"Rain, apa kau tahu sesuatu tentang Arthemis?" tanyaku menyelidiki.
Rain menghela napasnya. "Ada banyak hal yang masih belum kau ketahui tentang Angkasa dan negeri-negeri lainnya, Ara. Seperti sebuah hubungan antar manusia, pasti ada yang suka dan juga tidak. Mungkin seperti itu jugalah hubungan suatu negeri dengan negeri yang lainnya." Rain menjelaskan padaku.
Benar ternyata jika Arthemis memiliki hubungan kurang baik dengan Angkasa. Mau tak mau aku menuduh negeri itu sebagai penyebab jatuh sakitnya raja. Karena hanya negeri itu dan Asia lah yang memiliki obat penawarnya. Tapi entah mengapa, aku malah tidak ingin menuduh Asia. Apakah karena ada Zu di sana?
"Em, baiklah. Setelah ini kau mau ke mana?" tanyaku, mengalihkan perhatian.
"Aku akan menemui tuan Dave sebentar, Ara. Ada beberapa hal yang ingin aku diskusikan bersamanya," tutur Rain padaku.
"Oh ... jam makan siang masih sibuk?" tanyaku lagi yang ingin makan siang bersamanya.
"Sepertinya tidak. Kau ingin makan siang di mana?" Rain balik bertanya padaku.
"Em ...," Aku berpikir sejenak. "Bagaimana kalau di gazebo depan istana saja?" tawarku.
Rain menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Kalau begitu tunggu aku di sana." Dia pun tersenyum padaku.
Aku mengangguk. "Sampai nanti ya. Tetap semangat!" Aku memberi semangat untuknya.
"Iya." Dia mengangguk. Aku pun segera beranjak pergi darinya. "Ara." Namun ternyata, dia menahanku.
"Ya?" Aku pun berbalik ke arahnya.
"Tidak ingin menciumku lebih dulu?" Dia ternyata meminta sebuah kecupan dariku.
Aku pun tersenyum mendengarnya. Lantas saja segera kuraih tangannya lalu kukecup. Saat itu juga kulihat tubuhnya seperti tersentak dengan perlakuanku ini. Sepertinya dia tidak menyangka sikap hormatku padanya.
"Sampai nanti." Aku pun berpamitan kepadanya.
Hubunganku dan Rain sudah amat dekat walaupun awalnya dia adalah musuh besarku di istana. Masih teringat jelas bagaimana dia selalu membuntutiku ke manapun aku pergi. Aku ini bagai seorang penjahat yang harus selalu diwaspadai. Dan karena hal itulah aku merasa risih dan melakukan perlawanan kepadanya. Tapi tidak kusangka jika kami akhirnya sama-sama jatuh cinta. Ya, aku jatuh cinta dengan sisi lain dari dirinya sebagai seorang panglima tinggi di istana. Ternyata dia memiliki sisi romantis yang aku sukai.
Rain, tetaplah menjadi ksatriaku. Sekarang dan selamanya.
Aku tersenyum semringah seraya melangkahkan kaki pergi menjauh darinya. Dan karena penasaran, aku berbalik untuk melihatnya. Saat itu juga kulihat semburat senyumnya untukku. Rasanya bahagia sekali disayangi dan dicintai olehnya. Ya, walaupun terkadang dia amat protektif terhadapku.
Semoga kisah ini abadi ya, Rain ....
Kuteruskan langkah kaki ini untuk berkeliling istana. Mungkin aku akan menuju perpustakaan untuk mencari jawaban apakah ada obat penawar selain bunga malaikat yang disebutkan? Jika ada, mungkin bisa menjadi alternatif lain untuk menyelamatkan raja. Sehingga aku tidak perlu ke Asia untuk mendapatkan bunganya. Saat ini aku hanya bisa pasrah jika takdir menghendakiku ke sana. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena ada hal yang lebih penting dari sekedar gengsi dan menyerahkan diri. Yaitu keselamatan baginda raja.
Sesampainya di perpustakaan istana...
Perpustakaan tampak sepi. Aku pun mengambil beberapa buku dari lemari yang terbuat dari kayu. Di sini banyak sekali buku-buku yang dipajang dari berbagai jenis bidang bacaan. Sepertinya juga tidak ada satupun buku yang lapuk termakan waktu. Buku-bukunya bersih dan terjaga dari rayap ataupun kutu. Aku pun jadi betah berlama-lama membacanya. Apalagi di perpustakaan ini ada penjaganya sehingga tidak merasa sendiri.
