada hubungannya dengan gagak itu atau tidak, tapi sebagai manusia pastinya mempunyai naluri dan insting yang kuat terhadap sesuatu di sekitarnya.
Pikiran mengolah masalah menjadi seribu tanda tanya yang harus segera diselesaikan. Begitu juga dengan diriku saat ini yang mencoba mengaitkan hal yang terjadi dengan gagak hitam itu. Apakah ada hubungannya dengan penyakit raja? Tentu saja aku harus menyelidikinya.
"Arthemis, Terusa dan Antara. Ini nama negeri di barat Angkasa?"
Aku melihat ada tiga nama negeri terdekat di peta dunia sebelah barat Angkasa. Dan entah mengapa aku mendapat firasat tentang salah satunya. Tapi, aku belum bisa memastikannya. Aku masih mencoba mengaitkannya.
"Ara, kau di sini?"
Seorang pria berjubah merah datang dan menyapaku yang sedang melihat peta dunia di ruang kerja Tuan Shane. Dia adalah Rain. Sepertinya dia datang ke ruangan ini karena ada perlu juga dengan Menteri Luar Negerinya. Entahlah. Lebih baik kutanyakan saja.
"Rain, kau kemari. Ada apa?" tanyaku seraya berbalik ke arahnya.
Rain masih berdiri di depan pintu. "Em, ya. Ada hal yang ingin kutanyakan saja pada Tuan Shane, Ara," jawabnya.
"Oh. Tapi tadi prajurit yang berjaga mengatakan jika dia sedang mengantikan Cloud menerima tamu. Apakah aku bisa membantumu?" tanyaku menawarkan diri.
Rain tersenyum kecil padaku. "Kau ini. Ayo, ikut denganku." Rain mengajak ku keluar dari ruang kerja Menteri Luar Negerinya.
Aku menurut. Bergegas keluar dari ruangan lalu berjalan bersamanya. Kami berjalan di sepanjang koridor lantai dua istana ini. Yang mana saat ini terlihat sepi. Maklum hari sudah petang. Para prajurit juga sedang bergantian makan malam. Para pelayan wanita pun sepertinya sudah kembali ke asrama dan digantikan pelayan pria untuk berjaga di istana.
"Tabib mengabarkan padaku jika ayah harus segera diobati." Rain menceritakan.
"Dengan apa? Apakah bisa dengan buah surga?" tanyaku.
Rain menggelengkan kepala. Dia tampak lelah hari ini. Aku pun mencoba mengerti dan tidak membebaninya dengan banyak pertanyaanku. Pastinya jatuh sakit ayahnya sangat menguras pikirannya.
"Tidak, Ara." Dia kemudian menjawabnya. "Hanya ada satu cara untuk menyembuhkan ayah. Itu juga patut dicoba terlebih dahulu. Dan kau tahu cara apa yang harus kita lakukan?" tanyanya padaku.
Aku menggelengkan kepala, tidak tahu.
Dia menjawabnya, "Kita harus mencari bunga malaikat." Rain memberi tahuku.
"Bunga malaikat?!"
Saat itu juga aku terkejut. Baru kali ini aku mendengarnya. Bunga malaikat yang entah bagaimana bentuknya. Aku juga tidak tahu harus mencarinya di mana. Tapi, apakah hanya bunga malaikat saja yang bisa menolong raja dari penyakitnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elder FR
keknya bkal seru
2022-07-25
0
Elder FR
tandai
2022-07-20
0
Elder FR
gw nunggu bnyk🤣🤣🤣
2022-07-07
0