Perpustakaan istana mirip seperti perpustakaan pada umumnya. Namun, di sini tidak terlalu banyak lemari buku dan juga kursi atau meja untuk membaca. Hanya ada beberapa yang disusun sedemikian rupa. Sedang penerangannya masih menggunakan cahaya matahari yang masuk lewat jendela. Entah jika malam, aku belum pernah masuk ke sini kalau malam. Mungkin saja perpustakaan ditutup pihak istana jika malam sudah tiba untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Maklum, ruangannya berada paling ujung di lantai dua istana.
Hari ini aku tertarik untuk mengambil buku yang berkaitan dengan jatuh sakitnya raja. Aku mengambil buku tentang tanaman obat berkhasiat dan juga sejarah hubungan antar negeri Angkasa. Aku ingin membacanya, karena kali-kali saja bisa kutemukan jawaban tentang penyebab jatuh sakitnya raja. Ya, setidaknya aku tidak diam saja saat raja terkena musibah. Aku harus ikut bergerak untuk mencari solusinya. Karena kuyakin para pejabat dan menteri negeri ini sedang sibuk mencari solusinya.
"Bunga malaikat. Mana ya yang dimaksud bunga malaikat?"
Aku segera duduk di kursi lalu membuka buku tentang tanaman obat berkhasiat. Aku kemudian mencari apa yang dinamakan bunga malaikat. Karena jujur saja aku sangat penasaran dengan bentuk bunga malaikat itu. Apakah bentuknya bersayap seperti malaikat?
"Astaga!"
Tiba-tiba saja aku terkejut saat melihat halaman yang membahas tentang bunga mahkota. Ternyata bunga mahkota itu nama lainnya adalah bunga malaikat. Aku pun jadi bingung kenapa bunga ini dinamakan dengan bunga malaikat.
"Tunggu. Jadi bunga malaikat itu seperti ini? Bukankah ini ...???"
Aku tertegun saat melihat bentuknya. Bentuk bunganya seperti bunga teratai yang sedang merekah indah. Warnanya putih dengan putik yang menyerupai mahkota hijau. Putiknya panjang sekali dan mahkota bunganya ada yang sedikit keungu-unguan. Aku pun terus membaca penjelasan tentang bunga ini sampai kutemukan informasi.
"Biji bunga malaikat mampu mengobati berbagai macam penyakit kecuali tua dan kematian?"
Seketika aku teringat dengan sesuatu saat membaca penjelasan tentang bunganya. Rasa-rasanya aku pernah mengenal bunga ini sebelumnya. Tapi di mana ya? Aku pun terus mengingatnya. Aku seperti tahu jenis bunga apa yang maksud kalau di duniaku. Tapi entah mengapa terasa sulit untuk mengingat namanya.
"Biji bunga mampu mengobati berbagai macam penyakit, kecuali tua dan kematian. Ini bukannya, ini ...!" Aku terus mengingatnya sekuatku. "Jintan hitam!" Tak lama aku pun meneriaki namanya. "Hah, hah, hah." Aku seperti terengah-engah saat telah berhasil mengingatnya.
Tidak salah lagi jika biji bunga yang dimaksud adalah jintan hitam. Bunga itu bernama habbatusauda kalau di duniaku. Bukankah habbatusauda mampu mengobati berbagai macam penyakit kecuali tua dan kematian? Akhirnya kudapatkan jawaban.
"Oh, jadi ini alasannya kenapa dinamakan bunga malaikat karena mampu mengobati segala jenis penyakit, kecuali tua dan kematian?"
Lega rasanya saat telah berhasil mengetahui bentuk dari bunga malaikat yang ternyata adalah bunga habbatusauda atau jintan hitam. Kuakui negeri ini memiliki nama panggilan tersendiri untuk jenis buah atau bunga yang ada di duniaku. Contohnya saja buah tin, di sini mereka menyebutnya sebagai buah surga. Padahal masih banyak buah-buahan surga lainnya. Dan ini adalah bunga habatusauda, tapi mereka menyebutnya dengan bunga malaikat. Terkadang barangnya sama tetapi dalam penyebutannya berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ijah Sopiah
Sampai bingung, bunga malaikat teh kaya apa.. Ternyata beda tempat beda nama bunganya
2022-09-04
1
Elder FR
yaelaaa,, gw kira paan😅
2022-07-25
0
Rain4ever
ternyata itu toh kak otor, aku pikir bunga apaan
2022-07-17
0